Perguruan tinggi adalah institusi pendidikan tertinggi yang mengikuti pedoman yang disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari tiga prinsip utama yang menjadi landasan dalam implementasi pendidikan di tingkat universitas, yaitu pendidikan, penelitian, dan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu cara untuk menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pelayanan kepada masyarakat, adalah melalui aktivitas yang disebut Mahasiswa Membangun Desa (MMD)
Berdasarkan Permendikbud Nomor 03 Tahun 2020, Program MMD untuk mahasiswa adalah kewadiban yang harus diikuti untuk program sarjana, selain itu juga kewajiban tugas akhir mahasiswa. Program Pengabdian kepada masyrakat (PKM) atau biasa disebut KKN adalah metode pembelajaran yang memberikan mahasiswa peluang untuk terjun langsung dan memahami kondisi yang sebenarnya di masyarakat. Mahasiswa akan didorong untuk berpikir secara kritis terhadap situasi yang nyata dan memberikan kontribusi dalam menemukan solusi terbaik dari permasalahan di masyarakat
 Tahun ini Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya menyelenggarakan kegiatan MMD.  Secara garis besar, tujuan dari kegiatan MMD adalah untuk menerapkan, mempraktikkan, dan menanamkan pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kegiatan ini sangat penting bagi mahasiswa dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Melalui partisipasi dalam program Mahasiswa Membangun desa, mahasiswa dapat memberikan kontribusi langsung dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.
Pada kesempatan kali ini kelompok 38 diberi tugas untuk mengabdi pada Desa Bulus kecamatan Bandung. Desa Bulus merupakan salah satu desa diantara 18 desa yang terdapat di Kecamatan Bandung kabupaten Tulungagung. Desa Bulus memiliki potensi sumber daya alam yang besar, sayangnya sampah masih menjadi permasalahan utama di desa ini. Salah satu sampah yang kurang diperhatikan pengolahanya adalah sampah bawang merah. Bawang merah merupakan komoditi utama kedua setelah padi. Limbah bawang merah berupa daun bawang dan kulitnya biasa digunakan masyarakat setempat sebagai pakan ternak atau langsung dibuang tanpa adanya manajemen pengolahan limbah yang baik. Padahal limbah bawang merah dapat diolah menjadi pupuk organik cair (POC) yang dapat dimanfaatkan untuk pemupukan bawang itu sendiri maupun tanaman lainya yang pastinya lebih ramah lingkungan dari pupuk kimia dan dapat menekan biaya pemupukan. Pupuk cair organik dari limbah bawang merah memiliki banyak sekali manfaat untuk tanaman salah satunya adalah merangasang pertumbuhan akar, tunas serta sel sel tanaman, selain itu kandungan dari kulit bawang merah dapat memperbaiki klorofil pada daun, memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga serta memperkuat daya tahan pada tanaman. Pemberikan pupuk organik cair pada tanaman terbukti lebih efektif daripada pupuk padat, ini dikrenakan unsur hara dalam pupu cair mudah diresap oleh tanamanÂ
Limbah bawang merah berupa kulit dan daunya mengandung senyawa flavonol dari golongan flavonoid yang memiliki sifat antioksidan, isoflavone, kateksin, kalkon, kalium, Kalium (K), Magnesium (Mg), Fosfor (P), dan Besi (Fe), serta senyawa lain seperti polifenol, terpenoid, alkaloid dan saponin. Senyawa senyawa inilah yang dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik. Kulit bawang merah juga mengandung hormon pertumbuhan berupa auksin dan giberlin yang dapat mempercepat pertumbuhan akar tanaman, tak hanya sampai disitu senyawa acetogenin pada kulit bawang juga dapat dimanfaatkan menjadi pestisida alami yang efektif membunuh ulat.Â
Maka dari itu mahasiswa MMD FTP UB mengusulkan program bimtek, dan pendampingan teknologi dalam pembuatan pupuk organik cair sebagai alternatif untuk mengolah limbah organik terutama limbah bawang merah. Pembuatan pupuk ini relatif mudah untuk diaplikasikan dikarenakan alat dan bahan yang mudah didapatkan dan murah.
Kegiatan bimtek dan pendampingan teknologi dilakukan pada hari jumat 12 Juli 2024 pada posyandu 2 dan dihadiri oleh 20 masyarakat desa dengan mayoritas ibu rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan dengan praktik langsung menggunakan alat dan bahan yang sudah disiapkan. Peserta akan dibagi menjadi dua kelompok besar dan melakukan praktik pembuatan pupuk organik cair bersama dengan pemateri. Setelah dilakukanya praktik maka dilanjutkan dengan ice breaking yaitu games berhadiah, post-kuisioner dan ditutup dengan sesi dokumentasi.
Kegiatan ini juga disambut baik oleh warga Desa Bulus, warga desa terutama ibu rumah tangga merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme peserta yang sering mengajukan pertanyaan dan menyimak dengan baik
"pengolahan kulit bawang merah menjadi pupuk merupakan pengetahuan yang baru bagi saya dan sebagian warga desa, saya sebagai ibu rumah tangga merasa kegiatan ini bermanfaat dan mudah dilakukan oleh ibu ibu" ujar ibu Astin salah satu warga Desa Bulus
Kiki Febrianto, STP. M.Phil selaku dosen koordinator pembimbing lapang kelompok 38 MMD FTP UB Menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh warga desa dan juga mahasiswa FTP UB yang telah berperan dalam penyelenggaraan dan penyuksesan program kerja. Beliau berharap pada kesempatan terjun ke masyarakat ini dapat dijadikan acuan untuk adik adik mahasiswa dalam mengimplementasikan ilmu perkuliahan yang sudah di dapat, dan untuk warga Desa Bulus beliau berharap segala sesuatu yang telah adik adik mahasiswa sampaikan dapat bermanfaat dan menjadi salah satu jendela wawasan yang baik