Mohon tunggu...
Gama Nurfaiz Ramadhan
Gama Nurfaiz Ramadhan Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Pemula

Hobi mendengarkan musik, dan senang fotografi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara: Sinergi untuk Indonesia Maju

25 Juni 2024   08:52 Diperbarui: 25 Juni 2024   08:52 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Wawasan Kebangsaan adalah cara melihat dunia yang berakar pada kesadaran individu sebagai bagian dari suatu negara, memahami diri dan lingkungan dalam konteks kehidupan bersama dalam sebuah bangsa dan negara, yang berasal dari nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai 4 konsensus dasar berbangsa dan bernegara, dengan tujuan menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara guna mencapai masyarakat yang stabil, berkeadilan, sejahtera, dan makmur. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sebuah bentuk pemersatu, identitas bangsa, serta simbol kedaulatan dan kehormatan negara seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal itu merupakan sebuah perwujudan dari keragaman kebudayaan dalam mewujudkan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019, Bela negara merupakan sebuah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman. Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai dasar Bela Negara, yang meliputi:

  1. Cinta tanah air

Rasa cinta tanah air muncul dari dalam diri masing-masing orang. Hal ini dapat tergambar dari adanya rasa bangga menjadi warga negara Indonesia, Hingga merasa bangga untuk menggunakan produk-produk Indonesia. Perasaan tersebut muncul karena adanya jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya juga.

  1. Sadar berbangsa dan bernegara

Sebagai warga negara sudah sepatutnya kita menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, berpartisipasi untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara juga harus kita lakukan. Salah satu contoh bentuk kegiatan sadar berbangsa dan bernegara adalah ikut serta dalam pemilihan umum.

  1. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara

Pancasila merupakan ideologi Negara Indonesia, sehingga kita sebagai warga negara Indonesia perlu mengembangkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila, kita perlu memahami serta percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. 

  1. Rela berkorban untuk bangsa dan negara

Bela negara juga berarti bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dan negara, serta siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman. Selain itu, rela berkorban juga dapat dilakukan dengan berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

  1. Kemampuan awal bela negara

Indikator lainnya adalah kesiapsiagaan dalam bela negara, yaitu kemampuan awal. Ini dapat dilihat dari mental, fisik, dan kedisiplinan dari warga negara Indonesia. Kemampuan awal ini dapat diasah dengan cara gemar berolahraga, senantiasa menjaga kesehatan, senantiasa memelihara jiwa dan raga, dan lain-lain. Selain fisik, kesehatan rohani juga tidak kalah pentingnya dalam bela negara. Sehingga kita harus selalu bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan yang Maha Esa, agar kecerdasan spiritual serta emosional kita ini tetap terjaga.

Di Indonesia sendiri, masih banyak sekali warga negara yang memiliki wawasan kebangsaan serta kesadaran bela negara yang rendah. Banyak orang yang masih kurang paham mengenai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Ditambah lagi di era modern ini, banyak pemuda-pemudi yang sangat bergantung dengan gadget mereka masing-masing. Sehingga semakin lama, rasa cinta tanah air dan bela negara tersebut lama-lama memudar dari pemuda-pemudi generasi saat ini. Hal ini juga dipengaruhi dengan berkurangnya nilai-nilai sosial yang dilakukan oleh orang-orang saat ini. Padahal, Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan agama. keragaman tersebut tetapi dapat menjadi sangat rawan terhadap terjadinya pertikaian atau konflik apabila setiap pribadinya tidak mau bertoleransi atas perbedaan yang ada. Sehingga dibutuhkan komitmen untuk hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat secara rukun dan damai. Pelatihan bela negara pun dapat dilakukan untuk menunjang wawasan kebangsaan serta kesadaran bela negara tiap-tiap orangnya.

Analisis Isu Kontemporer

Menjadi seorang ASN yang profesional berarti paham mengenai posisi serta perannya dalam pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk pembangunan dan pemerintahan. ASN juga diharapkan dapat mengambil tanggung jawab, menunjukan sikap mental positif, mengutamakan keprimaan, menunjukan kompetensi serta memegang teguh kode etik. Sehingga wawasan kebangsaan dan aktualisasi nilai-nilai bela negara merupakan hal yang perlu dimiliki oleh ASN, karena dapat membantu dalam kehidupan pekerjaan sehari-hari. 

Sumber daya manusia merupakan elemen krusial dalam suatu organisasi. Dengan memanfaatkan seluruh kemampuan manusia secara maksimal, kinerja yang dihasilkan akan sangat luar biasa. Modal Insani dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis adalah sebagai berikut:

  • Modal Intelektual

  • Modal Emosional

  • Modal Sosial

  • Modal Ketabahan (adversity)

  • Modal Etika/Moral

  • Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani

Isu kontemporer sendiri merupakan suatu pokok persoalan yang terjadi pada masa sekarang dan menjadi permasalahan yang masih sering dibicarakan. Isu ini dapat berkembangan karena banyaknya masalah yang timbul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut beberapa isu-isu strategis kontemporer:

  1. Korupsi

History of Java karya Rafles (1816) menyebutkan karakter orang jawa sangat "nrimo" atau pasrah pada keadaan, namun memiliki keinginan untuk dihargai orang lain, tidak terus terang, menyembunyikan persoalan dan oportunis. Bangsawan Jawa gemar menumpuk harta dan memelihara abdi dalem hanya untuk kepuasan, selalu bersikap manis untuk menarik simpati raja atau sultan, perilaku tersebut menjadi embrio lahirnya generasi oportunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa yang korup. Korupsi menjadi hal yang sangat sering terjadi dan sudah mengakar di Indonesia. Korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.

  1. Narkoba

Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Narke" yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Sebagian orang berpendapat bahwa narkotik berasal dari kata "Narcissus" yang berarti jenis tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri. Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya.

  1. Terorisme dan Radikalisme

Terorisme adalah tindakan yang melibatkan penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk menciptakan suasana teror atau ketakutan yang meluas, yang dapat menyebabkan korban massal dan/atau kerusakan atau penghancuran terhadap objek vital strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dengan tujuan ideologis, politik, atau untuk mengganggu keamanan. Empat strategi global pemberantasan terorisme yaitu:

  1. pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme

  2. langkah pencegahan dan memerangi terorisme

  3. peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB

  4. penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law sebagai dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah menyusun High-Level Panel on Threats, Challenges, and Change yang menempatkan terorisme sebagai salah satu dari enam kejahatan yang penanggulangannya memerlukan paradigma baru.

Radikal Terorisme merupakan suatu gerakan yang mengatasnamakan agama/golongan tertentu, dilakukan oleh kelompok tertentu, dan agama dijadikan sebagai senjata untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.

  1. Money Laundering

Money laundering atau pencucian uang, merupakan tindakan yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul uang hasil tindak pidana kejahatan dalam sistem keuangan yang sah sehingga tampak sebagai hasil dari kegiatan yang sah. Tujuan dari pencucian uang adalah untuk mengaburkan uang hasil tindak pidana kejahatan tersebut agar dapat digunakan kembali dan tidak terdeteksi oleh pada penyidik.

  1. Proxy War

Perang proksi (Proxy War) adalah konflik di mana dua kekuatan besar mendukung pihak ketiga untuk berperang atas nama mereka, tanpa terlibat langsung. Dukungan biasanya berupa senjata, dana, atau pelatihan. Contoh klasiknya adalah persaingan AS dan Uni Soviet selama Perang Dingin. 

Isu Kritikal dibagi dalam tiga kelompok, yang pertama adalah Current Issue yaitu isu saat ini. Merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian atau sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan secepat mungkin. yang kedua adalah Emerging Issue, isu yang perlahan masuk dan menyebar ke publik, dan publik pun mulai menyadari sesuatu. Serta Isu Potensial yang merupakan isu yang belum nampak di publik, tetapi ada indikasi dari beberapa instrumen. Berikut ini beberapa contoh teknik penyelesaian Isu :

  • Teknik APKL

teknik ini dilakukan dengan memberikan nilai kepada 4 kriteria, Aktual (A) Isu benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan masyarakat, Problematik (P) Isu memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya. Kekhalayakan (K) Isu menyangkut hajat hidup orang banyak. Kelayakan (L) Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

  • Teknik USG

Teknik ini dilakukan dengan menilai 3 kriteria, Urgency yaitu seberapa mendesak isu tersebut. Seriousness seberapa serius isu tersebut dan akibat yang dihasilkan. Serta Growth berapa besar kemungkinan memburuknya suatu isu tersebut.

  • Fishbone Diagram

Fishbone Diagram merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis penyebab dari suatu masalah atau kondisi. Diagram ini sering juga disebut dengan diagram sebab akibat atau cause effect diagram.

Oleh karena itu, di dalam penyelesaian isu memerlukan analisa mendalam mengenai isu yang berkaitan. Banyak isu-isu kontemporer yang dapat diberantas hanya bila isu tersebut diusut tuntas sampai ke akar-akarnya. sehingga perlu dilakukan identifikasi mendalam menggunakan teknik-teknik penyelesaian isu yang ada.

Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah kondisi siap siaga yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial seseorang dalam menghadapi berbagai situasi kerja, didasarkan pada tekad yang tulus dan kesadaran penuh, serta kesiapan untuk berkorban sepenuh jiwa raga. Semua ini diperkuat oleh cinta yang mendalam terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan tujuan untuk menjaga, merawat, dan memastikan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Rumusan 5 nilai bela negara : 

  1. Rasa Cinta Tanah Air

  2. Sadar Berbangsa dan Bernegara

  3. Setia kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara

  4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara

  5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara

Kemampuan awal bela negara meliputi beberapa hal yaitu:

  • Kesiapsiagaan Jasmani

Yaitu kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Ini meliputi Ketahan dalam melakukan pekerjaan berat, ketangkasan yang tinggi, postur tubuh yang baik.

  • kesiapsiagaan mental

Kesanggupan seseorang dalam memahami kondisi mental dan kejiwaan diri dalam menghadapi berbagai macam perubahan dan tuntutan dari dalam maupun dari luar. Ini meliputi berperilaku sesuai norma, dapat mengelola emosi, serta dapat mengembangkan potensinya secara maksimal.

  • Memiliki Etika/Etiket & Moral

Untuk membentuk karakter warga negara yang berintegritas dan bertanggung jawab, perlu memiliki etika/etiket dan moral yang baik. seperti rasa bertanggung jawab yang tinggi, disiplin, sopan santun, serta rasa patriotisme atau cinta tanah air.

  • Kearifan Lokal

Adalah sebuah pemikiran serta perbuatan yang diperoleh oleh manusia dengan lingkungan alam sekitar tempat ia hidup untuk memperoleh kebaikan. Ini dapat berupa ucapan, alat dan bahan, langkah kerja, ataupun perlengkapan untuk menjalani hidup diberbagai bidang.

Kesiapsiagaan bela negara warga Indonesia menghadapi berbagai tantangan signifikan. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya bela negara serta ketidakmerataan pendidikan menghambat pembentukan mental yang kuat dan berintegritas. Pendidikan yang belum optimal dan keterbatasan fasilitas menambah kompleksitas masalah, khususnya dalam meningkatkan kesiapan jasmani melalui latihan fisik yang memadai. Selain itu, pengaruh negatif media dan penyebaran informasi hoaks menekankan perlunya literasi digital yang kuat untuk menjaga ketahanan mental dan moral warga negara. Sehingga perlu dilakukan pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai nasionalisme sejak dini dalam kehidupan sehari-hari. 

Pola hidup yang sehat juga berperan penting dalam pelaksanaan tugas jabatan. Ketika kita dihadapkan dengan beban kerja yang tinggi dalam tugas jabatan, kita memerlukan jasmani yang sehat dan bugar serta mental yang sehat dan kuat agar kita dapat mengerjakan tugas jabatan dengan baik dan meningkatkan produktivitas kinerja. Oleh karena itu perlu dibuat rancangan aksi bela negara, yang bertujuan untuk menjadi kerangka awal dalam pelaksanaan bela negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun