Mohon tunggu...
Gangsar Mangkasaro
Gangsar Mangkasaro Mohon Tunggu... lainnya -

melihat dengan kaca mata kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Haruskah Kita Berebut Pengaruh

14 Januari 2014   13:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin temanku cerita, betapa sedih hatinya karena anak-anaknya tidak merasa dekat dengannya. Sedikit-sedikit ke ibunya, hingga timbul rasa cemburu pada temanku. Ia bilang apa karena anak-anak yang memberi uang jajan ibunya sehingga mereka semua dekat ke ibunya. Lha saya kan tidak biasa ngatur keuangan makanya sehabis gajian semua kuberikan ke ibunya anak-anak, saya ambil seperlunya untuk bensin motor dan makan siang saja. Begitulah cerita temanku.

Saya hanya diam saja mendengar penuturannya, pikiranku langsung menerawang membayangkan keempat anakku. Sambil bertanya-tanya apakah anak-anakku juga demikian terhadap diriku yang pulangnya selalu habis isya. Plus keegoisanku kalau sabtu minggu pagi aku habiskan untuk olah raga dan bertemu dengan teman-teman. Kalaupun saya berada dirumah bila waktunya sholat saya harus ke masjid. Di masjid bisa berlama-lama bercengkerama dengan tetangga bahkan berkali-kali menjadi pengurus masjid dan pernah jadi ketua RW. Praktis anak-anak jarang berkumpul dengan diriku. Sayapun tersentak dengan curhatan temanku itu.

Namun sedari awal memang saya sengaja anak-anak agar lebih dekat dengan ibunya. Bagaimanapun mereka harus patuh dan hormat kepada ibunya melebihi ayahnya. Hal itu sering aku nasihatkan kepada mereka hormati ibumu, ibumu, ibumu baru ayahmu. Seperti yang rasulullah ajarkan melalui bacaan dan ceramah yang kuserap. Saya malah merasa tidak enak kalau sampai ada anak yang terlalu dekat padaku dan agak jauh dari ibunya.

Sekejap setelah ingat apa yang saya alami, sayapun hanya bisa cerita tanpa harus menggurui apa yang harus dia perbuat. Secara naluri memang anak lebih dekat dengat ibunya, ditilik dari sisi agamapun anak diwajibkan lebih menghormati ibunya. Jadi apanya yang salah, semua kan wajar bila anak lebih dekat dengan ibunya.

Apakah rekan-rekan punya cara atau opini lain. Kok sampai ada pemikiran rebutan pengaruh anak, antara suami dan isteri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun