Nasi merupakan makanan pokok yang paling populer di seluruh dunia, terutama di Asia Tenggara. Tidak terkecuali Bangsa kita Bangsa Indonesia yang menjadikan makanan pokok utama. Menurut Riyadi (2002), data konsumsi beras sebagai makanan pokok mencapai 98% dari penduduk Indonesia. Namun bangsa Indonesia menjadi ketergantungan pada konsumsi beras dibuktikan mengalami perubahan harga dan ekonomi dalam kondisi harga dan ketersediaan beras tidak stabil. Selain itu, Dominasi beras sebagai bahan dari makanan pokok menghambat pertumbuhan dan pengembangan pangan lokal yang tidak kalah bergizi sebagai makanan pokok.
Beras memiliki sejarah panjang di Indonesia. Dilansir dari kompas.com, menurut Fadly Rahman bahwa beras atau Oryza sativa adalah makanan pokok yang dibawa oleh pedagang India dan China. Lalu dibudidayakan di masyarakat Indonesia. Sebelumnya makanan pokok masyarakat Indonesia adalah umbi-umbian.Â
Lalu mengapa banyak daerah dan suku-suku di Indonesia yang memiliki pangan lokal meninggalkannya dan berpindah ke nasi sebagai makanan pokok. Padahal ada nasi jagung, umbi-umbian yang amat sangat subur, dan dapat memenuhi gizi masyarakat malah berpindah dan beralih ke nasi.
Salah satu faktornya adalah status sosial. Ada kata yang populer di kalangan masyarakat Indonesia adalah belum makan kalau belum makan nasi. Jadi kata-kata tersebut membuat masyarakat yang makanan pokok selain nasi dianggap miskin karena dalam tanda petik dianggap belum makan atau sejahtera. Meski seperti slogan dan lelucon namun hal ini membuat nasi menjadi makan pokok di berbagai daerah dengan terpaksa karena sosial budaya.
Dampaknya apa? Dampak yang kita rasakan adalah semakin dibutuhkan lahan untuk ditanami untuk padi. Hal ini dapat merusak kualitas tanah. Impor beras yang meningkat dari tahun ke tahun yang membebani APBN. Selain itu makan lokal dan adat yang sudah ada lama sebagai makanan pokok akan hilang dalam perlahan. Â Tanpa sadari kekayaan makanan adat akan lentur dengan seiring waktu.
Jadi Cintailah dan lestari makanan daerahmu dengan mengonsumsi dan memamerkan kepada seluruh Indonesia bahwa nasi bukanlah segalanya. Umbi-umbian, biji-bijian selain beras pun memiliki nilai gizi yang tidak kalah. Salam Ketahanan Pangan Indonesia.
Penulis :
Ganesha Afnan Adiprandana
Jurusan : Teknik Pertanian
Perguruan Tinggi : UGM