Kala kutanya keadilan pada sang pengadil
dinegeri luhur yang katanya punya landasan idiil
katanya sudah turun yang namanya ratu adil
alah omong kosong
isi negeri tetap saja penuh sesak kutil
tampak atas samping kanan kiri masih saja dekil
mewah dan semakin kaya menambah keyakinan tampil
walau masih banyak yang terseok, beberapa menjadi trampil
biangnya, tertawa tersenyum suka usil
sesekali tarian keyboard nya menyentil
masih sama dari dulu pertarungan tanpa pemenang
cobalah tanya demi apa mereka bersitegang
rela lewati terobos jalan terjal pun kadang jiwa melayang
si fakir tak menyingkir lentik nyawa meregang
jadi kebayang
indahnya hidup di rumah gadang
setahun serasa seabad
beberapa sosok berganti almarhum almarhumah
bukan mereka tak bernyali
bukan mereka tak terkendali
katanya sayangi umur jangan sampai terkuras tenaga karena dia tetap tuli
karena tak peduli
atau ingkar janji
e gilanya sering berselfi
oh dia menyeringai
ijinkan aku pulang aku datang menghias diri
tabik.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H