Bang Toyib bertugas menyembelih ayam-ayam kesayangannya, Pak Erte. Sedangkan Buluk kebagian tugas memegangi kaki dan sayap ayam. Agar saat di killing 'bang Toyib' softly, ayam-ayam tersebut nggak break dance alias Tari Kejang.
Betapa besarnya pengorbanan ayam-ayam tersebut. Tapi demi kelangsungan acara suprised birthday-nya Pak Erte, sekaligus tuan dari ayam itu. Mereka pasrah tapi tak rela, mempersembahkan jiwa dan raganya. Meskipun tidak diberikan kesempatan terlebih dahulu, untuk mengucapkan kata-kata perpisahan kepada Pak Erte.
Padahal Ayam-ayam tersebut sudah dirawat oleh Pak Erte dari berbentuk telor, sampe bisa ngasilin telor. Sedangkan Kedua orang ini enak saja main eksekusi. Hanya demi menjalankan perintah Mpok Saidah. Bener-bener keliwatan. Emang dasar Bang Toyib ama si Buluk nggak punya rasa perikeayaman. Kejam, dan Sungguh terlalu! Hiks...
(Pembaca yang baik hati. Karena proses penyembelihan dan pemotongan ayam ini, penuh dengan adegan kekerasan. Maka dengan sangat terpaksa, beberapa bagian tulisan ini mengalami proses editing)
Saya rasa pembaca maklum. Kenapa pada saat ayam-ayam tersebut dieksekusi, tidak saya ceritakan secara vulgar?
Coba bayangkan. Ayam-ayam tersebut disembelih lehernya oleh Bang Toyib. Lalu dimasukkan jadi satu ke dalam kandang oleh si Buluk. Bayangkan oleh pembaca, saat ayam-ayam tersebut kelojotan, serta darah yang berceceran dimana-mana. Bayangkan!
Tidak cukup sampai disitu saja pembaca. Saat ayam-ayam  tersebut sudah tidak bergerak lagi dan dipastikan mati. Dengan teganya Mpok saidah merendam mereka ke dalam air panas, untuk beberapa lama. Setelah itu diangkat, lalu empok Mumun mencabuti bulu-bulu ayam tersebut sampai klimis.
Selesai? Ternyata, Belum! Adegan kekerasan itu terus berlanjut, dengan cara memotong ayam-ayam tersebut menjadi beberapa bagian. Terus digoreng pake minyak panas. Kebayangkan, sadisnya.? Jadi wajar kalau adegan yang pigurannya ayam ini tidak saya tulis secara gamblang. Hihihi...
Tuh, kan. Gara-gara kelamaan ngomongin ayam. Tanpa terasa (yang pertama) semua persiapan sudah selesai dilaksanakan. Pernak-pernik pita, serta balon-balon aneka warna tampak mencolok mata, telah menghiasi komplek kontrakkan.
Tanpa terasa juga (yang kedua). Waktu jadi begitu cepat berlalu. Tanpa terasa pula (yang ketiga), saat yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Para penyewa dan warga pinggir kali, telah tumplek-blek memenuhi komplek kontrakkan. Mereka berkumpul untuk merayakan pesta kejutan ulang tahun Pak Erte tercinta.
Tapi ngomong-ngomong, Pak Erte kemana, yah? Mari kita tiru kebiasaan Pak Erte. Yaitu mengintip! Eh, jangan ditiru bro. Maksudnya, mari kita intip dan mencari tahu keberadaan Pak Erte  sekarang.