Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Lain, Setelah Tragedi 14 Tahun Silam Itu Terjadi

14 Oktober 2016   10:33 Diperbarui: 14 Oktober 2016   10:41 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa bangunan di bagian belakang Sari Club (dokpri)

Ibu Wayan Naget, sedang menjalankan aktivitasnya sebagai pemijat tradisional. Ketika peristiwa Bom Bali 1 terjadi, pada tanggal 12 Oktober 2012.

Ledakan pertama terjadi pada pada jam 23.05 wita, di Paddy's Pub. Satu menit kemudian (berdasarkan penuturannya), ledakan kedua yang lebih besar terjadi di Sari Club yang lokasinya tidak jauh dari lokasi pertama.

Wanita 60 tahun tersebut langsung berlari ke lokasi kejadian dari spa tempatnya bekerja yang (setelah Monumen bom Bali 1, di bangun) sekarang terletak di gang belakang Monumen tersebut.

Tidak hanya bu Wayan Naget, setiap orang yang berada di sekitar lokasi itu pun terlihat panik dan berlarian di antara kobaran api dan korban yang berjatuhan di kedua lokasi ledakan yang terletak di Jalan Legian, Bali.

Dia juga menuturkan saking kerasnya suara ledakan, pendengarannya terganggu hampir satu bulan lamanya. Kebetulan tempat kami mengobrol adalah lokasi pertama tempat ledakan bom terjadi yaitu, Paddy's Pub.

Setelah itu ia mengarahkan telunjuknya ke seberang jalan, dan memberitahukan kalau itu adalah Eks Sari Club, tempat ledakan kedua dan sempat memberitahukan posisi mobil L-300 yang membawa bom, serta lubang yang menganga akibat dahsyatnya ledakan.

Hari ini, bekas kedua lokasi ledakan itu telah berubah. Di lokasi Paddy's Pub sendiri, telah berdiri sebuah bar baru. Sedangkan eks Sari Club, telah berubah menjadi lahan parkir.

Saat beberapa turis mancanegara melintas di depan kami duduk. Dia menghentikan obrolan sebentar, lalu menawarkan jasa memijat dengan bahasa inggris yang diucapkan dengan logat Bali-nya yang kental.

Turis-turis itu hanya memberikan isyarat penolakan dengan menggelengkan kepala atau menggerakkan tangannya. Setelah tidak ada lagi yang melintas, bu Wayan kembali mendaratkan duduknya di sampingku.

Tapi wanita paruh baya itu enggan melanjutkan ceritanya tentang peristiwa memilukan yang terjadi 14 tahun silam. Beliau lebih suka  menceritakan sedikit riwayat hidupnya, serta kejadian unik yang dialaminya selama menjadi 'tukang massage', (istilah yang ia sebutkan untuk profesinya).

Waktu itu ada turis pria bersama istrinya yang merupakan langganan pertamanya, memintanya membaca sebuah tulisan besar yang merupakan nama sebuah toko. Jika ia bisa membaca tulisan tersebut, maka bule yang berasal dari Australia itu akan memberinya uang 300 ribu.

"I don't wan't a massage today. But if you can read the name of the store,  i will give you money 300 thousands" Kata bu Wayan sambil menirukan ucapan bule tersebut dengan bahasa inggris versi dan logat balinya.

Karena bu Wayan tidak bisa baca tulis, ia pun tidak berhasil mendapatkan uang yang dijanjikan pelanggannya tersebut. Karena penasaran aku lantas menanyakan toko yang dimaksud.

Sambil tersenyum bu Wayan menunjuk tulisan di sebuah  toko yang terletak persis di seberang tempat kami duduk. Aku langsung mengikuti arah yang di tunjuknya dan membaca nama toko tersebut.

Karena hari sudah malam aku langsung pamit pulang dan sempat mengucapkan kekagumanku pada bu Wayan yang tidak bisa membaca dan menulis, tapi pinter ngomong bahasa Inggris.

Tapi di luar dugaan, wanita paruh baya itu kembali mengajakku duduk. Dengan mimik muka serius ia mengatakan suatu hal yang berkaitan dengan peristiwa Bom Bali 1 yang ia alami langsung.

Perkataan yang disampaikannya, aku simpulkan seperti berikut:

Sebagai orang dari kampung yang tidak mengenyam pendidikan, serta tidak bisa membaca dan menulis. Satu-satunya cara bertahan hidup hanya dengan menjadi 'tukang massage'.

Bisa berbahasa Inggris hanya dengan mendengar dan mengingat setiap kalimat yang pernah diucapkan turis. Kemudian menanyakan artinya kepada teman se-profesi, supir taksi, atau guide yang banyak menawarkan jasanya di sekitar monumen Bom Bali 1.

Sehingga sedikit demi sedikit pembendaharaan kalimatnya dalam bahasa Inggris semakin banyak.

Pada saat ledakan terjadi, pendengarannya sempat terganggu hampir satu bulan lamanya. Jika saja ia tidak mengalami kesembuhan, dan menjadi tuli apa yang akan ia lakukan untuk mencari nafkah di usianya yang berangsur senja.

Bu Wayan hanyalah salah satu korban yang selamat. Karena pada saat kejadian, ia sedang memijat pelanggannya.

Sedangkan tempat dimana bu Wayan biasa berdiri menawarkan jasa persis di depan Paddy's Pub, yang diledakkan oleh orang-orang yang tidak berperikemanusiaan.

Ibu Wayan Naget duduk di ujung lantai bar baru yang berdiri di eks paddy's pub (dokpri)
Ibu Wayan Naget duduk di ujung lantai bar baru yang berdiri di eks paddy's pub (dokpri)
Eks Sari Club. Lokasi ledakan kedua bom Bali 1 (dokpri)
Eks Sari Club. Lokasi ledakan kedua bom Bali 1 (dokpri)
Eks Sari Club yang dijadikan lahan parkir wisatawan yang berkunjung ke jalan Legian (dokpri)
Eks Sari Club yang dijadikan lahan parkir wisatawan yang berkunjung ke jalan Legian (dokpri)
Sisa bangunan di bagian belakang Sari Club (dokpri)
Sisa bangunan di bagian belakang Sari Club (dokpri)
Di tempat wanita berbaju hitam ini berdiri, mobil yang membawa bom trparkir dan meninggalkan sebuah lubang besar menganga, pasca ledakan (dokpri)
Di tempat wanita berbaju hitam ini berdiri, mobil yang membawa bom trparkir dan meninggalkan sebuah lubang besar menganga, pasca ledakan (dokpri)
Sebuah bar dan restaurant baru yang berdiri di lokasi eks paddy's pub (dokpri)
Sebuah bar dan restaurant baru yang berdiri di lokasi eks paddy's pub (dokpri)
Lokasi Monumen jika dilihat dari depan eks paddy's Pub (dokpri)
Lokasi Monumen jika dilihat dari depan eks paddy's Pub (dokpri)
Salah satu tempat hiburan terkenal di sebelah eks Paddy's pub (dokpri)
Salah satu tempat hiburan terkenal di sebelah eks Paddy's pub (dokpri)
Monumen Panca Benua atau Ground Zero bali (dokpri)
Monumen Panca Benua atau Ground Zero bali (dokpri)
Monumen Ground Zero dan banyaknya karangan bunga di bawah nama-nama korban (dokpri)
Monumen Ground Zero dan banyaknya karangan bunga di bawah nama-nama korban (dokpri)
Sekian.

* Artikel ini ditayangkan bukan bermaksud menguak luka lama. Hanya mencoba mengambil hikmah dari sisi lain sebuah peristiwa. Karena hari ini, setelah 14 tahun tragedi itu terjadi. Ibu Wayan Naget tetap bersahaja, serta menjalani profesi sebagai 'tukang massage' di area Monumen Panca Benua. Dikalangan wisatawan, lebih populer dengan sebutan Monumen Ground Zero Bali.

Salam Sendu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun