Mohon tunggu...
Mas Gandeng
Mas Gandeng Mohon Tunggu... Client Relationship Manager -

Blog ini adalah kumpulan tulisan-tulisan dan tips-tips buat kamu yang masih jomblo, galau dan sedang jatuh cinta. Tulisan yang tersaji disini adalah murni dari pengalaman sendiri, curhat orang lain, dan pendapat pribadi. Jadi kamu akan menemukan tulisan asli yang bukan copy paste dari artikel orang lain. Sumbernya tulisan dan foto akan diinformasikan dengan lengkap jika diambil dari sumber lain. Jadi, Jangan takut untuk berbagi karena semakin banyak kamu berbagi, semakin kita tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pindah Agama karena Menikah

12 September 2016   08:21 Diperbarui: 12 September 2016   08:31 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

God has no religion.
― Mahatma Gandhi

Suatu ketika kamu bertemu dengan orang yang kamu suka, kemudian rasa suka itu muncul dan tumbuh menjadi cinta. Begitu cintanya kamu pada dia, sampai kamu tidak melihat apa pun identitas sosial dalam dirinya. Yang ada adalah kamu melihat dia sebagai pribadi yang bebas. Itulah cinta. Cinta adalah sebuah pemurnian yang mengubah kamu dan dia menjadi pribadi yang unik. 

Cinta mendasarkan dirinya pada kebebasan. Akan tetapi kamu dan dia bukan Tarzan and Jane, bukan? Kamu berdua hidup dalam sebuah komunitas masyarakat dan di dalam komunitas tersebut ada banyak identitas sosial yang melekat dalam diri kamu. Di kantor saya seorang manager, di rumah saya seorang suami, di kampus saya seorang lulusan S2, di mesjid saya seorang imam, di lingkungan rumah saya seorang ketua RT.

 Identitas-identitas sosial yang melekat dalam diri kita itu didapatkan entah dari orang tua, diberikan kepada kita atau kita dapatkan sendiri sehingga diakui oleh masyarakat sekitar. Agama adalah salah satu identitas sosial. Seringkali sebuah hubungan selalu berbenturan dengan identitas sosial. Ketika kamu memutuskan ingin melanjutkan hubunganmu ke jenjang yang lebih serius yaitu masuk kepernikahan, seketika identitas-identitas sosial itu mulai mengganggu hubungan cintamu yang begitu murni yaitu menghargai kebebasannya.

Prayer is not asking. It is a longing of the soul. It is daily admission of one’s weakness. It is better in prayer to have a heart without words than words without a heart.
― Mahatma Gandhi

Agamamu mulai bicara bahwa menikah beda agama itu haram, orang tuamu mulai bicara bahwa sebuah keluarga hendaknya satu nahkoda dimulai dari agama, tetanggamu mulai bisik-bisik bahwa pasanganmu orang kafir, teman-temanmu mulai memberi saran lebih baik ajak pacarmu jadi satu agama denganmu. 

Begitu banyaknya pendapat orang di sekitarmu yang bilang tentang apa itu benar dan apa itu salah sampai kamu seperti menjadi anak kecil yang dibilang jangan begini dan jangan begitu. Di satu sisi kamu juga galau dan berada di antara dua pilihan antara pindah agama atau putus dengan calonmu. Seakan-akan pilihan itu cuma hitam atau putih.

Knock, And He’ll open the door
Vanish, And He’ll make you shine like the sun
Fall, And He’ll raise you to the heavens
Become nothing, And He’ll turn you into everything. 
― Rumi

Ketika kamu mengalami hal ini, kamu jangan buat keputusan gegabah dalam hidupmu. Pernikahan itu bukan tawar menawar tetapi menjalani sisa kehidupan bersama dengan orang yang kamu cintai dan membangun keluargamu sendiri. Satu hal yang harus kamu sadari ketika membuat sebuah keputusan adalah apakah keputusan yang kamu buat sungguh-sungguh keputusan yang datang dari hatimu karena agama pasanganmu adalah panggilan hidupmu. 

Atau apakah keputusan yang kamu buat sebenarnya karena kamu terpaksa. Kamu terpaksa karena pacarmu bilang kalau dia tidak bisa menikah dengan kamu jika kamu masih memeluk agamamu atau karena dia bilang dalam agamanya dilarang untuk menikah beda agama. Atau kamu terpaksa karena keluarganya menuntut kamu pindah agama. Satu hal yang perlu kamu sadari adalah apakah kamu benar-benar rela bahwa agamanya adalah panggilan hidupmu atau hanya karena kamu terpaksa.

My religion is very simple. My religion is kindness.
― Dalai Lama XIV

Teman-teman, kita harus menyadari bahwa orang lain bisa menarikmu dari dalam jurang tetapi mereka bisa juga mendorongmu ke dalam jurang. Yang harus kamu percayai dalam hidupmu adalah dirimu sendiri. Sebuah pohon dikatakan kuat jika ia punya akar yang mencengkram dalam dan tubuh yang kuat sehingga angin sebesar apa pun tidak mudah menumbangkannya. Jika pasanganmu benar-benar mencintaimu maka ia akan menghargai kebebasanmu untuk memilih bukan? 

Jika ia sungguh melihatmu sebagai pribadi yang unik maka ia akan melihatmu sebagai manusia yang memurnikan dirinya? Jika ia sungguh mencintaimu, bukankah apa pun pilihanmu adalah kebahagiaan untuknya? Dan jika ia mencintaimu maka ia akan membuatmu tumbuh menjadi pohon yang kuat dan memberimu keyakinan bahwa keputusanmu semakin membuat akarmu kokoh.

Saat kamu membuat keputusan bertanyalah apakah benar dia sungguh mencintaimu? Cintamu mungkin tidak diragukan karena kamu siap berkorban untuknya bahkan mengorbankan keyakinanmu tetapi apakah dia juga memberikan pengorbanan dia sebagai orang yang mencintaimu. Cinta itu bukan jalan satu arah tetapi dia jalan dua arah. Jika pacarmu memaksa karena keluarganya menuntutnya dan keluarganya malu karena mereka orang terpandang dengan status sosial yang tinggi, maka kamu pun punya hak untuk menuntut pengorbanan dia atas hidupmu.

Anyone who thinks sitting in church can make you a Christian must also think that sitting in a garage can make you a car. 
― Garrison Keillor

Tetapi terlepas dari tuntut menuntut, pertanyaan saya apalah sebuah agama itu jika kamu tidak menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Tidak ada jaminan dengan kamu menyandang identitas agama tertentu, kamu akan menemukan surga jika kamu melakukan itu dengan terpaksa dan bukan merupakan panggilan hidupmu. 

Kalau kamu sungguh-sungguh mencintai pasanganmu, berjuanglah! Tetapi perjuangan itu bukan untuk menjadi dia sebagai harta benda yang kamu miliki tetapi sebagai pribadi yang kamu hargai kebebasannya untuk menentukan pilihan dan keyakinannya dalam hidup. 

Masalah teknis lainnya seperti agama si anak, sembayang dan hari raya, dan seterusnya biarlah itu mengalir. Maka belajarlah dari keluarga yang hidup dalam keberagaman karena mereka adalah keluarga yang kaya raya dalam hidup. Dalam pernikahan, bukan salah satu yang berbahagia tetapi kamu berdua yang berbahagia. Makanya dalam masyarakat, kami menyebutnya, “Mempelai yang berbahagia!”

Mas Gandeng

ARTIKEL TERKAIT

Pacaran Beda agama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun