Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RoseRTC] September Rain

16 September 2016   18:02 Diperbarui: 16 September 2016   23:32 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali lagi gadis itu tersenyum "Masak kerjanya cuma ngeronda sih, bang! Harusnya abang cari kerjaan lain juga. Abang kan nggak mungkin terus-terusan hidup sendiri. Suatu saat abang akan menikah. Punya istri dan punya anak. Cukup ngasih makannya kalau cuma kerja ngeronda?"

Sejak saat itulah Bangor jadi dekat dengan Hindun. Pergi kemana-mana Bangor yang memboncengnya naik motor. Pulang dari Sholat maghrib, serta Isya' Bangor juga yang menemani Hindun pulang. Setiap malam minggu, Bangor kerap bertandang ke rumahnya Hindun. Ngobrol, main gitar, serta nyanyi bareng. Hindun sangat suka kalau dengar Bangor lagi nyanyi.

"Suara abang bagus deh!" Puji Hindun suatu kali, saat mereka sedang duduk di teras rumahnya.

"Iya. Lebih bagus lagi kalo suara elu di pake buat ngaji" Tiba-tiba Pak Haji keluar dari dalam rumah sambil nyeletuk dan ikut duduk di bangku teras.

Bangor buru-buru bangkit dari duduknya. Sebuah sikap menghargai orang, yang diajarkan Hindun kepadanya. Kemudian duduk kembali setelah Pak Haji duduk bersandar di bangkunya.

"Idih babeh, main nimbrung aja" Protes Hindun sambil mencubit pipi orang tua tersebut.

"Sejak kapan elu nggak jadi bangor lagi?" Tanya Pak Haji kemudian.

Pemuda itu cuma bisa menggaruk kepalanya. Pak Haji satu-satunya orang yang mengenal dirinya dari kecil. Dari Pak Haji lah pemuda itu mengetahui riwayat kedua orang tuanya. Pak Haji juga yang dulu mengajarinya mengaji bareng Hindun, ketika masih bocah ingusan.

"Bang Arya sekarang udah berubah beh. Sudah enggak Bangor lagi. Malah Hindun ama Bang Arya mau bikin Ikatan Pemuda Masjid. Bentar lagi juga, Hindun akan buka TPA. Taman Pengajian Alqur'an buat anak-anak. Bener kan, bang!" Hindun memberikan penjelasan kepada Babehnya.

Seperti biasa sepulang dari masjid, Bangor sudah terlihat berdua di teras rumahnya Pak Haji. Bercanda dan bernyanyi seperti yang sudah-sudah. Tembang-tembang cinta meluncur dari bibirnya Bangor. Pemuda itu telah berubah sekarang. Hindun adalah Peri yang diutus untuk itu.

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Di pertengahan September yang basah. Tampias hujan yang dihembus angin sampai juga di teras rumah tersebut. Bangor buru-buru pindah dari tempatnya berada.  Persis di sebelah Hindun, pemuda itu mendaratkan duduknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun