Mohon tunggu...
Ganefofficial 2003
Ganefofficial 2003 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya travelling dan jelajah alam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Privasi di Era Digital: Apakah Data Pribadimu Masih Aman

23 Oktober 2024   20:30 Diperbarui: 5 November 2024   20:31 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://csirt.bappenas.go.id/public/storage/photos/shares/thumbnail/tumb1.jpg

Kebocoran data adalah masalah yang kompleks dan banyak dipengaruhi sejumlah faktor. 

Awal tahun 2024 Kebocoran data besar-besaran hingga 26 miliar data bocor dari situs-situs termasuk Twitter, Linkedin, dan Dropbox. Dilansir dari laman https://csirt.bappenas.go.id/ kebocoran terbesar berasal dari QQ milik Tencent, sebuah aplikasi perpesanan populer di Tiongkok yang memiliki 1,5 miliar data dalam pelanggaran tersebut. Diikuti oleh Weibo, platform media sosial Cina, yang memiliki 504 juta catatan. Beberapa kebocoran terbesar lainnya berasal dari MySpace (360 juta), Twitter (281 juta), Linkedin (251 juta), dan AdultFriendFinder (220 juta).

Pada bulan september tahun ini, jagat maya Indonesia lagi-lagi dihebohkan masalah kebocoran data pribadi. Kali ini data yang bocor adalah data wajib pajak di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, data yang dibocorkan termasuk data pajak milik orang nomor satu di negeri ini, yakni Presiden Joko Widodo, beserta keluarganya.

Informasi tentang dugaan kebocoran data pajak itu awalnya menyebar di akun media sosial X @secgron milik pengamat keamanan siber Teguh Aprianto pada Rabu (18/9/2024). Dalam unggahannya, ia menyebutkan sebanyak 6 juta data nomor pokok wajib pajak (NPWP) diperjualbelikan di situs terbuka (open source) forum jual-beli data siber dengan harga sekitar Rp 150 juta.

Mengapa bisa terjadi kebocoran data pribadi di Indonesia?

Kebocoran data pribadi di Indonesia terjadi karena beberapa faktor utama yang melibatkan kelemahan dalam tata kelola data, keamanan siber, hingga perilaku individu di dunia digital. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa kebocoran data pribadi sering terjadi:

  1. Kelemahan Infrastruktur Keamanan Siber
    Banyak organisasi, baik di sektor publik maupun swasta, memiliki infrastruktur keamanan siber yang belum memadai untuk menangani serangan canggih. Misalnya, sistem yang tidak diperbarui, kelemahan dalam firewall, enkripsi data yang kurang baik, hingga kelemahan dalam deteksi ancaman membuat data mudah diakses oleh pihak tak berwenang.

  2. Kurangnya Kesadaran dan Edukasi
    Rendahnya tingkat literasi digital menyebabkan banyak orang tidak waspada terhadap keamanan data pribadi mereka. Masyarakat sering kali menggunakan kata sandi lemah, membagikan informasi pribadi secara berlebihan di media sosial, dan tidak menyadari ancaman siber yang ada, seperti phishing dan malware.

  3. Kurangnya Regulasi yang Tegas dan Penegakan Hukum
    Meskipun sudah ada Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), penegakan hukum terkait pelanggaran data masih lemah. Pengawasan dan sanksi bagi organisasi yang tidak menjaga data pribadi juga sering kali tidak cukup ketat, sehingga banyak perusahaan yang lalai.

  4. Ancaman dari Pihak Internal (Insider Threat)
    Tidak jarang kebocoran data berasal dari oknum dalam perusahaan atau lembaga. Hal ini bisa terjadi karena kelalaian, ketidaktahuan, atau bahkan tindakan kriminal dari karyawan yang memiliki akses terhadap data sensitif.

  5. Motif Ekonomi dan Serangan Siber yang Meningkat
    Dengan berkembangnya ekonomi digital, data pribadi menjadi sangat bernilai dan sering dijadikan target serangan siber. Peretas (hacker) menjual data di pasar gelap atau menggunakannya untuk melakukan penipuan dan kejahatan lain, sehingga kebocoran data meningkat dari waktu ke waktu.

  6. Keterbukaan Teknologi dan Layanan Digital yang Rentan
    Banyak aplikasi dan layanan digital yang kurang aman dalam penyimpanan dan pemrosesan data pribadi. Misalnya, sistem aplikasi yang belum memiliki sertifikasi keamanan atau tidak melakukan audit keamanan secara berkala menjadi target mudah untuk serangan siber.

  7. Pemanfaatan Data yang Kurang Etis
    Terkadang, kebocoran data juga disebabkan oleh perusahaan yang menyalahgunakan data pengguna, seperti menjualnya kepada pihak ketiga tanpa izin. Data pribadi menjadi "komoditas" bagi pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya secara komersial, yang terkadang berujung pada kebocoran data.

Fenomena kebocoran data ini menunjukkan perlunya pendekatan komprehensif yang melibatkan penguatan infrastruktur keamanan, peningkatan literasi digital, serta penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelanggaran data pribadi di Indonesia.

Apa dampak dari kebocoran data pribadi di indonesia?

Kebocoran data pribadi di Indonesia memiliki berbagai dampak serius, baik bagi individu maupun organisasi yang terlibat. Dampak-dampak ini tidak hanya menyentuh aspek finansial, tapi juga sosial dan psikologis. Berikut adalah beberapa dampak utama dari kebocoran data pribadi:

  1. Penipuan dan Pencurian Identitas
    Data pribadi yang bocor sering dimanfaatkan untuk melakukan penipuan atau pencurian identitas. Dengan data-data seperti nomor identitas, alamat, dan informasi perbankan, pelaku kejahatan bisa mengakses akun korban, membuat pinjaman, atau membeli barang atas nama korban, yang tentunya sangat merugikan secara finansial.

  2. Penyalahgunaan Data untuk Kejahatan Siber
    Data pribadi dapat dimanfaatkan untuk berbagai modus kejahatan siber lainnya, seperti phishing, pemerasan, atau manipulasi korban melalui teknik rekayasa sosial (social engineering). Pelaku bisa menggunakan data untuk menyebarkan malware atau melakukan serangan yang lebih canggih, yang semakin merugikan korban.

  3. Dampak pada Reputasi dan Rasa Aman
    Individu yang data pribadinya bocor sering kali merasa tidak aman karena privasi mereka terganggu. Selain itu, reputasi pribadi atau profesional bisa tercoreng, terutama jika data yang bocor bersifat sensitif. Hal ini dapat memengaruhi kepercayaan orang lain terhadap individu atau perusahaan tersebut.

  4. Kerugian Finansial bagi Perusahaan
    Bagi organisasi, kebocoran data berarti kerugian finansial yang signifikan. Selain potensi tuntutan hukum dari pihak korban, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk meningkatkan keamanan, memberi kompensasi kepada korban, atau mengelola krisis reputasi. Beberapa perusahaan juga dapat kehilangan pelanggan karena kepercayaan publik yang menurun.

  5. Menurunnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Layanan Digital
    Kebocoran data yang terus berulang membuat masyarakat semakin waspada dan kurang percaya terhadap layanan digital. Akibatnya, masyarakat menjadi ragu untuk memberikan data pribadi mereka kepada perusahaan atau lembaga pemerintah, yang dapat menghambat perkembangan ekonomi digital dan inovasi.

  6. Gangguan Psikologis pada Korban
    Korban kebocoran data bisa mengalami stres, kecemasan, atau bahkan trauma akibat penyalahgunaan data pribadi. Ketidaknyamanan ini sering kali datang dari rasa takut akan dampak yang tidak dapat mereka kendalikan, seperti penipuan, kehilangan akses, atau penyebaran informasi pribadi yang dapat memengaruhi kehidupan sosial mereka.

  7. Ancaman terhadap Keamanan Nasional
    Jika data dari instansi pemerintah atau lembaga strategis bocor, dampaknya bisa mengancam keamanan nasional. Informasi sensitif mengenai infrastruktur, kebijakan, atau data militer dapat dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk merusak stabilitas negara.

Dampak-dampak ini menunjukkan perlunya perlindungan data yang lebih ketat di Indonesia. Implementasi UU Perlindungan Data Pribadi yang efektif dan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi akan pentingnya keamanan data pribadi menjadi kunci untuk mengurangi risiko-risiko ini.

 

Bagaimana mencegah agar data pribadi tak bocor?

Mencegah kebocoran data pribadi membutuhkan langkah-langkah proaktif baik dari sisi individu maupun organisasi. Berikut beberapa cara yang efektif untuk melindungi data pribadi dari kebocoran:

  1. Menggunakan Kata Sandi yang Kuat dan Unik
    Gunakan kata sandi yang panjang dan kompleks untuk setiap akun, yang mencakup kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol. Hindari penggunaan kata sandi yang sama untuk banyak akun. Gunakan pengelola kata sandi (password manager) agar lebih mudah mengelola dan mengingat kata sandi yang unik.

  2. Aktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)
    Autentikasi dua faktor menambahkan lapisan keamanan dengan meminta verifikasi tambahan, seperti kode yang dikirim melalui SMS atau aplikasi autentikator. Ini membuat akun lebih sulit diakses oleh peretas meskipun kata sandi diketahui.

  3. Batasi Informasi yang Dibagikan di Media Sosial
    Hindari membagikan informasi pribadi yang sensitif, seperti tanggal lahir, alamat, atau nomor telepon di media sosial. Informasi ini sering kali digunakan peretas untuk menjawab pertanyaan keamanan atau melakukan rekayasa sosial.

  4. Waspadai Email Phishing dan Tautan Tidak Aman
    Jangan membuka tautan atau lampiran dari sumber yang tidak dikenal, terutama di email atau pesan instan. Pastikan URL situs web terlihat benar dan tidak ada perubahan yang mencurigakan pada nama domain. Phishing adalah salah satu cara paling umum yang digunakan untuk mencuri data pribadi.

  5. Perbarui Perangkat Lunak secara Teratur
    Pastikan perangkat lunak, termasuk sistem operasi dan aplikasi, selalu diperbarui ke versi terbaru. Pembaruan ini sering kali mencakup perbaikan terhadap kerentanan keamanan yang telah ditemukan, yang dapat mencegah serangan.

  6. Hindari Penggunaan Wi-Fi Publik untuk Akses Sensitif
    Wi-Fi publik sering kali tidak aman dan mudah disusupi oleh peretas. Jika perlu menggunakan Wi-Fi publik, gunakan layanan VPN (Virtual Private Network) untuk melindungi data Anda selama berselancar.

  7. Gunakan Antivirus dan Firewall
    Instal antivirus dan aktifkan firewall pada perangkat untuk mendeteksi dan melindungi dari malware atau perangkat lunak berbahaya yang dapat mencuri data. Antivirus yang baik dapat memindai perangkat dan memperingatkan tentang ancaman keamanan.

  8. Verifikasi Aplikasi dan Izin Akses
    Sebelum mengunduh aplikasi, periksa izin apa saja yang diminta oleh aplikasi tersebut. Hindari memberikan izin untuk mengakses data yang tidak relevan dengan fungsi aplikasi. Misalnya, aplikasi permainan tidak perlu akses ke kontak atau kamera.

  9. Hapus Data yang Tidak Diperlukan
    Jangan biarkan data pribadi yang tidak diperlukan tersimpan di perangkat atau sistem yang tidak terjaga keamanannya. Hapus riwayat peramban, file cache, dan data pribadi lainnya secara berkala.

  10. Edukasi dan Tingkatkan Kesadaran Keamanan Digital
    Meningkatkan literasi digital sangat penting untuk mengenali ancaman siber dan memahami cara menjaga keamanan data. Mengikuti pelatihan atau membaca panduan keamanan dapat membantu mengidentifikasi risiko dan langkah pencegahannya.

  11. Patuhi Kebijakan dan Regulasi Perlindungan Data
    Bagi organisasi, patuhi regulasi perlindungan data seperti UU Perlindungan Data Pribadi di Indonesia. Implementasikan kebijakan keamanan yang ketat, seperti enkripsi data, akses terbatas, dan audit berkala untuk mengamankan data pelanggan atau karyawan.

Langkah-langkah ini dapat membantu melindungi data pribadi dari ancaman yang kian meningkat. Terutama di era digital ini, menjaga privasi dan keamanan data pribadi adalah tanggung jawab bersama antara individu dan organisasi.

Penjahat siber tidak dapat diremehkan dengan apa yang dapat mereka capai bahkan dengan informasi yang minimal, tetapi jika kata sandi telah diambil, para korban harus menyadari konsekuensinya dan harus melakukan pembaruan keamanan yang sesuai. Jika Anda khawatir bahwa data pribadi Anda telah bocor dalam pelanggaran ini, maka hal yang paling penting untuk dilakukan adalah memperbarui kata sandi Anda. Selalu pastikan bahwa Anda tidak menggunakan kata sandi yang sama untuk beberapa akun hal ini akan mengurangi risiko bahwa satu akun yang terkena dampak akan membahayakan semua data Anda atau bisa disebut data breach.

Daftar Pustaka:

https://csirt.bappenas.go.id/berita/detail/3c2730a2-1208-4c7f-9596-0b230e6be7f9

https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/09/24/kasus-kebocoran-data-terulang-ada-apa

https://csirt.bappenas.go.id/public/storage/photos/shares/thumbnail/tumb1.jpg

media sosial X @secgron

Keyword:

- Privasi digital

- Data pribadi

- Pelanggaran privasi

- Media sosial

- Keamanan online

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun