Mohon tunggu...
Galuh Windi Savitri
Galuh Windi Savitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Teknologi Kultur Jaringan Pada Tanaman Jati

26 Juni 2023   19:02 Diperbarui: 11 Juli 2023   20:25 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanaman jati (Tectona grandis Linn) merupakan jenis tanaman tahunan dan berkayu. Tanaman ini dikenal sebagai salah satu jenis tanaman yang mempunyai pertumbuhan lambat. Tanaman jati memiliki ciri khas berdaun lebar dan batang pohon yang lurus dan menjulang tinggi, serta tanaman jati akan menggugurkan daunnya saat musim kemarau. Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam penanaman jati sangat bergantung pada kesesuaian kondisi tempat tumbuh dengan tanaman. 

Tanaman jati dapat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu antara 25-30C dengan iklim bulan kering pada frekuensi kurang dari 5 bulan serta curah hujan antara 1500-2000 mm/tahun. Selain itu kondisi tempat tumbuh tanaman jati harus memiliki drainase yang yang baik dengan kelas tekstur lempung sampai liat berdebu, dengan pH antara 5,5-7,0 dan kondisi lereng yang kurang dari 8% (Maheldaswara, 2004).

Terdapat juga kondisi fisik yang menjadi faktor penghambat bagi keberhasilan pertumbuhan tanaman jati di Indonesia, seperti memiliki curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun maupun curah hujan kurang dari 1500 mm/tahun. Selain itu terdapat kondisi tanah yang cenderung masam, proses pelapukan yang kurang, pencucian serta pelindian yang berjalan secara intensif. Terdapat pula kesuburan tanah yang rendah akibat kadar hara yang cenderung sedikit.

Tanaman jati merupakan tanaman hutan industri di wilayah Indonesia. Tanaman jati sebagai penghasil bakan baku kayu yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan untuk bahan bangunan, kerajinan maupun perbotan rumah tangga tentunya memiliki peminat yang cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan akan kualitas seperti kekuatan dan keindahan kayu jati yang menyebabkan banyaknya minat pada masyarakat. Karena tingginya minat masyarakat akan tanaman jati namun kurangnya pasokan disebabkan oleh tanaman jati memiliki umur panen yang relative lama, yaitu sekitar lebih dari 20 tahun. Sehingga untuk menunjang hal tersebut dapat dilakukan upaya untuk menanggulanginya diperlukan tanaman jati yang memiliki umur panen relative lebih cepat.

Pada saat ini sudah cukup banyak teknik perbanyakan melalui sistem input yang dilakukan untuk menunjang kebutuhan jati secara konvensional, seperti melakukan stek pada bagian vegetative tanaman ataupun melalui biji. Namun kedua hal tersebut cukup sulit dilakukan untuk menunjang kebutuhan tanaman jati. Sehingga diperlukannya teknologi untuk menunjang perbanyakan tanaman jati, yaitu melalui kultur jaringan. Teknik kultur jaringan memiliki makna yaitu salah satu cara perbanyakan tanaman untuk menghasilkan tanaman dengan jumlah yang banyak dan seragam dalam waktu yang relative singkat (Muhammad, 2020).

Teknik kultur jaringan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional, seperti :

  • Faktor perbanyakan memiliki hasil yang lebih tinggi.
  • Tidak tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh in vitro (di luar tubuh makhluk hidup) terkendali dengan pengaturan ruang kultur yang aseptic dan terkontrol.
  • Bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak induk tanaman jati.
  • Tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun dari induk yang mengandung patogen internal.
  • Tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak.
  • Tanaman yang dihasilkan memiliki umur panen lebih singkat.

Di samping hal itu terdapat pula permasalahan yang paling banyak dihadapi oleh masyarakat di Indonesia, yaitu permasalahan modal investasi yang cukup besar pada awal. Selain itu terdapat pula sumber daya manusia yang kurang memadai di bidang kultur jaringan yang menyebabkan pengaplikasian teknik kultur jaringan menjadi terbatas.

https://www.ciriciripohon.com/2020/06/mengenal-jati-platinum-pohon-jati.html
https://www.ciriciripohon.com/2020/06/mengenal-jati-platinum-pohon-jati.html

Berikut tahapan-tahapan dalam penggunan teknik kultur jaringan dalam perbanyakan tanaman jati.

  • Persiapan bahan tanam, pada tahap ini diperlukannya mempersiapkan bahan tanam (eksplan) berupa tanaman yang masih muda dan aktif membelah seperti pucuk/tunas, ujung akar, embrio benih atau bunga. Hal tersebut dikarenakan pada tanaman muda memiliki daya rumbuh yang tinggi serta disarankan pada bagian tanaman yang dekat dengan akar. Biasanya bahan tanam yang digunakan berumur 6-9 bulan.
  • Sterilisasi bahan tanaman dan inisiasi kultur aseptic, sterilisasi bahan tanam dilakukan dengan merendam bahan tanaman ke dalam larutan kimia sistemik (larutan kimia yang menginisiasi hingga ke jaringan tumbuhan) pada konsentrasi dan waktu tertentu, dengan menggunakan satu atau lebih macam sterilan. Sedangkan tahap insiasi merupakan tahapan pengambilan eksplan yang berasal dari bahan tanaman.
  • Tahap induksi dan elongasi tunas, penggunaan media kultur dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang cocok untuk tanaman serta pemanjangan tunas jati.
  • Tahap aklimtisasi, merupakan proses penyesuaian eksplan untuk berdaptasi pada lingkungan yang baru. Sehingga proses ini penting untuk mengetahui apakah tanaman dapat beradaptasi atau tidak.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan, antara lain :

  • Sterilisasi alat dan bahan serta pemilihan eksplan unggul yang digunakan untuk kultur jaringan.
  • Komposisi unsur hara sebagai komponen media
  • Komposisi ZPT sebagai hormon buatan yang berfungsi untuk mengatur proses fisiologi pada tanaman.
  • Kesesuaian faktor lingkungan seperti suhu, cahaya dan temperatur pada ruangan kultur jaringan.

Sumber Pustaka :

Maheldaswara, D. 2004. Budidaya Tanaman Jati. Kanisius. Yogyakarta.

Muhammad, F., Wulandari, R., Muslimin, M., & Wahyuni, D. 2020. Respons Pertumbuhan Tunas Jati (Tectona grandis lf) Pada Berbagai Konsentrasi BAP Dan Kinetin Secara In Vitro. Jurnal Warta Rimba, 8(3), 197-204.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun