Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaca Mata Hitamnya Pak Ikhwanul Halim dan Mas Susy Haryawan, Bisa Buat Kamu, Ngaca!

4 Oktober 2016   17:46 Diperbarui: 4 Oktober 2016   18:01 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic.www.kompasiana.com

Aku adalah seorang pembaca yang Budiman. Tapi lama kelamaan,  mulai nyoba gentayangan dengan menulis artikel 'gado-gado'. Tahu gado-gado, kan? Kalo nggak tau, aku kasih sedikit penjelasan...

Gado-gado (Indonesian or Betawi), also know is lotek (Sundanese and Javanese), is an Indonesian salad of slighly boiled, blanched or steamed vegetables and hard-boiled eggs, fried tofu and tempeh, and lontong (rice wrapped in a banana leaf) served with peanut sauce dressing (sumber: mbak Wikipedia)

Sekarang kamu jadi tahu apa itu gado-gado. Tambah pengetahuan, kan! Hihihi...

Setelah beberapa bulan gentayangan di Kompasiana, serta menghapus beberapa tulisan. Ada hal menarik yang aku dapatkan dari kedua sosok Kompasianer Pak Ikhwanul Halim dan mas Susy Haryawan yang aku jadikan judul tulisan.  Antara lain....

pic.www.kompasiana.com
pic.www.kompasiana.com
Disiplin

Ber-kaca dari kaca mata hitamnya mas Susy Haryawan yang memiliki foto profile ke-bapakan dan nama ke-ibuan (maaf ya, mas Susy!), serta bercermin dari tulisannya Pak Ikhwan. Bahwasannya dalam menulis dibutuhkan kedisiplinan.

Sehinga saat menentukan pilihan sebagai penulis (Sama halnya dengan menekuni  profesi lainnya),  Ada konsekuensi yang harus dipenuhi. Sebagai bentuk komitmen kamu saat aktif dalam menulis.

Karena menulis pun menuntut tanggung jawab profesi dan kedisiplinan. Dengan demikian kamu harus mulai mengatur jadwal, kapan harus menulis.

Sehingga saat berhadapan dengan komputer, laptop atau media apa pun yang kamu gunakan. Kamu sudah siap untuk menulis. jadi nggak pake bengong dulu atau menghayal yang bukan-bukan demi mendapatkan inspirasi untuk satu tulisan.

Bayangkan!  hanya demi satu artikel kamu kudu bengong dan menghayal bukan-bukan. Gimana kamu bisa bisa menghasilkan banyak tulisan. Kalau kerjanya cuma bengong ama menghayal yang bukan-bukan. Berabe, kan!

Soal kedisiplinan Pak Ikhwanul Halim dan Mas Susy Haryawan dalam menulis.  Bisa kamu lihat dari artikel beliau yang setiap hari berseliweran.

Belajar

Artikel yang berupa laporan, opini dan karya fiksi. Ternyata ikut berkembang bersama kemajuan jaman. Jadi agar nggak kehabisan ide, kamu harus rajin belajar dan terus mengikuti perkembangan jaman.

Bahasa kerennya, kamu harus kekinian, jangan kekunoan. Contoh:
Dulu orang kemana-mana jalan kaki, naik Onta atau kuda. Emangnya sekarang, kamu mau kemana mana naik Onta atau jalan kaki dari Jogja ke Jakarta, terus balik lagi ke Jogja. Hiii....Gue mah, ogah!

Atas dasar itu lah kamu kudu belajar dan meningkatkan kemampuan. Karena seorang penulis yang cerdas itu terlihat dari karyanya. Nggak percaya? Coba baca cerita fiksi karya Pak Ikhwanul Halim.

Mungkin kamu akan baca judulnya aja, nge-vote lalu ngasih komentar. Atau kamu baca isi seluruhnya tapi begitu kelar. Kamu tetap nggak nangkep jalan ceritanya. Tapi dari cerita-cerita fiksi Pak Ikhwan yang kamu baca. Mungkin kamu bisa tahu bahwa beliau adalah penulis yang cerdas.

Di tangan beliau perkembangan tekhnologi bisa dijadikan cerita yang menarik untuk dibaca. Sesuatu yang mustahil menjadi niscaya. Beliau juga sudah menerbitkan beberapa buku, lho!

"Ssst....jangan bilang-bilang, yah. Aku belum koleksi bukunya!" Hehehe....

pic.www.facebook.com
pic.www.facebook.com
Lalu, coba kamu bandingkan dengan artikel yang dibuat oleh mas Susy Haryawan. Secara tidak langsung kamu akan tahu perkembangan situasi politik tanah air dengan membaca artikel-artikelnya.

Sehingga kamu nggak perlu jauh-jauh ke Jakarta, hanya untuk mencari tahu perkembangan Pilkada Jakarta. Atau situasi politik terkini tanah air. Cukup siapkan segelas Cappuccino anget dan sepiring gorengan. Setelah itu baca artikel mas Susy Haryawan di kompasiana. Kamu bisa Up date informasi, tanpa harus ngider kemana-mana.

Oh iya, selain dua hal di atas. Nggak ada salahnya juga kamu bergabung di grup atau komunitas penulis. Atau menjalin hubungan pertemanan, dengan orang-orang yang seminat dan setujuan.

Selain bisa memperkaya ide.Tulisan kamu juga bisa di koreksi oleh Kompasianer yang sudah terlebih dulu menerbitkan karyanya dalam sebuah buku. Sukur-sukur kamu diajak berkolaborasi untuk membuat tulisan.

Karena seorang penulis akan diingat orang dari karyanya yang yang bener--bener bagus dan bernas. Bukan karena sering beranjangsana dan ber-ha ha...hi hi... di artikel rekan K-ners lainnya. Sambil meninggalkan komen di kolom komentar.

Sekian.

*cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tokoh, hanya kebetulan semata. Tapi soal kaca mata hitam, itu adalah fakta! Hihihi....

Salam Sendu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun