*****
Kita lupakan kedua makhluk tersebut. Karena malam  pergantian tahun memang saat yang tepat untuk berkumpul dan merayakan  bersama keluarga, pasangan sahabat, tetangga dan tidak ketinggalan para  penghuni kontrakkan Pak Erte yang emang rata-rata para perantau dari  berbagai pelosok daerah.
Dengan momen seperti inilah para penghuni kontrakkan dan warga Kampung Pinggir Kali menjalin keakraban. Akrab?
Mungkin itu nggak berlaku bagi Buluk dan Susan yang sudah  mulai saling tonjok dan saling jambak. Karena emang keduanya nggak bisa  akur, apalagi akrab.Jauuh! Tapi keributan tersebut tidak berlangsung lama setelah Empok  Saidah mengguyur keduanya pake air kali.
Menjelang tengah malam suara musik dangdut pun mulai  terdengar dari atas panggung. Neng Romlah tampil seksi dengan busana  panggungnya. Bergoyang pinggul mengikuti irama dangdut.
Bang Toyib yang bertugas memanggang ayam jadi gagal fokus. Â Satu ekor ayam yang dipanggang sudah gosong, item persis pantat kuali. Â Padahal anaknya mpok Mumun sudah sejak tadi nungguin ayam mateng.
Tapi karena bang Toyib lebih asik melototin neng Romlah  dari pada ayam. Bocah tersebut akhirnya cuma bisa gigit jari. Padahal  mata bocah tersebut sudah tinggal 5 watt dan mulai tertidur saat ayam  panggang kedua sudah mateng dan siap dinikmati.
Akhirnya saat-saat yang dinantikan pun tiba. Suara  terompet pun terdengar di berbagai penjuru kampung. Diselingi dengan  musik dangdut dan suara petasan serta kembang api yang mulai dinyalakan.
Suasana begitu meriah. Apalagi kembang api yang memenuhi  langit tampak begitu indah. Di antara keceriaan tersebut. Empok Saidah  mencari sosok Pak Erte yang sedari tadi tidak nampak batang hidungnya.
Padahal biasanya Pak Erte selalu didaulat untuk memberikan kata sambutan pada detik-detik pergantian tahun.
Setelah dicari kesana kemari. Akhirnya Pak Erte nongol  sambil membawa tali tambang dan petasan cabe, yang biar kata petasannya  kecil. Tapi suara ledakannya bisa bikin kuping pengeng.