Kondisi keanekaragaman hayati air tawar
Keanekaragaman spesies akuatik di Indonesia diketahui mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingkan di daratan. Tidak hanya terkait dengan jumlahnya, tetapi keunikan karakter dan varietas yang melimpah dan memerlukan perhatian khusus agar tetap mendukung kesimbangan struktur populasi. Yang menarik adalah, sumber daya alam yang tersimpan di perairan daratan Indonesia (sungai, danau, waduk, dll) belum dapat sepenuhnya dilakukan pendataan dan dimanfaat sebaik baiknya untuk konservasi alam. Sementara itu, jumah danau, waduk, situ dan embung terdata lebih dari 1.500 lokasi dan dilansir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tercatat sampai dengan tahun 2020, jumlah sungai lebih dari 5.400 lokasi tersebar diseluruh daerah di Indonesia. Akan tetapi, dikutip dari humas LIPI, menyebutkan bahwa data jumlah sungai dan danau yang tersebar di Indonesia belumlah secara pasti menyebutkan angka yang jelas dan akurat. Hal ini diduga disebabkan kurangnya respon dan perhatian dari masyarakat akan pentingnya ekosistem air tawar untuk lingkungan di Indonesia.
Manfaat makroalge didalam "ecological role"
Potensi pemanfaatan sumber daya alam akuatik perlu diimbangi dengan upaya pelestarian alamnya sehingga mampu memberikan ecosystem services yang tinggi. Salah satu organisme yang mempunyai peranan sangat penting terhadap keseimbangan biodiversitas di ekosistem air tawar adalah makroalga. Makroalga diketahui merupakan organisme tingkat rendah yang bercirikan tidak mempunyai pembuluh dan tumbuh melekat pada substrat didasar atau tepi yang dangkal dari perairan. Makroalga termasuk tumbuhan tidak sejati karena tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, buah dan biji yang sejati. Akan tetapi, makroalga mempunyai nilai ekologis yang sangat tinggi. Salah satu peranan penting makroalga dalam konsep "the ecological role" adalah sebagai primary producers. Sebagai organisme autotroph, makroalga mampu mengubah zat hara anorganic menjadi bahan organic dan menghasilkan oksigen yang cukup besar dimana sangat dibutuhkan bagi kehidupan biota atau tropic yang lebih tinggi tingkatannya (dimanfaatkan oleh organisme itu sendiri atau organisme yang lain). Hal ini akan meningkatkan dan memperbaiki produktivitas primer perairan yaitu dengan menghasilkan banyak energy. Energy yang lain dihasilkan dari penyerapan cahaya matahari dari makroalga yang akan dikeluarkan sebagai bahan organic y. Selain itu juga menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup disekitarnya sebagai produk dari proses fotosintesis.
Makroalga sebagai faktor pengujian kualitas air
Selain peranannya sebagai organisme penghasil makanan untuk organisme heterotroph, makroalga juga berfungsi sebagai indikator untuk menentukan dan menjaga kualitas perairan. Tumbuhan ini termasuk salah satu komponen ekosistem air tawar yang sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan. Makroalga dapat hidup dimanapun, di batu, semen, tanah, dll, dengan jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan. Akibat pertumbuhan industri dan aktivitas manusia menyebabkan beban polutan yang masuk di perairan semakin tinggi dan dimanfaatkan oleh makroalga yang menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas makroalga. Makroalga akan menyerap zat-zat yang terkandung didalam limbah atau polutan yang masuk didalam perairan dan hal tersebut akan merusak sistem biologis serta lingkungan di sekitarnya (Bioremediation). Sehingga rusak tidaknya, baik buruknya lingkungan perairan dapat kita lihat dari keberagaman dan kelimpahan dari jenis-jenis makroalga yang hidup di perairan tersebut. Semakin melimpah dan beragam jenisnya maka dapat dipastikan bahwa perairan tersebut bersih dan tidak ada pencemaran. Beberapa laporan ilmiah telah membuktika bahwa makroalga dari jenis Oedogonium, Stigeoclonium, Hyalotheca (Lawton et al. 2017, Valero-Rodriguez et al. 2020) mampu mengasimilasi nutrient dalam proses Bioremediation untuk menaksir kualitas perairan yang tercemar.
Peranan makroalga dalam "ecosystem services"
Bagaimana peranan makroalga dalam ecosystem services? Biodiversitas makroalga di perairan daratan mendukung interaksi antar semua komponen biotik dan abiotik sehingga membangun suatu komunitas yang dijadikan parameter dan tolak ukur untuk ecosystem services yang lebih besar yaitu flood control, area konservasi, pengujian kualitas air, dan landspae aesthetics. Interaksi ini berhubungan dengan bagaimana masing masing komponen memberikan fungsi dan dampak positif terhadap kelangsungan hidup disetiap spesiesnya dan manusia. Oleh karena itu, berdasarkan keberadannya, makroalga mampu men-supply 5 (lima) aspek pelayanan di ekosistem: Provisioning, Regulating, Supporting dan Cultural service. Dalam aspek Provisioning, keanekaragaman makroalga mampu memberikan manfaat bagi manusia, misalkan sebagai bahan makanan manusia dan ikan (fish feed), serta untuk bahan baku material di dunia kedokteran green biotechnology. Dalam aspek Regulating, di dalam habitatnya, makroalga sebagai biology control untuk kejenuhan polutan yang masuk dalam perairan sehingga dapat mencegah coastal erosion sehingga mampu mengendalikan kestabilan struktur populasi. Selain itu makroalga juga mampu mengendalikan regulasi air bersih dengan berinteraksi antara struktur habitat dan landscape. Dalam aspek Supporting, kestabilan adaptasi makroalga mampu memastikan dan melindungi gene pool (aliran gen inter dan intra spesies) melalui seleksi alam atau peoses evolusi. Dalam aspek Culture service, keberadaan makroalga memberikan nilai tambah untuk kehidupan manusia, misalkan dalam hal menciptakan lokasi untuk mendukung keindahan tempat rekreasi, tourism, natural watching. Lebih lanjut lagi, makroalga dialam juga berpotensi untuk dijadikan bahan atau objek penelitian, pengembangan, dan ornament dalam dunia perdagangan ikan didalam akuarium.
Ancaman pada populasi makroalga didalam ekosistemnya
Aktivitas manusia yang paling membahayakan ekosistem air tawar adalah pencemaran yang disebabkan oleh limbah industri. Salah satu polusi bahan kimia yang paling banyak dan merusak habitat adalah tumpahan minyak dan limbah industri dari pabrik, limbah pertanian, ataupun bahan logam berat yang lain. Logam berat dapat juga masuk ke dalam perairan melalui pelapukan, erosi batuan dan tanah atau melalui limpasan limbah perkotaan, air hujan, kotoran, akumulasi atmosfer dan sampah plastik. Limbah akibat zat-zat lainnya yang digunakan untuk exploitation ikan secara berlebihan, juga aka merusak ekosistem air tawar. Lapisan minyak akan menutupi daerah perairan sehingga menghambat sinar matahari masuk kedalam perairan. Selain itu, komponen bahan kimia tersebut terlarut dengan air akan mencemari atau masuk kedalam tubuh makroalga melalui sedimen. Sebagai organisme yang pertama menerima zat organik terlarut dari polutan ini, makroalga menyerap racun dan akan mempengaruhi habitat dan struktur populasi organisme di dalamnya. Lebih dari itu, akan terjadi destruksi habitat dan exploitation besar besaran akibat pencemaran air sehingga akan merusak habitat dan ekosistem. Sehingga, makroalga sebagai salah satu organisme bioindikator logam berat mampu mengakumulasi dan berakibat ancaman untuk sumber daya biotik lainnya/hubungan trofik selanjutnya (primary, secondary herbivore).
Rancangan konservasi hayati
Manfaat yang diberikan akan keberadaan makroalga di dalam "ecosystem services" terhadap alam berdampak positif kepada masyarakat dalam merancang investasi dalam konservasi dan restorasi dari ekosistem air tawar. Konsep untuk penyelamatan habitat termasuk organisme yang ada didalamnya harus lebih memperhatikan dampak keberlajutan dan multi-level approach. Pembangunan lingkungan hidup dengan fokus kepada implementasi pembangunan rendah karbon termasuk dalam prioritas nasional untuk kementerian lingkungan hidup dan kehutanan tahun 2020-2024. Uraian ini terkait untuk penanganan air limbah domestik yang belum mencapai 50% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Dilansir dari salah satu sasaran strategis dari KLHL 2020-2024 (Karliansyah 2020) menyebutkan bahwa pemulihan jumlah daerah aliran sungai dan luasan daerah yang bernilai konservasi tinggi (high conservation values) menjadi bagian dari indikator kinerja utama guna mewujudkan indeks kualitas lingkungan hidup yang berkualitas. Konservasi yang dimaksudkan adalah yang tetap memperhatikan sustainable development dalam usaha peningkatan kehidupan manusia tetapi tetap menjaga kelestarian biodiversitas. Hal ini menjadi prioritas utama karena berpengaruh terhadap ketahanan, kepunahan dan kelestarian hayati perairan. Pengetahuan dan pengukuran tentang productive capasities terhadap sumber daya alam diperlukan untuk memastikan pemanfaatannya tidak melebihi kapasitas yang dimiliki.
Strategi konservasi untuk melindungi kelestariannya dari kepunahan
Beberapa rekomendasi untuk strategi konservasi yang dapat diterapkan dalam menjaga biodiversitas makroalga di perairan darat adalah berdasarkan 4 tipe habitat: preservation, enhancement, restoration, dan habitat creation. Dalam aplikasinya hal ini lebih difokuskan kepada pengukuran konservasi dilevel landscape, komunitas dan spesies.Â
Pengukuran konservasi berdasarkan level landscape meliputi semua vegetasi dalam luasan range species, mengarah pada geographical area yang memberikan manfaat untuk semua komunitas alami. Pengukurannya berdasarkan karakter dari komposisi, bentuk dan ukuran serta ecological proses. Pengukuran strategi konservasi berdasarkan komunitas mengacu pada natural community termasuk parameter manajemen vegetasi, restorasi habitat, peningkatan fungsi ekosistem, dan peningkatan jumlah spesies heterotroph (ikan). Level komunitas ini dijelaskan berdasarkan kebutuhan habitat oleh penutupan spesies and aksi yang dibutuhkan untuk melindungi komunitas vegetasi melalui perlindungan cagar alam. Pengukuran strategi konservasi berdasarkan kelimpahan spesies melalui perlindungan keragaman genetik. Hal ini dilakukan melalui dengan pendataan jumlah spesies makroalga yang ada di komunitas perairan tawar termasuk penyelamatan spesies endemic Indonesia.
Pendekatan adaptif guna perlindungan spesies makroalga
Mengutip dari hasi penelitian (Bogardi et al. 2020) bahwa stressors dan pressures terhadap ekosistem air tawar yang mampu merusak habitat makroalga, membutuhkan tindakan adaptif dalam strategi konservasinya. Beberapa langkah adaptif yang dapat diadopsi dari hasil penelitian tersebut adalah dengan merekomendasikan 4 fase pendekatan dalam penerapannya.Â
Ke-empat fase tersebut antara lain: penentuan area dan tujuan perlindungan secara berkelanjutan melalui kesepakatan bersama pemerintah, akademisi dan masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian flora air tawar; memaksimalkan identifiasi dan pelaporan data melalui skrining dan publikasi; monitoring dan pengujian terhadap water body sehingga menjamin kelestarian air bersih dan yang terakhir dengan mengevaluasi dan manajerial kebijakan pemerintah melalui penerapan kebijakan yang adaptif  terhadap kelangsungan capacity building lingkungan dan alam. Harapanya, terdapat penjaminan dan pemeliharaan ekosistem air tawar yang sehat dengan kelestarian flora dan habitat didalamnya dengan tetap memerluakan kesadarana dan awareness dari seluruh lapisan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H