Mohon tunggu...
ABDUL GANI HAITAMY
ABDUL GANI HAITAMY Mohon Tunggu... Konsultan - ingin berkarya lewat tulisan tulisan yang mencerahkan dan inshaa allah akan mejadi referissi bagi semua kalangan yang konsen dengan hukum, pendidikan kesehtan dan parawisata.

kiranya dapat menjadikan figur yang dapat menerima segala masukan dari semua pihak..

Selanjutnya

Tutup

Money

Etos Kerja Islami

2 Juni 2015   01:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:23 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Agama diturunkan di dunia ini untuk membawa rahmat bagi umat manusia, misi ini diperuntukkan kepada seluruh lapisan masyarakat, sebagaimana tertuang dalam (Al-Hujurat :13) dengan harapan agar menjadi umat yang “kuntum khaira umah ukhrijat linnasi” (Ali Imran: 104). Dengan memotivasi untuk menjadi pemberontak terhadap kemiskinan, kemunafikan, membuat kekhilafahan dalam peradaban umat manusia.

Rasul mengajarkan “tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”, “mukmin yang kuat lebih di cintai daripada mukmin yang lemah”. Allah SWT. Lebih menyukai mukmin yang bekerja keras. Ini merupakan indikator bahwa Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk membangun etos kerja yang Islami yang dapat membawa keselamatan di dunia dan akhirat.

Namun bila ditilik fenomena saat ini. Di negara-negara maju banyak para pekerja keras mereka siang malam malang melintang mencari nafkah untuk meng-hidupi dirinya dan berusaha berprestasi, mengumpulkan harta sebanyak–banyaknya.

Namun setelah mendapat yang diinginkan dengan perolehan uang yang banyak tidak mencapai kepuasan sebagai bukti tatanan kehidupan ekonomi semakin melebar antara kaya dan miskin, dominasi tehnologi komunikasi telah melebar merampas nilai-nilai budaya lokal yang plural, budaya global telah mewarnai gaya hidup bangsa ini, seperti gaya suporter pertandingan sepakbola, yang ditiru etos kerja yang tak membawa keberkahan hidup seperti para suporter wajahnya dicoreng-coreng, begitu ada seorang wanita yang mempertontonkan auratnya mereka begitu bangga dengan apa yang dilakukan ia mengira semangat yang dilakukan dapat membawa keberkahan.

para pemuda melakukan pentas sex, melakukan penyalahgunaan obat terlarang, laki-laki menyerupai wanita begitu juga wanita menyerupai laki-laki. Sehingga umat Islam kehilangan identitas diri karena etos kerja yang dibangun keluar dari aturan Allah SWT.

Ini menunjukkan bahwa antara keinginan Allah dan RasulNya berbeda jauh dengan kenyataan kondisi masyarakat ini. Manusia seringkali tidak sejalan dengan petunjuk Allah SWT. Maka dalam melakukan tugas hidup ini etos kerja yang dibangun tidak membawa kemuliaan dan keagungan pada sendiri dan dihadapan Allah SWT, sehingga walaupun kekayaan melimpah ruah dengan fasilitas yang lengkap tetap mengalami penderitaan kekeringan spiritual.

Etos kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepriba-dian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat, etos di bentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya.

Dalam etos tersebut ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari kerusakan (fasad), sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaan. Sikap demikian di kenal dalam Islam aspek ikhsan yang ditemukan dalam Al-Qur’an kata “itqan” yang berarti proses pekerjaan yang sangat bersungguh, akurat, dan sempurna (An-Naml :88) akibatnya, seorang muslim yang memiliki kepribadian Qur’ani pastilah akan menunjukkan etos kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu secara sangat sungguh-sungguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati.

Dengan etos kerja yang bersumber dengan keyakinan Qur’ani ada semacam keterpanggilan yang sangat kuat dari lubuk hati, “Aku ini seorang muslim, aku ini wakil Tuhan di muka bumi, apakah pantas kerja setengah-setengah, apakah pantas seorang khalifah menun-jukkan hasil kerja yang tidak berkualitas. Bila Allah berbuat ikhsan juga. Sebagaimana firman Allah SWT,” dan berbuat baiklah (ikhsan) sebagaimana Allah telah berbuat baik (ikhsan) kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka bumi), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan (Al-Qasas: 77).

Kerja
Makna kerja bagi seorang muslim adalah sesuatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerjakan seluruh aset, pikir dan zikir untuk mengaktualisasikan arti dirinya sebagai bahagian dari hamba Allah yang terbaik bagi masyarakat yang terbaik dalam Al-Qur’an diuraikan : “Sesungguhnya, kami telah menciptakan apa yang dilangit dan yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, supaya kami, menguji, mereka siapakah yang terbaik amalnya.” (Al-Kahfi : 7).

Ayat ini mengetuk hati setiap pribadi muslim untuk mengaktualisasikan etos kerja dalam bentuk mengerjakan segala sesuatu dengan kualitas yang tinggi, mereka sadar bahwa untuk berjumpa dengan Allah dengan hanya melakukan perbuatan amal sebagaimana firmannya ;

Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaknya dia mengerjakan amal saleh dan jangan dia mempersekutukan Tuhan dalam beribadah dengan sesuatu apapun “ (Al-Kahfi : 10).

Ada sebuah yang menarik di simak kisah pada suatu saat, Sa’ad bin Muadz al-Ansyari berkisah bahwa ketika Nabi saw. Baru kembali dari perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari kanapa tanganmu? Rasulullah saw. bertanya: karena aku me-ngolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku. Rasullulah saw, mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka. Dalam riwayat lain, setelah mencium tangan seorang pekerja beliau bersabda hasdzihi yadun yuhi-bbuhullahu wa rasulullahu, inilah yang dicintai Allah dan RasulNya. (At-Tabrani).

Bahwa dalam etos kerja yang Islami ada semacam kandungan spirit atau semangat untuk mengubah sesuatu menjadi lebih bermakna lebih dalam orang yang mempunyai etos kerja ia tidak mungkin membiarkan dirinya untuk menyimpang atau membiarkan penyimpangan yang akan membinasakan kebaikan.

Sabda Rasullah:
Barangsiapa di antara kamu melihat terjadinya kemungkaran hendaklah kamu cegah dengan tangan, apabila tidak sanggup dengan tangan, hendaklah dengan lidah dan apabila tidak sanggup dengan lidah, cegahlah dengan hati, tetapi yang terakhir ini adalah selemah-lemah iman (HR. Muslim).
Etos kerja muslim semangat untuk menapaki jalan lurus dengan mengambil peran pemimpin sebagai pemegang amanah termasuk para hakim harus berlandaskan pada etos kerja yang diridhoi oleh Allah SWT (jalan lurus).

Sebagaimana Daud di amanat pertanggungjawaban untuk mengambil keputusan secara adil dan berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Berkaitan dengan ini Allah SWT mendekritkan “Maka berilah keputusan (hukumlah) di antara kami dengan adil dan janganlah kamu me-nyimpang dari kebenaran dan petunjuk (pimpinlah) kami ke jalan yang benar.” (Shaad: 22).

Etos kerja Islam mempunyai implikasi pada setiap manusia untuk selalu konsisten terhadap ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadist walaupun dalam keadaan gembira atau susah untuk mengejar dan memburu sebagai manusia yang bertaqwa bila hal ini bisa dilakukan, maka tidak ada adanya penindasan kekerasan, kerusuhan, perpecahan, perusakan, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan pelanggaran HAM dan KKN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun