Mohon tunggu...
Galuh Ayu
Galuh Ayu Mohon Tunggu... lainnya -

seorang gadis biasa yang lebih suka dianggap biasa-biasa yang punya mimpi yang tidak biasa yang selalu berpikiran yang tidak biasa dan selalu mendengar orang berkata luar biasa namun selalu mengingat bahwa hanya DIA lah yg LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keyakinan, Pertanyaan yang Rentan untuk Dipertanyakan

14 November 2012   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:22 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13529058571413048406

[caption id="attachment_209309" align="aligncenter" width="375" caption="http://lourentrianto.blogspot.com/2011/12/yang-indah-itu-dipanggil-perbedaan.html"][/caption]

Keyakinan. Satu kata yang teramat rentan untuk dibahas. Banyak kejadian yang berujung petaka hanya karena kata keyakinan. Banyak juga terjadi kesalahpahaman dalam pengertian dan pemahaman dari sebuah keyakinan. Tak jarang, kesedihan, perpisahan pun ada hanya terhalang oleh keyakinan.

Padahal sudah diatur dengan jelas pada pasal 29 ayat 2 UUD 45 bahwa ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Secara garis besar pemahaman saya akan ketentuan tersebut adalah setiap manusia, siapapun itu memiliki hak untuk memilih, menjalani dan meyakini keyakinannya masing-masing tanpa paksaan, desakan, anjuran, himbauan, atau ajakan dari siapapun juga. Terlepas dari pilihan hidup yang akan mereka jalani kelak, biarkan saja mereka menentukan sendiri.

Maaf, bukan maksud saya menyinggung atau menunjuk bahkan memprovokasi. Tulisan ini hanyalah sebuah pemikiran sederhana saya, yang muncul dari realita di hadapan saya yang seringkali menimbulkan pertanyaan-pertanyaan hidup yang sulit terjawab.

Ada sebuah kisah sederhana yang saya ambil dari kegiatan pelatihan yang saya jalani.

Ada dua orang sahabat, Odi dan Boby. Keduanya sedang merencakan untuk pergi memancing bersama.

Ody : ”Bob, besok kita mancing yuk!”

Boby : “Besok? Tidak bisa. Ada ibadah.”

Ody: “Ahh…sudah mancing saja. Kita kan sudah lama tidak mancing bersama.”

Boby : ”Iya sih, tapi....eh kau sendiri tidak pergi??”

Ody: ”Tidak. Sekali-kali kan tidak apa-apa.”

Esok hari, Boby berangkat ibadah. Di tempat ibadah pikirannya melayang. Boby tidak memperhatikan kotbah di hadapannya. Boby hanya berpikir tentang Ody.

Boby : ”Wah..sekarang Ody udah berangkat belum ya? Nanti dia bakal dapat ikan yang besar nggak ya?? Abis dari sini keburu nggak ya nyusulin dia?”

Di tempat berbeda, Ody pun pikirannya melayang. Ody tidak memperhatikan kail yang bergerak-gerak di depannya. Yang ia pikirkan hanyalah Boby.

Ody : ”Yah, harusnya aku ngikutin Boby saja ya.Kenapa aku malah memilih di sini?? Boby pasti sedang khusuk ibadah. Tuhan, maafin Ody ya. Kira-kira kotbahnya tentang apa ya?”

Dari kisah di atas, kira-kira siapa yang lebih fokus pada keyakinannya?? Boby yang berada di tempat ibadah tetapi pikirannya keluar dari tempat ibadah atau Ody yang berada di luar tempat ibadah namun pikirannya ada pada tempat ibadah??

Yang bisa kita pelajari adalah spirit dari sebuah keyakinan. Kita menyebut dengan Spiritual. Spiritlah yang menyatukan pikiran dan hati pada satu hal yang terpenting yaitu keyakinan. Yang justru seringkali tidak pernah terlihat dengan kasat mata. Sehingga dengan mudahnya orang lain menilai salah dan benar. Padahal sesungguhnya keyakinan itu adalah milik individu itu sendiri. Benar atau tidak. Sesuai atau tidak. Lazim atau tidak. Biarkan individu itu sendiri yang menemukannya. Sebab pada akhirnya yang akan mempertanggungjawabkan hasilnya adalah dirinya sendiri.

Saya sering mendapati orang-orang yang menilai keyakinan orang lain. Mereka banyak berkata ini salah, itu salah, yang benar begini, yang benar begitu, harusnya seperti ini, harusnya seperti itu. Memang benar, mereka berhak untuk menilai, berhak untuk berpendapat. Akan tetapi tidakkah mereka mengerti, setiap manusia memiliki caranya sendiri untuk mengerti, memahami kemudian melakukannya. Waktu yang dibutuhkan pun berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Tulisan ini terlahir dari sebuah pertanyaan. Pertanyaan tentang mengapa orang begitu mudah menilai keyakinan orang lain? Mengapa keyakinan menjadi hal yang sangat rentan untuk dipahami bersama akan nilai-nilai kebaikannya?

Di mata saya, apapun warna baju yang kita pakai, entah itu warna merah, kuning, biru, ataupun hijau. Itu semua adalah keindahan dari sebuah keyakinan, dan sebuah kekuatan dari spirit yang memancar. Jadi, mengapa kita harus mempermasalahkannya??

Salam Senyum^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun