Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Minat Dikurangi Bakat, Sama dengan Nekat

12 September 2016   22:09 Diperbarui: 13 September 2016   11:57 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: quotesgram.com

Mungkin ada benarnya pendapat yang menyatakan;  kuantitas menulis tidak memengaruhi kualitas dari tulisan tersebut. Karena semakin banyak menulis, maka kemampuan kamu dalam menuangkan ide akan semakin terasah dan kualitas tulisan bisa berkembang seiring kuantitas tulisan yang kamu buat.

Bagi yang sangat aktif dalam menulis atau memang sudah memiliki BAKAT dalam menulis. Tentu tidak perlu merasa khawatir kehilangan kemampuannya dalam menghasilkan sebuah karya. Saking aktifnya, kamu mungkin merasa perlu membuat nama samaran agar produktivitas dalam menulis tidak mubazir.

Mungkin juga kamu punya alasan lain, memiliki nama samaran. Yaitu agar orang tidak bosen terus-terusan membaca hasil tulisan kamu. Bayangkan, kalau kamu pakai satu nama, setiap hari menayangkan satu artikel atau lebih. Apa nggak mabok setiap hari harus membaca artikel yang kamu buat. Pertanyaannya, "Emangnya kamu kurang kerjaan apa?" Hadeeew!

Tapi luar binasanya. Eh, luar biasanya lagi. Meski menggunakan nama samaran seperti; Bejo, Paijo, Mumun, Mince dan sebagainya. Hasil tulisan kamu tetap bagus dan menarik minat banyak orang untuk membacanya. Sehingga nama samaran pun tidak kalah terkenalnya dengan nama asli kamu. Hebat!

Bersyukurlah bagi orang-orang yang diberikan bakat menulis ini. Karena kamu bisa menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi orang lain. Membagi pengetahuan dan wawasan. Bahkan memberikan hiburan bagi para peminat baca. Dalam bentuk Artikel, karya fiksi atau apa pun istilahnya. Salut, deh! Silakan tepuk tangan...

Prok, prok, prok...!

Lalu, bagaimana dengan seseorang yang mempunyai minat, tapi tidak memiliki bakat dalam bidang menulis!  Sebut saja penulis pemula yang tertarik pada satu bidang tulisan. Cerita horor, misalnya. Tapi begitu duduk di depan laptop, yang ada malah bengong. Karena tidak tahu bagaimana cara memulai sebuah tulisan.

Padahal sudah bela-belain tidur di pekuburan atau nongkrong di tempat-tempat yang angker. Agar bisa mendapatkan ide. Tapi, bukan cerita horor yang dihasilkan. Yang terjadi malah kamu yang mendatangkan inspirasi untuk orang lain. Lho, kok bisa? Iyalah, karena keseringan nongkrong di tempat angker,  kamu jadi sering kesurupan. Cilaka! Malah kamu yang jadi Horornya! Hiii....

Masih soal minat yang dimiliki oleh seorang penulis pemula. Karena merasa tidak berbakat menulis cerita Horor. Mungkin kamu harus merubah tema. Bisa puisi atau Cerita Cinta. Toh, stay tone-nya masih di kanal fiksi juga.

Lalu kamu mulai sering-sering main ke pantai (kalau di dekat tempat tinggal saya. Pantai Kuta, misalnya) Karena menurut sebagian besar penulis. Saat hari memasuki senja dan matahari mulai tenggelam di garis cakrawala. Adalah inspirasi yang nggak ada matinya, untuk dibuat puisi dan cerita cinta.

"Tapi, kalau di tempat saya nggak ada pantainya, pegimana dong?" tanya kamu sebagai seorang penulis pemula, yang punya minat. Tapi nggak punya bakat.

Ya, mau bagaimana lagi. Main-mainlah ke empangnya tetangga yang kebetulan pelihara lele atau nongkrong aja di pinggir kali. Siapa tahu dari kedua tempat itu,  kamu juga bisa mendapatkan inspirasi. Hihihi.....

Baiklah, setelah ngalor-ngidur, serta bergoyang maju mundur. Saya balik lagi ke judul tulisan yang terinspirasi dari pengalaman pribadi. Kenapa judul? Karena saya nggak mengerti apa tema tulisan ngawur ini!

Karena sebagai seseorang penulis pemula yang punya minat, tapi nggak punya bakat. Saya menganggap diri saya adalah Penulis yang nekat. Alasannya sederhana:

Pertama,
Saya memiliki minat untuk bisa menghasilkan tulisan yang bisa dibaca banyak orang. Dari minat, maka timbullah niat. Sehingga bergabunglah saya di Kompasiana. Karena di blog ini, saya bisa membaca berbagai artikel dari para penulis, yang berasal dari latar belakang pendidikan dan profesi.

Kedua,
Saya harus NEKAT. Kenapa? Sama seperti saat saya naksir cewek. Saya harus ngotot untuk mendapatkannya. Karena saya nggak mau dijuluki 'Bujang Lapuk', atau sekarang lebih trend dengan sebutan 'Jombloh'. Masak iya cowok seganteng saya nggak punya cowok. Apa kata Ahok! Lha? Hihihi...

Maksudnya, dalam hal memulai menghasilkan tulisan. Saya juga harus ngotot dan nekat. Jangan pernah merasa minder atau menunggu bakat yang turun dari langit. Karena setelah berhasil menghasilkan tulisan yang pertama. Tentu akan ada tulisan kedua, ketiga dan seterusnya.

Ketiga,
Saya mulai menulis dengan tema yang berbeda. Lalu berhenti pada satu tema saja. Karena saya punya modal nekat untuk konsisten di jalur ini. Cerpen contohnya. Maka saya akan terus dan memberondong Admin, dengan menayangkan cerpen sebanyak-banyaknya.

Satu, dua, tiga atau sepuluh cerpen sekaligus. Dengan demikian orang-orang akan ada yang membaca cerpen yang saya buat. Sehingga selain K-ners, Admin pun tahu dan menyadari 'kehadiran' saya. Karena sebagai manusia biasa, Admin akan mencari pahala dengan mengganjar cerpen saya, dengan stempel pilihan atau headline. Catet ya, Min. Pahala! Hihihi.....

Terakhir,
Jangan malu menjadi kecil di antara penulis-penulis besar. Karena untuk menjadi seseorang yang besar, kamu harus mengawalinya dengan sesuatu yang kecil terlebih dahulu. Jadi, jangan pernah takut untuk mulai menulis dan jangan pernah berhenti untuk belajar menulis.

Karena meskipun kamu memiliki bakat, tapi tidak memiliki minat dalam menulis, kamu juga tidak akan pernah menghasilkan apa-apa.

Tapi jika kamu sudah memiliki niat, tapi merasa tidak memiliki bakat dalam menulis. Tidak usah ragu untuk mulsi menghasilkan sebuah tulisan. Karena modalnya cuma satu. Yaitu, nekat!

Hehehe...

(Sekian)

Salam sendu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun