Mohon tunggu...
Galuh Ayu
Galuh Ayu Mohon Tunggu... lainnya -

seorang gadis biasa yang lebih suka dianggap biasa-biasa yang punya mimpi yang tidak biasa yang selalu berpikiran yang tidak biasa dan selalu mendengar orang berkata luar biasa namun selalu mengingat bahwa hanya DIA lah yg LUAR BIASA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bulutangkis yang Bikin Miris

23 Juni 2011   13:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:14 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yah..sore tadi para pecinta olahraga bulutangkis telah dimanjakan dengan permainan-permainan apik dari pemain Indonesia. Meskipun sempat tegang ketika skor saling mengejar namun keoptimisan pemain mampu memberikan angin segar bagi perbulutangkisan Indonesia. Olahraga bulutangkis, merupakan event yang bisa dinikmati oleh semua orang tanpa terkecuali. Tentu saja bagi mereka pecinta bulutangkis. Riuh rendah suara penonton mampu memberi suasana yang penuh dengan semangat. Semangat untuk mendukung pemain idolanya, atau mungkin hanya sekedar ingin merasakan suasana menonton secara langsung ketika pertandingan itu dimainkan. Benar demikian kan? Lalu, mengapa harus ada yang kecewa di luar sana. Sekejap emosi meradang, ketika membaca link dari seorang teman yang diambil dari Kompas.com. Mungkin dari teman-teman ada yang sudah mengetahuinya. Seorang difabel dilarang menonton Indonesia Open 2011 dengan alasan tidak ada tempat. [caption id="attachment_115769" align="aligncenter" width="300" caption="Kurnia (30th)"][/caption] Di situ ditulis, Kurnia (30) datang ke Istora Senayan, Jakarta untuk menyaksikan Indonesia Open 2011 tetapi gagal karena tidak diperbolehkan masuk oleh panitia. Yang semakin herannya, ditulis bahwa sudah ada beberapa orang yang bersedia membantunya untuk naik ke atas, tapi panitianya tetep melarang. Dan lebih parahnya lagi uang pembelian tiket dikembalikan. Penghinaan yang teramat sangat. Mengembalikan uang ini bukannya berarti "...udah deh, nggak usah ikut-ikutan nonton, pulang aja sono...ngribetin aja..." Oke, maaf itu tadi penafsiran subjektifku saja. Tapi, sangat mungkin juga kan yang ada dipikiran mereka seperti itu. Hah...difabel itu bukan meminta untuk dikasihani, tetapi fasilitas, aksesibilitas, perlakuan, penerimaan, dan juga kesempatan serta hak yang sama. Ini kan event olahraga. Olahraga bisa dinikmati semua orang, semua manusia. Jika alasan yang digunakan adalah tidak tersedianya fasilitas khusus difabel itu sama saja mengada-ada, bahkan makin menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap sesama manusia. Tulisanku sebelumnya Difabel is not always be different, Terus kenapa kalau Difabel?! sudah cukup menggambarkan bagaimana memperlakukan difabel dalam lingkungan masyarakat. Yah, minimal sedikit menyuarakan tanggapan, opini, pengalaman dari sudut pandang seorang difabel. Setelah membaca kisah ini akhirnya memaklumi ketika seorang ibu yang dianugrahi seorang balita tunanetra mengatakan bahwa ia sangat menginginkan anaknya tumbuh besar di negeri orang. Sebab di sini masih jauh dari apa yang ia harapkan untuk kehidupan putranya kelak. Miris, Penyandang Cacat Tak Bisa nonton Indonesia Open 2011 Well, it's just my opinion. What about you? Salam Senyum^^ Galuh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun