Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Hut 2 RTC] Tempoyak dari Duren

29 Maret 2017   15:21 Diperbarui: 13 September 2017   05:22 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempoyak(1) dari duren(2)

Dimasak dengan sambel teri

Kalau adik memang keren

Ayo kita kawin lari.

Alangkah nikmat sambel teri

apalagi teri Pasar sekanak(3)

Kalau Abang ngajak kawin lari

Apa kata dulur dan sanak?(4)

Naik motor membeli duren

Yang jualan di Seberang Hulu(5)

Kalau Kakak memang keren

Mari menikah di depan Penghulu

*Karya ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan ulang tahun kedua Rumpies The Club

(1) Tempoyak = Daging buah durian yang difermentasikan menjadi masakan khas Sumatera Selatan.

(2) Duren = Buah Durian (bahasa Palembang)

(3) Pasar Sekanak = Pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam, kampung Sekanak menjadi tempat bermukimnya bangsawan-bangsawan yang merupakan sahabat dan kerabat dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Kampung Sekanak merupakan salah satu Kawasan pemukiman tertua di palembang.

Lokasinya strategis dan merupakan pusat transaksi ekonomi saat itu, dimana ada sebuah anak Sungai Musi yang mengalir dikawasan tersebut (Sungai Sekanak), sehingga dibangunlah sebuah pasar yang dinamakan Pasar Sekanak yang berlokasi di Kelurahan 7 Ilir, Ilir Timur I  Palembang, Sumatera Selatan.

(4) Dulur dan Sanak = Sanak Saudara

(5) Seberang Hulu (Ulu) = Palembang di belah oleh Sungai Musi sehingga pembagian wilayah dibagi menjadi dua bagian. Seberang Hilir (Ilir) dan Seberang Hulu (Ulu) dimana kedua wilayah tersebut dihubungkan oleh sebuah jembatan yang bernama Jembatan Ampera.

Salam Sendu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun