Jam 5 sore, setiap pedagang sudah mulai menggelar dagangannya dengan rapi. Bang Toyib sudah mulai mendata dan menarik uang kebersihan dan keamanan dari para pedagang.Â
Cuma Empok Saidah, satu-satunya pedagang yang tidak ditarik iuran. Karena sudah pasti hidup Bang Toyib ngga bakalan aman kalau sampai berani memungut bayaran dari 'Ibu Negara' tersebut.
Selepas Isya' para pembeli yang sebagian besar karyawan pabrik mulai berdatangan. Tapi anehnya tidak ada satupun yang datang dan belanja di Pasar Kaget helatan istrinya Pak Erte tersebut.
Padahal Empok Mumun sudah sejak sore menggelar  aneka gorengan. Empok Saidah sudah siap dengan peralatan salon dan gunting rambutnya. Belum lagi pedagang lain yang sudah kehabisan suara karena teriak-teriak menjajakan dagangannya.
Ternyata, usut punya usut... persis di seberang kali, Neng Romlah yang demplon juga membuka pasar dadakan yang di namakan 'Warung Gantung'.
Semua dagangan digantung. Tidak ada satupun yang di gelar. Makanya dinamakan 'Warung Gantung'. Makanya Buluk ngga berani deket-deket, karena sudah pasti ikut digantung, karena selalu bikin rese.
Tidak ketinggalan Pak Erte yang duduk manis di Pos Ronda, sambil melototin gerakan atraktif Neng Romlah dibalik baju senamnya yang ketat...tat...taat!
Tinggallah Empok Saidah dan Ibu-ibu PKK memandang keki, karena kalah bersaing dengan 'Warung Gantung' helatan Neng Romlah, Janda Semok Nan Aduhai, Kampung Pinggir Kali.
Hihihi....
SEKIAN.
Hiks....