***
Menyelisihi Fitrah
Pertemuan saya dengan seorang ashabu udud akan mengakhiri risalah saya kali ini. Seorang perokok kawakanmenuangkan uneg-unegnya di depan saya dengan redaksi sebagai berikut:
“Saya itu kalau makan kayaknya ada yang kurang kalau ga ngrokok. Malah ngrokok itu lebih membuat saya kenyang daripada makan nasi.”
Sebuah pengakuan jujur dari seorang perokok aktif. Menggambarkan betapa rokok bak makanan pokok harian bagi penikmatnya. Seolah-olah tanpa makan apapun, asalkan bisa menghisap rokok setiap hari, kebutuhan gizi terjamin pasti.
Seandainya kalimat di atas terucap dari lisan salah seorang di antara kita, Anda misalnya, maka Anda patut curiga. Kalau benar demikian berarti itu menandakan bahwa Anda memang sudah gandrung dengan barang haram. Hingga yang halal pun seketika tak lagi menarik. Bukankah ini menyimpang? Ketahuilah, fitrah manusia itu menyukai segala yang halal dan baik. Demikian Allah nashkan dalam Alqur'an.وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
"Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik (thayyib) dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk" [Al A'raf: 157].
Dengan demikian, apa jadinya ketika seseorang sudah merasa bahwa sumber dari sumber penyakit, kotoran lingkungan, pembawa petaka bagi orang sekitarnya sudah dianggap sebagai sebuah kebutuhan jasmani setiap hari, sedangkan makanan yang halal, bergizi, dibutuhkan banyak orang tapi justru tak lagi ia sukai? Apakah Allah telah mencabut sebagian nikmatNya sehingga akalnya tak lagi mampu membedakan MASLAHAT dan MADHARAT? Adakah bencana yang lebih besar lagi dari ini?
Wallahu a'lam.
http://kakustadz.blogspot.com
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!