Pisang meruapakan salah satu jenis komuditas holtikultura yang banyak ditemukan di Indonesia. Pisang menjadi buah yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia, bahkan sudah memiliki reputasi dalam sekala internasional.Â
Menurut data Badan Pusat Stastistik (BPS), pada tahun 2021 produksi pisang di Indonesia mencapai 8,74 ton. Hal tersebut menunjukan adanya kenaikan sebanyak 6,82% dari tahun sebelumnya, dan selama lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2017-2021, produksi pisang mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 5,2% per tahunnya.
Hampir seluruh daerah di Nusantara banyak ditemukan berbagai jenis tanaman pisang, salah satunya adalah jenis pisang uter. Keberadaan pisang jenis ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengolahan produk pisang, seperti yang dilakukan oleh warga Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul.Â
Pemanfaatan pisang uter ini dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang diketuai oleh Ibu Muryanti. Akan tetapi dalam pelaksanaanya sendiri masih diterdapat kendala seperti kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan warga yang kurang mengetahui pengolahan produk pisang tersebut.
Mengetahui hal tersebut, Tim PPK Ormawa HMPS Biologi Universitas Ahmad Dahlan membantu masyarakat terkhusus untuk ibu-ibu dalam meningkatkan pengolahan produk pisang melalui Woman Skills Academy.Â
Dimana Program Peningkatan Kapasitas Ormawa (PPKO) yang diselenggarakan oleh KEMENDIKBUD saat ini menjadi salah satu pendorong terbentuknya sekolah perempuan atau Woman Skills Academy yang didirikan oleh Tim PPK Ormawa HMPS Biologi UAD. Didalamnya terdapat beberapa kegiatan berupa materi dan pelatihan yang berlandaskan 8 fungsi keluarga guna meningkatkan softskills dan hardskills.Â
Salah satu bentuk peningkatan hardskills yang dilakukan yaitu pengolahan produk pisang yang dibawakan oleh Ibu Muryanti sebagai pemateri serta ibu-ibu dari dusun Cangkring dan dusun Ngajaran sebagai peserta. Pengolahan yang dilakukan adalah pembuatan tepung pisang dan cookies dari jenis pisang uter.Â
Penggunaan jenis pisang ini karena keberadaanya yang melimpah, mudah didapat dan mengandung vitamin C yang tinggi serta protasium. Dalam proses pengolahannya sendiri perlu melewati beberapa tahapan sebelum menjadi produk tepung.
Tahap pertama yaitu menyiapkan pisang uter yang masih mengkal atau belum terlalu matang. Kemudian dilakukan pengupasan dan perendaman selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan resin atau getah pada permukaan pisang. Tahap kedua adalah pemotongan pisang menggunakan slicer dengan bentuk kecil-kecil memanjang.
Tahap ini perlu dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan dan memudahkan proses penghalusan. Tahap ketiga yaitu pengeringan yang dapat dilakukan langsung dibawah panas matahari, namun pengeringan pada pelatihan ini dilakukan dengan panel driyer dome atau rumah pengering dengan panel surya agar dapat mempercepat waktu pengeringan serta menjaga kualitas dan higenitas buah pisang.
Tahap keempat yaitu penghalusan menggunakan chopper atau blender, setelah halus dilanjutkan dengan pengayakkan untuk memastikan hasil yang didapat berupa tepung pisang yang benar-benar halus. Â Â
Pembuatan tepung pisang ini dapat dipraktikan secara mandiri dirumah karena prosesnya menggunakan alat dan bahan yang sederhana. Dimana hasil produk tepung tersebut nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan beberapa jenis olahan makanan dan karena bersifat gluten free sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pengurangan kandungan gula dan lebih aman untuk dikonsumsi.Â
Dari segi pemanfaatan hasil tepung pisang uter tidak jauh berbeda dengan tepung lain pada umumnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan olahan makanan, salah satunya seperti kue putu ayu yang berbahan dasar tepung pisang uter, disertai penambahan beberapa bahan umum lain untuk kue putu ayu ini, yang mana hasil nya tidak jauh berbeda dengan kue putu ayu berbahan dasar tepung terigu.
Pembuatan cookies berbahan dasar tepung pisang dengan kandungan gluten free menjadikan produk ini dapat dikonsumsi disegala kalangan usia. Hal ini juga menjadi solusi bagi para orang tua yang memiliki kekhawatiran terhadap buah hatinya yang memiliki kelatarbelakangan khusus, seperti autisme.Â
Kandungan gluten free ini diyakini aman untuk dikonsumsi para penyandang autisme dan pengidap Diabetes Mellitus sehingga mereka juga dapat merasakan cookies dengan rasa yang sama dan tentunya aman untuk kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H