(1) Memandangi bintang yang berkelap-kelip di malam hari.
(2) Berjalan-jalan mengelilingi kota di sore hari bersama sahabat-sahabat tercinta.
Oke?
Nah, "di" yang kedua, sebagai imbuhan yang berfungsi menunjukkan bentuk pasif. Biasanya diikuti verba (kata kerja), atau kata benda yang sudah "diverbakan" (istilah ini ada atau ga saya juga kurang yakin) yaitu kata benda yang dijadikan verba dengan diberi imbuhan, dan penulisannya disambung alias tidak memakai spasi.
Misalnya,
(1) Adik dikejar anjing.
(2) Almarhum akan dimakamkan siang ini.
Kata "makam" pada kata "dimakamkan" di contoh kalimat (2) itulah contoh kata benda yang "diverbakan" yang saya sebutkan tadi.
Yah, kira-kira begitulah kalau dijelaskan dengan singkat.
Walaupun alasannya egois, (yaitu karena "kegatalan" saya untuk membenarkan kesalahan tata bahasa pada beberapa tulisan kompasioner) saya menulis tulisan ini bukan bermaksud menggurui, hanya memberi tahu saja demi kecintaan terhadap bahasa terutama bahasa Indonesia.
Hei, mungkin kecintaan akan bahasa ibunyalah yang membuat para grammar nazi itu merasa mereka harus membenarkan kesalahan tata bahasa yang mereka temukan, ya? Bisa jadi.
Salam