Mohon tunggu...
Galuh Trianingsih Lazuardi
Galuh Trianingsih Lazuardi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Forza Lazio!\r\n\r\nhttp://galuhtrianingsihlazuardi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

We Follow The Boys In Blue... Que Sera Sera...

1 Mei 2012   20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:52 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1335905896683920415

We Follow The Boys In Blue... Que Sera Sera... oleh Galuh Trianingsih Lazuardi © 2012 [caption id="attachment_185578" align="alignleft" width="300" caption="gambar dari gallery www.lazioland.com"][/caption] Que Sera Sera... Whatever Will Be, Will Be... We Follow The Boys In Blue... Que Sera Sera... Bait lagu karya Jay Livingston/ Ray Evans (1956) yang dimodifikasi ini sering disenandungkan ultras di Curva Nord Olimpico, saat laga usai dengan kekalahan Lazio. Ini mencerminkan kesejatian nilai ultras yang mendukung Lazio tanpa batas, walaupun dalam keterpurukan. Ultras Lazio boleh saja memusuhi manajemen klub atau bahkan pelatih sebagai konsekuensi independensinya. Tetapi setelah itu, loyalitas terhadap tim Lazio adalah harga mati, tak peduli apapun hasilnya. Berlainan dengan Boys SAN Inter atau Fossa dei Leoni Milan yang terbentuk saat klub berada pada puncak kejayaan, Irriducibili Lazio justru terbentuk saat Biancocelesti berlaga di Serie-B dan nyaris terperosok ke Serie-C1. Maka, ultras Lazio mencintai kejayaan Lazio sebesar mencintai keterpurukan Lazio. Ultras Lazio mencintai Lazio tidak peduli menang atau kalah. Que Sera Sera. Apa yang terjadi, terjadilah. Kami akan selalu mengikuti pasukan birulangit. Badai Yang Tak Juga Reda Kekalahan atas Udinese di Stadio Friuli akhir pekan lalu memang menyesakkan bagi semua Laziali. Bukan hanya untuk pertama kalinya tergeser dari peringkat tiga, tetapi partai itu telah secara dramatis menambah jumlah pemain inti yang tidak dapat diturunkan dalam sisa tiga giornata tersisa, tiga laga hidup-mati dalam mewujudkan impian berlaga di Liga Champions musim depan. Kini, Marchetti dan Dias bergabung dengan Radu, Stankevicius, Brocchi, Lulic, Hernanes, Klose dan Makinwa untuk menjadi penonton hingga akhir musim. Matuzalem dan Biava mungkin saja akan bermain tetapi dalam kondisi yang tidak sepenuhnya fit. Belum lagi Ledesma dan Biava telah mengoleksi 3 kartu kuning akumulatif, yang artinya satu kartu kuning lagi, mereka akan absen sekali laga. Situasi ini, ditambah dengan rangkaian kekalahan “tidak semestinya”, menghadirkan situasi emosi dan psikologis yang kurang menguntungkan. Melihat klasemen, sesungguhnya posisi Lazio masih sangat kompetitif. Memasuki giornata 36, Lazio memiliki nilai yang sama dengan Napoli, Inter dan Udinese serta terpaut 4 angka dengan rival sekota, Roma. Apalagi Lazio unggul head-to-head atas Napoli dan Roma, suatu hal yang sangat berarti saat penentuan peringkat akhir jika poin sama. Dengan Inter, Lazio masih berkesempatan menyeimbangkan head-to-head di laga terakhir di Olimpico. Asalkan Lazio memenangi tiga laga sisa melawan Siena, Atalanta dan Inter, serta mengharapkan Udinese sekali terpeleset seri, maka posisi tiga direngkuh. Masalahnya, kalau sejak Januari 2012 Lazio bermain dengan kekuatan sekitar 60% akibat badai cedera dan hukuman, kini kekuatan Lazio tinggal 40%. Siena dan Atalanta boleh dikatakan bermain dengan kekuatan penuh dan dalam situasi moral psikologis yang santai karena tidak ada beban apapun. Inter juga dengan kekuatan utuh dan dengan motivasi tinggi untuk mempertahankan gengsi main di Liga Champions. Situasi psikologis mereka prima dengan momen kebangkitan pasca-hengkangnya Ranieri. Melawan ketiga tim tersebut, jelas Lazio tidak berada pada posisi yang diunggulkan. Musim Belum Berakhir Setiap koin selalu memiliki dua sisi. Setiap situasi selalu memiliki celah untuk dimanfaatkan menjadi motivatsi luar biasa. Reja sebaiknya berhenti mengeluh ke media tentang situasi yang tidak menguntungkan ini dan mengobarkan api semangat di dada setiap pemainnya yang ada. Karena musim memang belum berakhir, segalanya masih bisa terjadi. Keadaan yang menimpa Lazio paruh kedua musim ini, selayaknya menjadi pelajaran berharga bagi manajemen, pelatih dan pemain. Ultras Lazio tidak perlu diragukan lagi. Ultras memang tak henti mengumpat Lotito dan Tare, karena keduanya memang menunjukkan kebodohan, jauh melebihi kebodohan Marchetti dan Dias di Friuli. Reja juga layak dikritisi karena kelemahannya menekan manajemen. Tetapi di atas semua itu, Ultras Lazio akan selalu mendukung Lazio dalam kemenangan dan kekalahan, dalam kejayaan dan keterpurukan. Berjuang di tiga sisa laga dengan penuh determinasi, apakah hasilnya Liga Champions atau Liga Europa, yakinlah, kita akan tetap mendengar senandung loyalitas tanpa batas dari Curva Nord Olimpico: Que Sera Sera... Whatever Will Be, Will Be... We Follow The Boys In Blue... Que Sera Sera...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun