Sometimes, the wicked will tell us things just to confuse us–to haunt our thoughts long after we've faced them.
― Sarah J. Maas, Throne of Glass
Good and evil, kebaikan dan kejahatan adalah dua entitas yang seakan bertarung dari jaman ke jaman. Pertarungannya tidak hanya dalam skala mahaluas tetapi pertarungannya juga dirasakan ada dalam bagian terkecil yaitu diri manusia. Semenjak bangun tidur, kamu sudah mendapati diri kamu di antara dua pertarungan itu sampai akhirnya kamu bangun kembali keesokan harinya dan seterusnya sampai kamu mati.
Saat kamu mati dan seterusnya, kita tidak tahu lagi apa yang akan terjadi karena kematianmu adalah batas pengetahuanmu akan hidup di dunia. Apa yang kamu ketahui saat hidup tentang kematian, hanya menerka-nerka dan meraba-raba. Ada yang bilang bahwa jika hidupmu baik maka dunia setelah kematian adalah dunia terindah atau jika hidupmu buruk maka duniamu adalah dunia yang mengerikan selama-lamanya. Dengan demikian dunia setelah kematian adalah hadiah dari apa yang kamu lakukan ketika kamu hidup.
Dunia setelah kematian adalah tujuan ketika kamu hidup dan semua agama menyerukan hal yang sama. Mereka menawarkan jalannya sendiri-sendiri untuk mencapai dunia itu. Intinya adalah agama memberikan sebuah petunjuk menuju dunia itu sesuai dengan keyakinan bahwa itulah jalan terbaik menuju kesana.
Akan tetapi dunia setelah kematian adalah dunia yang penuh misteri dan penuh rahasia yang tertutup rapat. Ketika kamu menemukan sebuah kotak, di kepala kamu muncul tanda tanya bisa saja kotak ini berisi kotoran atau uang atau malah hanya sekedar kotak kosong. Sama halnya dengan dunia setelah kamu mati, mungkin saja di sana tidak ada apa-apa. Apa yang kamu sadari saat ini, mungkin hanya sampai ketika kamu menyelesaikan hidupmu, seterusnya tidak ada apa-apa. Kesadaran dan pengetahuan itu berhenti saat otakmu mati.
Goodness is something chosen. When a man cannot choose he ceases to be a man.
― Anthony Burgess, A Clockwork Orange
Terlepas dari itu semua, kamu hidup dalam dunia baik dan jahat yang saling berebut pengikut. Seorang yang baik digambarkan sebagai seorang yang polos tanpa dosa, sedangkan seorang yang jahat digambarkan dengan muka bengis dan licik. Akan tetapi, apakah kamu sadar bahwa yang jahat pun bisa berwajah polos tanpa dosa dan yang baik bisa bermuka bengis. Untuk itu kita tidak bisa menilai apakah dia baik atau jahat hanya dari wajahnya atau dari apa yang ditampilkannya. Yang jahat bisa saja menampilkan dirinya yang jahat dan yang baik pun bisa menampilkan dirinya yang baik. Akan tetapi bukan berarti itu berlaku umum karena kerap yang jahat ingin menampilkan kebaikan agar kamu bisa terperdaya kelicikannya.
Dunia Allah yang penuh misteri dan rahasia yang tertutup rapat kerapkali menjadi barang dagangan di dunia manusia. Kalau kamu memakai pakaian ini dan seperti ini maka kamu akan memperoleh dunia indah setelah kematian. Atau ketika kamu menampilkan dirimu seperti di dalam dunia Allah maka kamu akan menuju dunianya.
Apakah kamu sadar kadang kita seringkali dimanfaatkan oleh kelicikan si jahat agar kita berbuat baik padahal itu hanya tampilan saja. Ziarah ke tanah suci, perayaan-perayaan hari besar keagamaan, perintah-perintah agama dan lain-lain kerap dijadikan barang dagangan untuk masuk ke dunia Allah. Kalau kamu berpakaian seperti ini, kalau kamu bertindak seperti ini bahkan kalau kamu berhubungan seks dengan gaya seperti ini maka kamu akan dijauhkan dari dosa dan pintu dunia-Nya akan terbuka untukmu.
And I must believe that man has the power to know the right, to choose between good and evil and know that his choice has made a difference...
― Marion Zimmer Bradley, The Mists of Avalon
Akan tetapi, apa yang sebenarnya kamu harapkan ketika ingin masuk ke dalam dunia-Nya? Apakah menampilkan dirimu sebagai yang baik dihadapan-Nya, seperti saat kamu melihat produk kecantikan di televisi, atau kah menampilkan dirimu yang apa adanya dengan kebaikan yang sungguh-sungguh dari dalam hatimu, meski kamu berwajah bengis dan tidak indah? Penampilanmu tidak menjamin bahwa kamu adalah orang yang baik melainkan hatimulah yang menjadi cermin bahwa kamu orang yang baik. Ketika kamu melihat sebuah sinetron, apakah dia sungguh-sungguh baik dengan penampilannya yang begitu polos dan suci atau kah hanya sekedar kepura-puraan agar sinetron itu laris?
Dunia manusia dimana kamu tinggal saat ini penuh dengan kepura-puraan itu. Orang ingin menampilkan dirinya sebagai orang yang saleh dan baik. Mereka memanfaatkan agama sebagai kendaraan bagi penampilannya, bahkan mereka konvoi dengan lambang-lambang keagamaan agar dibilang sebagai orang baik dan saleh. Pemimpin-pemimpin agama menampilkan bagitu banyaknya kata-kata bagaimana seharusnya kamu hidup agar memperoleh dunia Allah dan mereka menyelubungkannya dengan baju baju putih bersih nan indah serta kemewahan-kemewahan seperti di dunia Allah padahal isinya penuh kelicikan.
Bagaimana dengan orang baik? Orang yang benar-benar baik kadang dianggap penjahat karena mereka tidak menggunakan lambang-lambang keagamaan, tidak berpakaian putih seperti orang saleh, tidak ikut konvoi bahkan mereka cendurung kritis sampai dibilang mereka penista agama. Masyarakat menyiksa mereka karena mereka tidak berpenampilan baik.
Ada yang kuat tapi ada juga yang tidak kuat menerimanya sehingga mereka akhirnya ikut arus. Agama di dunia manusia seakan-akan tahu tentang dunia Allah bahkan tidak sedikit dari mereka meletakkan kebenaran bahwa dunia manusia hanyalah dunia sekedar lewat. Makanya kehidupan kamu penuh dengan ritual-ritual tanpa makna. Kamu tidak tahu sebenarnya untuk apa kamu berpakaian, kamu tidak tahu kenapa kamu harus berdoa setiap hari minggu, yang kamu tahu karena perintah agama, selebihnya kalau kamu bertanya maka kamu penista agama.
There's only room for one hero in this story-and everyone knows the devil doesn't get to be the good guy.
― Joe Hill, Horns
Setiap agama saling berebut pengikut dan saling mengklaim bahwa mereka adalah jalan terbaik. Mereka menggambarkan dunia Allah yang indah dan penuh dengan puluhan perawan jika kamu ikut jalannya. Kamu mulai saling bunuh satu sama lain atas nama agama. Akhirnya siapa pemenangnya?
Dunia manusia adalah dunia yang kita hidupi sampai kita mati. Meski disini ada berbagai pertarungan baik dan jahat, tetapi kamu jangan lupa bahwa caramu hidup menentukan kemana kamu akan pergi setelahnya. Jika kamu hanya berpikir tentang dunia setelah kamu mati sedangkan kamu dan semua yang hidup disini tidak tahu seperti apa dunia itu karena penuh dengan rahasia, bukankah kamu menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup dan berbuat kebaikan?
Jadi saat kamu bangun tidur, belajarlah untuk merawat kehidupan yang ada saat ini. Jangan pernah disia-siakan karena ketika kamu menyia-nyiakan kehidupan manusia dengan tindakan-tindakan dangkal agar disangka orang baik, maka kamu akan kehilangan makna menuju dunia Allah yang penuh misteri dan rahasia.
Mas Gandeng.
Artikel Terkait
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H