Mohon tunggu...
Paramitha Ganeshwari
Paramitha Ganeshwari Mohon Tunggu... Guru - Masih belajar

Sedang membuat sketsa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menabur Abu

31 Desember 2021   15:48 Diperbarui: 31 Desember 2021   16:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya gadis itu menoleh, sesuatu dalam dirinya bereaksi. Entah mengapa ia merasa sangat gembira akan perkataan sang pemuda. Ekspresi wajahnya yang merona dan senyum lebarnya menunjukkan seakan itu adalah hal yang ditunggu-tunggu. Dan ia mendapatkannya! Beberapa saat kemudian, mereka pun berjalan bersama-sama.

Hari berikutnya, sang gadis menunggu di pinggir pantai yang sama. Di titik yang sama di mana sang pemuda menyapanya, sambil berharap dapat bertemu dengan pemuda itu kembali. Namun hingga matahari terbenam, sang pemuda itu tak kunjung menampakkan diri.

Keesokan harinya, ia menunggu lagi. Sang gadis pun tak dapat menemukan sang pemuda di pantai itu. Ia pun beranjak dari titik tempat ia berdiri. Bekas tapak kaki yang sangat jelas muncul ketika ia mulai beranjak dari titik itu. Ia memutuskan untuk berkeliling, berharap menemukan pemuda yang dicarinya. Namun sayang, ia pun tak berjumpa dengan pemuda itu.

Keadaan terus berlanjut hingga hampir dua minggu lamanya sang pemuda tak muncul lagi di hadapan sang gadis. Namun, gadis itu tetap ada di pinggir pantai, menunggu pemuda yang pernah menyenangkan hatinya itu.

Sesungguhnya, ini bukan pertama kalinya si gadis menunggu-nunggu kehadiran seseorang pemuda yang bisa menyenangkan hatinya. Ini juga terjadi sebulan lalu, dua bulan lalu, empat, bahkan enam bulan yang lalu.

Tiba-tiba seekor anjing kecil mendekatinya. Anjing itu bersikap manja pada sang gadis. Sang gadis pun setelah lama tak bergeming, akhirnya melirik ke arah anjing itu. Sesuatu dalam dirinya tergerak, dan ia pun mengelus-elus anak anjing itu.

"Kalau kau butuh teman, aku bersedia menjadi temanmu." Katanya pada anjing itu, kemudian dibawanya anjing itu pulang. Dinamakannya anak anjing itu dengan nama 'Pino'.

Sebulan kemudian, gadis itu kembali berada di pinggir pantai. Kembali menabur abu untuk Pino kesayangannya. Kali ini, entah siapa yang akan datang menyapanya.

22 Mei 2015

Paramitha Ganeshwari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun