Selain itu, mereka juga mempunyai penghargaan terhadap nilai seni dan budaya. Hal itu terlihat dari adanya beberapa anak yang sedang bermain musik gamelan dan bermain rebana, disana juga tersedia alat musik tradisional seperti gamelan, rebana dan alat musik modern seperti gitar. Mereka yang menyukai musik diberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Selain itu, mereka belajar musiknya, dilakukan sendiri tanpa bantuan guru musik atau belajar secara otodidak. Mereka belajar sendiri dengan cara memainkannya berulang kali sampai menemukan nada yang pas. Contohnya ada seorang anak yang suka bermain gitar, anak tersebut memainkan gitarnya berulang kali sampai menemukan nada yang pas. Disana juga ada beberapa anak yang bermain rebana. Selain itu, juga ada anak-anak yang sedang bernyanyi bersama. Kemudian mereka ada juga yang menggambar dan mereka diberi kebebasan untuk menggambar sesuatu yang mereka sukai. Ada yang menggambar bunga, pohon dan tokoh kartun favoritenya, seperti boneka barbie. Dalam melakukan kegiatan seni tersebut, mereka terlihat senang dan menikmatinya karena mereka melakukan hal yang disukainya dan para fasilitator juga tidak memaksa mereka untuk melakukan hal yang tidak disukainya. Mereka juga akan melakukan kegiatan belajar membatik pada tanggal 18 Januari 2011 yang diadakan untuk semua siswa SD. Tentunya dengan cara membatik yang berbeda pula, dengan menyesuaikan tingkatan kelasnya. Untuk kelas 1 membatik dengan menggunakan cap, sedangkan untuk kelas 6 membatik dengan menggunakan canthing. Sehingga semua kegiatan itu menghasilkan moral anak yang kreatif karena mereka diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan yang disukainya sepanjang kegiatan tersebut positif dan mereka juga mempunyai moral yang menyukai dan menghargai kebudayaan Indonesia.
Proses pembetukan moral serta penghargaan terhadap nilai kepada peserta didik serta fasilitator di SALAM dimulai dari kegiatan sehari-hari yang dihadapi mereka. Belajar melalui kearifan lokal menghantarkan anak-anak melihat kekayaan alam, keragaman budaya, dan hidup saling menghargai. Kekritisan mereka juga terasah dari pengalaman, mencermati yang ada di sekitarnya, dari interaksi dengan teman, fasilitator dan masyarakat, karena mereka belajar tidak hanya dalam kelas. Proses belajar yang bersahaja, dari sesuatu yang nyata, tanpa direkayasa, telah menghantarkan anak-anak memahami dan menemukan ilmu pengetahuannya sendiri. Anak-anak pun belajar mandiri, dalam berpikir dan mengambil keputusan.
Bagi mereka tidak ada yang menyulitkan, tidak ada yang menakutkan karena semua berangkat dari keseharian, sehingga mereka selalu merasa nyaman, dan senang belajar. Selain itu, yang bersekolah di SALAM tidak hanya anak-anak, tetapi juga orang tua, dan guru/fasilitator. Semua ikut menjadi peserta didik dan ikut dalam proses belajar. Pendidikan selayaknya untuk semua orang, dan sepatutnya dimulai dari anak-anak. Dengan penciptaan ruang kesempatan bagi anak, sesungguhnya sedang membangun proses belajar menjadi dewasa dan bisa bertanggung jawab terhadap diri, keluarga, lingkungan sekitar, dan yang paling penting terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H