Mohon tunggu...
Ahmad Alfan
Ahmad Alfan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Film

Mantan Karyawan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Jangan Jadikan Bulan Ramadan Teror Bagi Pemeluk Agama Lain

15 Mei 2018   18:12 Diperbarui: 15 Mei 2018   22:38 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar lagi bulan Ramadhan tiba. Bulan yang penuh berkah. Bulan yang mendatangkan kebahagiaan bagi umat Islam. Bagaimana tidak. Di bulan Ramadhan lah pahala amal ibadah kita dilipatgandakan. 

Di bulan Ramadhan juga ada malam lailatul qadar, yang dalam Al Qur'an disebut sebagai suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Kita umat Islam sepakat mengenai hal-hal tersebut. 

Jadi sudah seharusnyalah umat Islam untuk memulyakan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Menyebarkan berkah Ramadhan ke segenap masyarakat di sekitar lingkungan kita, jangan jadikan bulan Ramadhan sebagai datangnya teror bagi masyarakat khususnya penganut agama lain. Kok teror? Apa hubungannya Ramadhan dengan teror? Apa gegara kejadian di Surabaya itu?

Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian yang di Surabaya itu. Juga tidak ada hubungannya dengan paham radikal yang kian hari kian mengkhawatirkan perkembangannya. Ini kejadian sudah berlangsung lama dan sudah menjadi tradisi,  yaitu tradisi othek-othek (Semarangan). Othek-othek yaitu tradisi membangunkan orang tidur untuk melakukan makan sahur. 

Sejauh wajar dan tidak berlebihan sih, tradisi oprel-oprek ini masih dapat diterima kehadirannya. Walaupun untuk saat ini, tradisi macam ini sudah waktunya untuk dijadikan kenangan. Di jaman sekarang tiap orang hampir dapat dipastikan punya HP, yang dapat dengan mudah untuk dipakai sebagai alarm untuk membangunkan diri dari tidur.

Yang menjadi masalah dari tradisi ini adalah ulah para pelaku yang sebagian besar anak-anak dan remaja yang tidak bertanggung jawab. Ini kejadian nyata di kampungku. Macam-macam yang dilakukannya, dari melempar petasan ke depan pintu orang, melempar batu ke rumah orang, mematikan aliran listrik rumah orang, menumpahlan botol galon air minum yang di teras rumah, mengambil sandal milik penghuni rumah dan lain-lain. 

Mereka melakukan itu semua dengan menggunakan alibi othek-othek. Bukankah ini sebuah teror tersendiri bagi masyarakat yang ingin khusu' beribadah di malam hari.  Yang menjadi kekhawatiran penulis adalah apa yang akan terjadi, jika itu dilakukan kepada orang yang kebetulan beragama lain.  

Membayangkannya saja ngeri. Masih teringat dulu sekitar tahun 80-an di Pekalongan sampai menimbulkan korban jiwa gegara tradisi ini. Penyebabnya adalah segerombolan orang yang melakukan othek-othek di daerah Pecinan (kampung keturunan Tionghoa).

Ramadhan itu bulan penuh berkah. Kita harus yakinkan seluruh masyarakat yang berbeda agama dengan kita bahwa itu memang benar melalui tindakan-tindakan kita. Tetapi kalau yang terjadi seperti cerita di atas, kita tidak boleh marah jika orang lain berkata sebentar lagi teror (itu) akan datang kembali.

Setiap Ramadhan tiba, siang hari kami diuji dengan lapar, malam hari kami diuji untuk menahan emosi. Semoga Ramadhan besok sudah tidak ada tradisi itu lagi. Biarkan kami mengelola waktu sahur kami sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun