Melihat hal tersebut, Â Pak Erte cuma tersenyum. Lalu...Â
Plak! Plak! Plak!Â
Pak Erte menampar pipi ketiga orang tersebut dengan gerakan secepat kilat. Padahal jarak mereka terpaut hampir tiga langkah. Ternyata Cerita tentang Pak Erte yang jago silat bukan isapan jempol belaka.Â
Jabrik dan kedua temannya merasakan dan membuktikan sendiri jurus 'kepret' Pak Erte.
Bukan hanya tanda....merah di pipi....bekas tampar tanganmu... persis lirik lagunya Betharia Sonata yang dirasakan mereka.Â
Tapi mulut ketiganya pun mencong ke samping dan nggak bisa balik lagi. Melihat hal tersebut, Â anggota Geng d'Sangar lainnya nggak tinggal diam.Â
Mereka mulai mencabut senjata di balik pinggangnya. Ada juga yang pegang golok malah.Â
Melihat gelagat tersebut, Â Pak Erte pun mulai melakukan kembangan silat. Kakinya memasang kuda-kuda. Badannya berdiri menyamping dengan kedua tangan menyilang. Sambil mengawasi gerakan musuh di depannya.Â
Tapi setelah beberapa kali melakukan kembangan. Preman-preman tersebut hanya berdiri mematung dengan muka pucat dan tubuh gemetaran.Â
Tidak lama kemudian mereka membalikkan badan, Â lalu lari tunggang langgang, bahkan beberapa kali jatuh dan saling bertindihan.Â
"Lariiiiiii....! " Teriak anggota Geng d'Sangar memecah kesunyian malam.