"Udeeh...! Ayo buruan!"Â Potong Mpok Saideh sambil menarik tangan suaminya dan berjalan bareng ke komplek kontrakkan, yang letaknya ada di belakang rumah.
Sementara ayam jago Pak Erte, dengan jambu air yang masih nancep di paruhnya mulai belingsatan. Bolak-balik dari kandangnya ke pohon jambu. Dari pohon jambu balik lagi ke kandangnya. Akhirnya bolak dan nggak balik lagi ke kandangnya. Saat ayam tersebut larinya kebablasan dan menabrak pohon jambu. Brak!
Ayam jago itu pun terlihat sempoyongan, lalu jatuh ke tanah sambil kelojotan. Berbarengan dengan jambu air yang tanpa sengaja terlepas dari paruhnya. Pluk!
*****
"Bagaimana Pak Erte? Uang dua miliar itu tidak sedikit, lho!"Â Kata seorang pria dengan pakaian kantorannya, sambil mengeluarkan selembar cek.
"Iya bang banyak! Pegimana ngitungnya, ya pak?" Mpok Saidah langsung nyahut.
Sementara Pak Erte masih dengan diamnya. Matanya yang terlihat berbicara. Memperhatikan muka beberapa pria yang duduk di depannya, juga sebagian orang berbadan tegap mirip body guard. Berdiri mengelilingi mereka.
Diawasinya cek yang ada di tangan orang yang bicara barusan. Lalu memperhatikan wajah istrinya yang udah mulai kelihatan mirip, Hulk. Ijo!
"Udah Bang, terima aje! Mikirin apalagi sih? Lagian rejeki nggak bakalan datang dua kali"Â Mpok Saidah menyalakan api kompornya.
"Iya Pak Erte, terima!" Penghuni petak nomer 17, ngipasin dari depan pintu kontrakkannya.
"Iya Pak Erte, terima!" Copas penghuni kontrakkan sebelahnya, juga dari depan pintunya.