Mohon tunggu...
Galuh Inggita
Galuh Inggita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UAJY

Halo! Selamat membaca artikel saya :D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Korean Wave, iKONIC, Politik? Adakah Hubungannya?

20 Maret 2021   19:48 Diperbarui: 20 Maret 2021   19:53 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://twitter.com/livenationkpop/

Salah satu subkultur yang tidak bersifat negatif dan memiliki hubungan dengan Korean Wave adalah fandom. Kemunculan berbagai fandom dari berbagai artis K-Pop mengakibatkan terciptanya sebuah komunitas atau subkultur baru yang hadir untuk suatu tujuan tertentu.  Fandom merupakan suatu subkultur yang menawarkan ruang untuk individu-individu yang memiliki minat sama. 

Sebutan fandom tak lagi terdengar asing jika berbicara mengenai K-Pop. Melalui fandom, para penggemar dapat mengekspresikan diri mereka secara leluasa dan bebas. 

Secara spesifik, salah satu fandom yang akan dibahas dalam artikel ini adalah iKONIC. Kepenggemaran dari boygroup iKON ini mungkin tak lagi asing terlebih ketika boygroup iKON yang pernah mengadakan konser tunggalnya di Jakarta. 

Kesuksesan dan berbagai prestasi yang diraih oleh boygroup ini tentu menarik para penggemarnya untuk terus melangkah bersama dan membawakan dampak di masyarakat, yang mana akhirnya dapat membentuk sebuah identitas subkultur iKONIC.

Hubungannya dengan Politik?

Mungkin beberapa masyarakat masih belum menyadari bagaimana hubungan budaya populer Korean Wave dengan politik. Sebelumnya, politik budaya populer merupakan tindakan yang dilakukan oleh kaum dominan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan budaya populer. 

Melalui K-Pop kita bisa melihat bagaimana kaum dominan memperoleh keuntungan melalui fandom artisnya. Kita bisa melihat dari banyaknya merchandise ataupun konten berbayar yang dikeluarkan oleh agensi untuk menarik penggemar dari berbagai kalangan. 

Dari sisi lain, kita juga bisa melihat bagaimana agensi mendorong penggemarnya untuk meraih prestasi artis K-Pop dengan sistem streaming. Sistem ini tentu akan mendatangkan keuntungan bagi agensi artis tersebut, terlebih bagi artis-artis yang sudah memiliki fandom dengan jumlah yang banyak.

Sama halnya dengan politik identitas subkultur, di mana politik identitas digunakan oleh kelompok tertentu untuk mencapai keinginannya. Jika berbicara mengenai iKONIC, kita bisa melihat politiknya pada penggemar iKON yang berusaha untuk diterima di masyarakat dan menghapuskan stereotype masyarakat tentang fandom K-Pop yang berbahaya dan terlalu fanatik. Dengan kehadiran fandom ini mereka berusaha mencapai keinginannya untuk diterima secara baik di masyarakat dominan.

Bagaimana? Apakah berdasarkan pemaparan di atas, wawasan kalian mengenai budaya, subkultur dan hubungannya dengan politik menjadi lebih luas? Semoga artikel ini dapat membantu kalian ya!

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun