Mohon tunggu...
Gandung Adi Wibowo
Gandung Adi Wibowo Mohon Tunggu... Media & Technology Officer -

Library Curator | Digital Storyteller | Media & Technology Enthusiasm

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Meniqah" bukan Menikah

10 November 2017   23:01 Diperbarui: 28 Desember 2017   23:46 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi keluarga saya dan masyarakat Jawa lainnya, menikah adalah kewajiban (maaf kalau salah, setidaknya itu yang saya rasakan :D). Saya bisa aja mengelak dengan bilang "tunggu kuliah dulu" atau "tunggu nabung dulu" tapi pada akhirnya alasan untuk mengelak itu habis juga. Pertanyaan kapan nikah itu menurut saya annoying sekali kalau dibandingkan "kapan tunggakan kuliah dibayar?" Kayak ikutan kena sindrom menstruasi gitu (padahal ya ga pernah, kan lakik) jadi lebih sensitif gitu. Tapi lama-lama juga jadi terbiasa, terbiasa terganggu. Hahahahaha. Itu sih dari sisi saya sebagai lakik. Kalau perempuan? Apakah sama?

Seingat saya beberapa teman saya juga mengalamai sindrom yang sama seperti saya. Malahan temen perempuan saya bilang kalau makin berumur, aura keperempuannya makin memudar bahkan sulit untuk memilih pria yang akan dinikahinya (masa iya sih?)

Memutuskan melajang dahulu atau menunda menikah pun, wajib siap-siap dicap yang ga laku lah, kelainan sexual lah, trauma lah. Itu kalau jomblo, kalau sudah punya pasangan bisa aja dicap ga mau tanggungjawablah, cuma main-main lah. Berat ya? Tapi manusia bebas memilih kan?

Di satu sisi, sebenarnya meniqah belum bisa menjamin untuk memenuhi kerinduan relasi hangat yang lebih bahagia daripada sebelum meniqah. Tapi di sisi lain, kebutuhan memenuhi relasi secara lebih hangat dan intim secara alamiah memang diperlukan setiap manusia yang telah dewasa dan ini adalah krisis terbesar yang akan dialami setiap manusia dewasa. Yang berhasil ya akan bahagia, yang belum bisa-bisa malah sakit secara emosional.

Buat kamu yang saat ini masih memilih untuk sendiri, berbahagialah. Gunakan kesempatan itu untuk membahagiakan hobimu, profesimu, dan teman-teman bahkan keluargamu. Kalau kamu yang memilih meniqah? Berbahagialah juga! Sejatinya itu salah satu pemenuhan akan kerinduan yang diidamkan setiap orang bukan?

At last, harus bahagia? Jawabnya IYA! Hidup terlalu singkat untuk dilewati dengan bersedih, hidup itu tentang pilihanmu sendiri meski tidak semua orang paham. :)

.

#menikah eh #meniqah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun