Mohon tunggu...
Galuh Ayu
Galuh Ayu Mohon Tunggu... lainnya -

seorang gadis biasa yang lebih suka dianggap biasa-biasa yang punya mimpi yang tidak biasa yang selalu berpikiran yang tidak biasa dan selalu mendengar orang berkata luar biasa namun selalu mengingat bahwa hanya DIA lah yg LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Hari Pahlawan] Surat Merah dari Pahlawan

10 November 2013   22:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:20 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://2.bp.blogspot.com/-NHxKw-qD8qo/UJago6hDB7I/AAAAAAAATqk/ArMOdjz7J5w/s1600/10+november.gif

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="http://2.bp.blogspot.com/-NHxKw-qD8qo/UJago6hDB7I/AAAAAAAATqk/ArMOdjz7J5w/s1600/10+november.gif"][/caption]

By Galuh Ayu no. 36

Siang itu, Hero pulang dari sekolah dengan berjalan kaki. Tak ada kendaraan yang mengantar atau menjemputnya seperti biasa. Ya, karena Ayah dan Ibunya sedang pergi ke balai desa untuk menghadiri acara.Mau tak mau Hero harus menempuh perjalanan lima belas menit lebih lama. Bukan Hero tak mau naik angkot atau becak, tetapi Hero lebih memilih menyisihkan sisa uang saku miliknya untuk membeli mainan.

“Ugh…panas sekali sih!” Hero mengelap keringatnya.

Masih separuh perjalanan lagi menuju rumah. Dan Hero tinggal berjalan sendiri sebab beberapa temannya sudah berpisah arah masing – masing.

Melihat jalan setapak yang masih cukup panjang untuk dilalui, Hero memutuskan untuk berbelok ke kanan. Di benaknya akan istirahat sebentar di sebuah sungai kecil dekat jalan setapak ini.

Benar saja, Hero segera melepas sepatu dan kaus kaki begitu melihat air sungai yang mengalir tak seberapa deras. Kesegaran sangat dirasakan ketika Hero menangkupkan kedua tangan dan membasuhkan ke wajahnya. Belum genap seluruh wajahnya terbasuh, ada yang menarik perhatiannya.

“Apa itu?” Batin Hero.

Mencoba mendekat pada sebuah batu besar yang terletak di tengah sungai. Ia mengamatinya.

“Surat?”

Ia ambil sepucuk surat berwarna merah. Tak tertutup rapat, salah satu bagiannya terbuka. Tanpa menunggu Hero mengambil isi yang ada di dalamnya.

“Hah? Apa ini?” Hero asing dengan ketiga benda di tangannya.

Bulu ayam, ya semacam bulu ayam yang ujungnya lancip. Ada juga sebuah botol kecil berisi cairan kental berwarna hitam. Dan selembar kertas putih. Hero memutar pandangannya, mencari siapa tahu ada orang yang bisa dia tanyai tentang keberadaan benda – benda ini.tak ada. Kemudian Hero kembali ke bawah pohon rindang yang ia tuju saat tiba di sungai tadi. Ia bersandar, sambil tangannya memegang benda temuannya. Ia berpikir dan bertanya – tanya. Mengapa ada surat kosong di tempat ini? Siapa yang memiliki?

Belum selesai dengan keingintahuannya, datang seseorang pria bertubuh tegak dari balik pepohonan. Dengan setelan baju safari. Seperti pakaian orang jaman dulu. Belum sempurna mengamati Hero terkejut. Tubuhnya bersiap mengambil langkah seribu, namun dihentikan oleh pria itu.

“Tunggu.”

Tubuh Hero mematung antara ketakutan, penasaran dan juga kepanikan.

“Itu milikmu.” Kata Pria itu sambil menunjuk benda penemuannya.

Hero menggeleng, “Bukan. Saya tadi menemukan di sana.” Tunjuknya pada sebuah batu.

“Sekarang itu milikmu.” Lanjut Pria itu kemudian.

Hero membisu, bingung atas perkataan Pria itu. Dia mengamati benda – benda yang masih dalam genggamannya.

“Bagaimana bapak tahu kalau ini menjadi milik saya?” Hero memberanikan diri bersuara.

“Buka dan bacalah.” Pria tersebut tersenyum dan berjalan melewati Hero, pergi.

Tanpa menunggu Hero membuka kembali surat warna merah tersebut. Hero juga teringat bahwa di dalamnya ada selembar kertas putih kosong. Mata Hero membelalak, mendapati kertas putih itu tak sekosong tadi.

Pemuda…

Lanjutkanlah perjuanganku…perjuangan kami…

Bangkitlah, bangun jiwa juangmu demi kehormatan Negrimu…

Bongkar kebiasaanlamamu yang menggerogoti tiap jengkal kritis

Hiduplah searah dengan sejarah, maju terus..

Bukan hidup di masa lalu, diam di masa sekarang dan hilang di masa depan…

Berlakulah, wahai pemuda…

Maka kau akan menjadi pemimpin terdepan…

Menulislah, maka kau tak akan pernah hilang dalam sejarah…

Abadikan namamu dalam jejak – jejak perkembangan dunia…

Melalui karya, daya, dan karsa…kuasailah…

Sehingga kau tak kan pernah dilupakan…

Jadilah HERO dalam masa dan tempatmu..

Karena aku, kami merindukan Pemuda yang berjiwa HERO…

Biarkan terdahulumu menjadi sejarah yang detik ini nyaris tak dikenali oleh Pemuda dan pemudimu…

Hero jadilah Hero di dalam hidup dan hatimu..

Pastikan mereka mengenalmu dengan kebaikan serta perjuanganmu menapaki dunia…

Menulislah mulai dari sekarang!

Pesan dari Pahlawan,

10 November 2013

Hero kembali memutar pandangan. Tak ada siapapun. Sejenak dia termenung, seakan mencari arti dari tulisan ini. Tapi belum ditemukannya. Seketika dia teringat bahwa dia harus segera pulang. Tanpa mengulur waktu Hero bergegas berlari, menuju ke rumah. Sesegera mungkin dia ingin menceritakan kejadian ini pada Bapak dan Ibu. Dan mungkin dia bisa menemukan arti dari kejadian dan tulisan ini nanti.

Di balik pepohonan, ternyata ada sepasang mata mengikuti arah seorang anak berseragam biru putih yang berlari menjauh. Dan mendapati sepatu sebelah kanan yang masih tertinggal di sini. Tersenyum.

Dan berkata “Ya, berlarilah sekencangnya. Dan temukan arti Hero di dalam namamu serta di kehidupanmu.”

NB : Untuk membaca karya fiksi teman-teman lain silahkan buka link Inilah Perhelatan dan Hasil Karya Peserta Fiksi Hari Pahlawan

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun