Proses migrasi dari TV (televisi) analog ke TV digital sedang berlangsung saat ini di semua daerah, atau yang disebut Analog Switch Off (ASO). Rencana ini memang sudah berlangsung lama diprogramkan oleh pemerintah, yaitu sejak tahun 2007.
Pengenalan migrasi ke TV digital memang tidak mudah, dan pasti membutuhkan waktu yang lama. Pasalnya, perubahan ini termasuk program yang—dapat dikatakan—fundamental. Karena masyarakat yang sudah secara lama mengutak-atik antena TV di genteng rumah, harus mengubahnya dengan layanan TV digital.
Namun, saat ini pengenalan migrasi ke TV digital dapat terbilang sukses. Sehingga berdasarkan informasi saat ini, siaran analog tahap satu akan dihentikan per tanggal 17 Agustus 2022, dan semua layanan TV analog akan dihentikan per tanggal 2 November 2022.
Pada dasarnya, migrasi ini merupakan sebuah kemajuan yang harus dilakukan oleh negara. Karena, saat ini—di mana teknologi semakin maju—kita akan memasuki era digital, di mana semuanya akan serba digital.
Melihat dari segi keunggulan pun, TV digital ini sangatlah unggul. Kita tidak akan lagi melihat TV kita dipenuhi dengan semut (samar-samar), sehingga kita harus mengangkat tingi antena agar kualitas gambarnya jelas. Karena dengan TV digital kita akan mendapatkan kualitas gambar yang jernih dan jelas.
Begitupun dengan suara yang dihasilkan, pastinya akan lebih jelas dibandingkan dengan TV analog. Keunggulan tersebut sebenarnya sudah diketahui banyak orang, karena sosialisasi mengenai migrasi ini lebih banyak membicarakan bagaimana kualitas gambar dan suara yang dihasilkan oleh TV digital.
Selain kualitas gambar dan suara yang lebih unggul, TV digital juga mampu untuk mengefisiensikan spektrum frekuensi. Simpelnya, jika dahulu menggunakan TV analog satu kanal hanya dapat menampilkan satu program, maka dengan menggunakan TV digital satu kanal frekuensi dapat memuat beberapa program.
Jika satu kanal frekuensi dapat memuat beberapa program, maka ini dapat menjadi peluang bagi industri penyiaran dan kreatif. Peluang ini tentunya harus dimanfaatkan guna mengembalikan kepercayaan penonton terhadap siaran TV ke depannya.
Dalam beberapa riset penonton TV yang penulis temukan, masyarakat sangat tidak puas dengan siaran TV saat ini. Angka yang didapat pun lumayan tinggi, berkisar antara 57% sampai 67%. Mereka yang tidak puas ini menilai beberapa program TV yang ada sangat tidak mendidik, tidak masuk akal, penuh dengan kontroversi, dan tidak bermutu.
Ketidakpuasan tersebut tentunya harus menjadi pukulan keras bagi industri penyiaran dan kreatif. Ditambah, masyarakat sekarang lebih banyak menonton siaran-siaran streaming, baik melalui Youtube atau program lainnya yang dinilai masyarakat lebih baik dan tidak monoton.
Sekali lagi penulis katakan bahwa ini merupakan momentum yang tepat untuk memajukan kembali industri penyiaran dan kreatif. Dengan TV digital yang dapat memuat beberapa program dalam satu waktu, tentu akan banyak ide kreatif yang muncul untuk memunculkan program ataupun konten yang dapat dijadikan pilihan masyarakat.
Faktanya, selera masyarakat berbeda-beda dalam memilih konten yang menarik. Inilah yang harusnya menjadi riset industri penyiaran. Sehingga nantinya stasiun televisi dapat membuat beberapa program yang diminati oleh masyarakat—sesuai riset—yang disiarkan dalam satu waktu.
Dengan disiarkannya beberapa program yang diminati masyarakat tersebut, tentunya ini akan menjadi pilihan bagi tontonan masyarakat. Hal tersebut juga akan menampung lebih banyak penonton nantinya.
Keunggulan penayangan beberapa program dalam satu waktu juga bisa mengungguli siaran dengan layanan streaming yang membutuhkan pulsa atau paket data—alias tidak gratis. Beberapa pilihan program yang didapatkan dengan TV digital yang tidak membutuhkan pulsa atau paket data, akan menjadi pilihan yang lebih banyak ditonton nantinya.
Akan tetapi, digitalisasi ini jangan dijadikan ajang untuk saling memperbanyak program stasiun TV, tanpa memerhatikan manfaat atau tidaknya bagi masyarakat yang menonton. Justru hal tersebut akan membuat masyarakat lebih kecewa, karena sudah mengeluarkan uang lebih untuk TV digital ini.
Oleh karena itu, kemajuan industri penyiaran di era TV digital  dapat dikatakan tergantung bagaimana mereka memainkan perannya. Jika mereka tetap berjalan di tempat, dan tidak menggunakan momentum ini dengan baik, maka industri penyiaran tetap tidak akan berubah. Sebaliknya, jika mereka menggunakan momentum ini untuk memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat, maka mereka akan terus maju.
Demikian, sedikit opini dari penulis tentang keunggulan TV digital dan bagaimana peluang yang dapat digunakan oleh para pelaku industri penyiaran. Satu hal yang menjadi harapan dari seluruh masyarakat Indonesia tentang migrasi TV digital ini, semoga kualitas program TV ke depannya terus meningkat dan memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H