Mohon tunggu...
Ganinda Prameiswary
Ganinda Prameiswary Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Aktif Universitas Udayana dan seorang Capcut Content Creator.

Saya merupakan seorang mahasiswa aktif program studi Ilmu Komunikasi, Universitas Udayana. Dan saya juga seorang Capcut Content Creator yang aktif saat ini. Saya senang menulis dan editing video.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Aci Tabuh Rah Pengangon, Tradisi Unik Dengan Banyak Nilai Edukasi

18 Oktober 2024   16:00 Diperbarui: 18 Oktober 2024   16:32 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Kapal merupakan salah satu desa wisata yang terletak di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Desa ini dapat dikatakan sebagai sentra pemasaran produk gerabah dari Bali dan luar Bali seperti gerabah Basangtamiang, gerabah Pejaten, gerabah Lombok, gerabah Kasongan dan sebagainya. Tak hanya dikenal dengan industri gerabahnya, Desa Kapal dikenal juga dengan tradisi khasnya yakni “Aci Tabuh Rah Pengangon” atau yang disebut juga dengan “Perang Tipat Bantal”.

Tradisi Aci Tabuh Rah Pengangon adalah tradisi masyarakat adat Desa Kapal untuk meminta energi atau anugerah kemakmuran kepada Dewa Siwa. Media yang digunakan dalam penyelenggaraan tradisi tersebut, yakni ketupat sebagai lambang Pradana (perempuan/indung telur) dan kue bantal sebagai lambang Purusa (laki-laki/sperma). Keduanya bertemu di alam semesta dengan tujuan untuk mendapatkan kesejahteraan secara pribadi, kelompok dan golongan masyarakat.

Perang ketupat sendiri dimulai pada tahun 1339. Tradisi ini dilaksanakan satu tahun sekali, setiap Sasih Kapat sampai Sasih Kelima sekitar bulan September –Oktober tepatnya setelah panen. Pada tahun ini, Aci tabuh rah pengangon telah dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Oktober 2024, yang bertempat di sepanjang jalan Pura Desa lan Puseh Desa Adat Kapal. Upacara dimulai pagi hari dengan melaksanakan persembahyangan bersama dan menghaturkan tipat bantal yang telah disiapkan oleh warga setempat. Kemudian dilanjutkan pada sore hari yakni perang ketupat antara dua belah kelompok yaitu kelompok purusa (sebelah utara) dan kelompok pradana (sebelah selatan). Setelah usai dilaksanakannya perang tipat ini, maka warga akan bergotong royong membersihkan sisa hasil bekas perang yang dinamai dengan lelemakan. Kemudian lelemakan ini dibagikan kepada masyarakat subak untuk dijadikan pupuk agar persawahan mereka tetap subur.

Dalam pelaksanaan tradisi ini terdapat nilai – nilai edukatif yang terkandung di dalamnya, antara lain:

1. Nilai Religius

Perang tipat bantal dapat meningkatkan keimanan seseorang terhadap keberadaan Tuhan karena dengan menerapkan tradisi tersebut dapat mendatangkan energi baik bagi kehidupan masyarakat desa Kapal berupa kemakmuran, produktivitas dan hasil panen yang melimpah.

2. Nilai Gotong Royong

Implementasi nilai gotong – royong tercermin pada saat para anggota di setiap rumah tangga membuat Tipat dan Bantal, menghaturkan sesajen (tipat dan bantal), dan pelaksanaan tradisi Perang Tipat Bantal yang di mulai dari Bale Agung Pura Desa Adat Kapal sampai ke Jaba Pura (di jalan raya) yang mana di ikuti oleh seluruh warga masyarakat Desa Adat Kapal. Di akhir acara, warga desa adat Kapal bahu membahu membersihkan area tempat mereka melakukan perang tipat bantal. Sehingga dengan dilakukannya kegiatan gotong royong ini jelas akan mempermudah dan mempercepat pekerjaan yang ada.

3. Nilai Demokrasi

Nilai demokrasi yang terdapat pada tradisi Perang Tipat Bantal ini adalah adanya Musyawarah yang biasanya di sebut paruman. Paruman ini diwakili oleh tokoh-tokoh penting di desa yang bertujuan untuk membahas berbagai hal mengenai persiapan pelaksanaan tradisi perang tipat bantal.

4. Nilai Toleransi

Nilai toleransi dalam pelaksanaan tradisi perang bantal Tipat di desa Kapal adalah adanya peran serta seluruh masyarakat desa Kapal baik yang beragama Hindu, non-Hindu maupun pendatang, yaitu ketika tradisi tersebut dilaksanakan di jalan utama. Bahkan masyarakat luar desa pun sering kali bisa berpartisipasi (ikut perang) asal patuh pada aturan, sehingga masyarakat bersikap toleran dan semangat meski berbeda latar belakang agama. Namun sikap toleran ini memungkinkan mereka menyatukan perbedaan yang ada.

5. Nilai Tanggung Jawab

Nilai Tanggung Jawab dalam pelaksanaan Tradisi Perang Tipat Bantal ini dapat dilihat dari adanya pembagian tugas kepada masing – masing warga , seperti pemangku, pecalang, dan lain lain.

6. Nilai Peduli Sosial

Nilai kesejahteraan sosial tersebut tercermin dalam tradisi Perang Tipat Bantal, dan masyarakat desa Kapal yang tidak memiliki lahan pertanian menyadari bahwa tradisi Perang Tipat Bantal merupakan tradisi yang tidak hanya mengabdi pada masyarakat Subak namun juga mengabdi pada masyarakat Subak. Dengan mengikuti kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun dan mengamalkan tradisi Perang Bantal Tipat, masyarakat Desa Kapal dapat terselamatkan dari situasi yang memprihatinkan.

Pesatnya perkembangan teknologi memang memudahkan kehidupan masyarakat Bali, namun mereka juga terbebani dengan banyaknya nilai-nilai yang melekat pada teknologi yang mengancam masyarakat, khususnya generasi muda. Seiring dengan perubahan nilai-nilai yang sudah mapan seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat Bali menjadi tidak stabil secara mental dan mengalami krisis identitas. Namun, kekhawatiran sebagian masyarakat Bali terhadap globalisasi sedikit berkurang karena masih terjaganya sistem "Desa Adat" di pulau dewata. Tidak dapat dipungkiri bahwa adat dan tradisi Bali masih bertahan hingga saat ini karena adanya masyarakat adat yang terus melestarikan adat dan tradisi warisan nenek moyang sejak dahulu kala. Oleh karena itu tradisi ini harus dijaga dan dilestarikan agar dapat diwariskan untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun