Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Pak Erte dan Tragedi Romlah

27 Agustus 2016   12:59 Diperbarui: 27 Agustus 2016   13:03 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tuh, pada dengerkan. Elu-elu pade kurang kerjaan emang. Pake ngintipin si demplon. Eh, Si Romlah mandi. Pake ngembat selendangnya lagi. Lu kata ini  cerita Jaka Tarub apa. Lagian elu juga sih. Pake acara mandi kembang Tengah Malemnya - Caca Handika segala" Pak Erte ngomelin warganya, juga Romlah.

"Huu..u..u..uu. Hiks..." Romlah semakin terisak.

Sementara warga penghuni kontrakan, ikut larut dalam suasana yang mulai mengharu biru. Tidak ada seorangpun yang mengeluarkan suara. Hanya isak Romlah yang terdengar mengalun sendu.

Tiba-tiba terdengar suara cempreng Mpok Saidah.Menyeruak  diantara keheningan, yang menyayat kalbu para penghuni kontrakkan.

"Baaaang...Abaaang! Aye bener-bener ga nyangka kalau mau dikasih seprais" Mpok Saidahmendadak keluar dari dalam rumah sambil berlenggak lenggok. Memamerkan selendang yang dijadikan kerudung olehnya.

Semua mata memandang ke arah kerudung merah yang dikenakan Mpok Saidahtersebut. Lalu berpindah ke  wajah Pak Erte, yang mulai terlihat seperti kuning telur di rebus.

Sedangkan Romlah mulai memperhatikan Kerudung yang warna dan bentuknya, sudah dihapal di luar kepalanya tersebut.

"Mpok, inikan kerudung Aye"Ujarnya sambil menarik kerudung yang dipakai Mpok Saidah.

"Enak aje, inikan kerudung yang dibeliin oleh laki gue..." Mpok Saidahtidak kalah sengit. "Betul kan Bang...? Bang? Abaaang?" Mpok Saidah menoleh ke arah Pak Erte yang sudah tidak berada di tempatnya.

Sementara Pak Erte sudah lari tunggang langgang, maju tak gentar, jatuh bangun-Kristina meninggalkan kumpulan orang di rumahnya.

"Lariiiii....!" Terdengar suara Pak Erte, mengalun di sepanjang bantaran kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun