Mohon tunggu...
Gani Sipayung
Gani Sipayung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirasawasta

Desain Grafis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Natal : Imanuel Dan Realitas Kehidupan Kristiani

28 Desember 2024   09:08 Diperbarui: 28 Desember 2024   09:37 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam Alkitab, kata "Immanuel" muncul 2 kali dalam kitab Yesaya (Yesaya 7:14, Yesaya 8:8) dan sekali dalam surat Matius (Matius 1:23). Dalam banyak literatur dikatakan, bahwa Imanuel berasal dua kata Ibrani yaitu Immanuel, terdiri atas kata Immanu dan El. Immanu berart beserta kita, dan El berarti Allah; sehingga Imanuel diartikan atau diterjemahkan sebagai "Allah beserta kita."

Perkiraan para ahli menyebut bahwa Yesaya hidup pada abad ke-7 sebelum masehi, artinya nubuatan Nabi Yesaya digenapi 700 tahun kemudian, yaitu dengan kelahiran (Natal) Juru Selamat, yaitu Yesus. Seorang perawan bernama Maria, mengandung, bukan karena hubungan biologis manusia, namun Roh Kudus yang berkarya, seperti yang dikatakan Malaikat kepada Yusuf. Kala itu, status hubungan Yusuf dengan Maria masih bertunangan (baca: Matius 1:18-15).

Tentu saja hal ini merupakan peryataan "Iman" bagi pengikut Kristus (Kristiani) bahwa Allah yang berbicara melalui nabi-Nya, Yesaya, dan Allah tidak akan pernah lupa untuk menggenapinya, bahwa Allah sendiri akan menyertai orang yang beriman dan percaya kepada-Nya (Immanuel), melalui seorang yang disebut sebagai Juru Selamat, Mesias, Imanuel, Raja Damai, yaitu Yesus. Yesus yang terlahir dari karya Roh Kudus yang terlahir sebagai manusia, dilahirkan dari persalinan seorang perempuan. Yesus, terlahir sebagai manusia, tetapi Yesus hidup oleh Roh Allah yang ada didalam diri-Nya. Itu sebab Yesus dikatakan sebagai Anak Manusia, namun Ia adalah Allah sendiri, karena Roh Allah ada didalam Dia.

Secara harafiah, Yesus tidak berbeda dengan manusia umumnya. Ia merasakan lapar, haus, sedih, marah dan sebagainya, namun ia tidak pernah berbuat dosa, karena ia adalah Sang Kudus, tidak pernah ada manusia dibumi yang seperti Yesus! Jika nabi adalah manusia yang tdak luput melakukan dosa, tetapi Yesus bukanlah nabi, karena ia adalah Allah sendiri yang mengambil rupa atau berwujud manusia. Dia memang Tuhan menurut Roh, namun Dia adalah manusia menurut daging (Cyril, Scholia on the Incarnation of the Only-Begotten).

Yesus tidak pernah mengatakan tentang agama, tetapi orang-orang pada zaman dahulu mengelompokkan orang-orang yang percaya kepada-Nya dengan sebutan Kristen, Nasarani, yaitu mereka yang mengukuti ajaran Yesus dari Nazareth (negeri kelahiran-Nya, kota kecil bernama Bethlehem, otonomi Nazareth).

Tekanan dan penolakan dialami para pengikut Yesus kala itu. Di Yerusalem, sebagai kota taklukan Kerajaan Romawi, para pengikut Yesus di adili, diintimidasi, dipersekusi dan bahkan digenosida. Mereka dianggap sekte yang sesat dan jadilah para pengikut Kristus kala itu memilih menyelamatkan diri, lari meninggalkan Yerusalem ke berbagai kota dan negeri lain.

Pupus dari bumi

Mungkinkah kebenaran akan pupus dari bumi? Bukankah kita percaya bahwa apa yang ada dibumi sat ini diciptakan oelh kebenaran? Ajaran Kristen mengatakan bahwa semua alam dan mahluk yang ada diciptakan oleh firman-Nya, yaitu kebenaran. Apa yang telah diciptakannya tidak akan hilang dari bumi, sampai nanti tiba pada kesudahannya. Yesus mengatakan, Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6).

Jika agama mengajarkan tentang hal-hal yang baik, tetapi Yesus menyatakan bahwa jalan satu-satunya kepada Allah ialah melalaui Dia, Yesus. Kehidupan orang beriman tidak baik-baik saja, karena kehidupan di bumi adalah waktu pengujian, dan Allah akan mendapatkan siapa saja yang lolos dan tahan uji, yaitu menang dalam pertandingan iman. Hidup berarti waktunya bertanding mempertahankan iman! Manusia modern boleh saja berbudaya, bersosialisasi, melakukan ritual spiritual, namun tidak sampai bias, materialistis, bahkan berlebihan sehingga menyimpang dari nilai-nilai pengajaran firman Allah!

Hidup yang berbuah

Sebagai orang beriman, hidup tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri. Pikiran, konseptual, rencana, manusia belum tentu sama dengan rencana dan kehendak-Nya. Pengajaran Iman Kristen melalui Alkitab menjelaskan bahwa hidup orang beriman harus selaras dengan Dia. Sama seperti penyataan Rasul Paulus, jika ia hidup maka berarti harus berbuah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun