Mohon tunggu...
galuh adi wijaya
galuh adi wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Universitas Jember

berbagi sudut pandang tanpa saling menyudutkan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dinamika Pilkada 2024, Pengaruh Jokowi dalam Perebutan Kursi Kepala Daerah

8 November 2024   22:11 Diperbarui: 8 November 2024   23:11 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi politik Indonesia menjelang Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) 2024 menunjukkan dinamika yang sangat menarik, khususnya terkait dengan fenomena berbondong-bondongnya calon kepala daerah untuk mencari dukungan dari mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Fenomena ini mencerminkan pengaruh yang sangat besar dari Jokowi dalam pembentukan peta politik lokal dan bagaimana para calon memanfaatkan kekuatan politiknya untuk meraih kemenangan. Berdasarkan analisis mendalam, fenomena ini dapat dilihat dari beberapa perspektif berikut:

Pengaruh Popularitas dan Legitimasi Jokowi

Salah satu alasan utama mengapa banyak calon kepala daerah mendatangi Jokowi adalah karena popularitasnya yang masih sangat tinggi. Sebagai Presiden yang sukses memimpin Indonesia selama dua periode, Jokowi memiliki kedekatan emosional dengan banyak lapisan masyarakat. 

Sejak awal masa pemerintahannya, Jokowi dikenal sebagai figur yang merakyat dan pro-rakyat, sehingga banyak pemilih yang merasa bahwa kebijakan dan keberlanjutan pemerintahannya masih perlu dijaga. Dalam konteks Pilkada 2024, para calon kepala daerah yang mendukung Jokowi berharap bisa meraih legitimasi sosial dan politik dari figur yang sangat dihormati ini.

Pengaruh popularitas Jokowi dalam Pilkada 2024 ini menjadi sangat signifikan, terutama bagi calon-calon yang berasal dari partai-partai koalisinya. Mereka yang mendapatkan dukungan langsung dari Jokowi, baik dalam bentuk deklarasi dukungan atau sosialisasi, cenderung memperoleh keuntungan besar dalam hal dukungan pemilih, terutama di daerah-daerah yang memiliki kedekatan politik dengan Jokowi.

Kekuatan Jaringan Partai dan Koalisi Politik

Dari sisi struktur partai, Jokowi masih memegang kendali kuat atas partai besar, seperti Golkar, NasDem, dan beberapa partai koalisinya. Sebagai tokoh sentral dalam koalisi pemerintahan, Jokowi memiliki akses untuk mengarahkan dukungan partai-partai politik yang berafiliasi dengannya, serta memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan internal terkait pencalonan kepala daerah.

Berdasarkan analisis Simanjuntak dalam bukunya Politik Pasca Pemerintahan: Studi Tentang Mantan Presiden dan Dinamika Partai Politik menyatakan bahwa mantan presiden sering kali masih memiliki pengaruh besar terhadap partai politik dan pengambilan keputusan mengenai calon kepala daerah. Partai-partai yang berada dalam lingkup kekuasaan Jokowi cenderung lebih memilih calon yang sudah mendapat restu dari Jokowi, karena diharapkan dapat memperkuat jaringan politik mereka, memperluas dukungan massa, dan menjaga keberlanjutan kebijakan pemerintahan.

Stabilitas dan Keberlanjutan Kebijakan Pemerintahannya

Para calon kepala daerah yang mendekati Jokowi sering kali mengusung tema keberlanjutan kebijakan pemerintahannya, seperti pembangunan infrastruktur, program kesejahteraan sosial, dan pemerataan ekonomi. Mereka yang terafiliasi dengan Jokowi memiliki keuntungan dalam hal mengasosiasikan diri dengan program-program yang telah terbukti sukses dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.

Di sisi lain, calon yang mendekati Jokowi juga diuntungkan oleh citra stabilitas yang dibawa oleh mantan presiden. Seperti yang dijelaskan oleh Natsir dalam buku Pengaruh Mantan Presiden terhadap Stabilitas Politik di Indonesia menyatakan bahwa mantan presiden cenderung membawa aura stabilitas yang dibutuhkan oleh banyak pemilih, terutama yang menginginkan kelanjutan program-program pembangunan dan kemajuan daerah. Para calon tersebut akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari masyarakat yang ingin menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan yang telah dimulai oleh Jokowi.

Persaingan Politik dan Strategi Penguatan Basis Massa

Fenomena berbondong-bondongnya calon kepala daerah untuk mencari dukungan Jokowi juga mencerminkan persaingan politik yang semakin tajam di tingkat lokal. Di beberapa daerah, partai-partai oposisi atau calon yang tidak mendapatkan dukungan Jokowi, berusaha untuk menciptakan identitas politik yang berbeda dengan pemerintahannya. Mereka mungkin mengandalkan isu-isu lokal atau ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat untuk menarik pemilih yang merasa terpinggirkan.

Namun, bagi mereka yang mendapatkan dukungan Jokowi, strategi kampanye akan lebih mengutamakan narasi kontinuitas dan keberlanjutan program-program Jokowi, seperti pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan. Mereka berupaya menarik pemilih dengan mengedepankan keberhasilan pemerintahan Jokowi di tingkat pusat, sehingga mengarah pada penguatan basis massa yang sudah ada.

Pola Mobilisasi Massa dan Pengaruh Media Sosial

Dalam Pilkada 2024, media sosial juga memainkan peranan yang sangat penting dalam mobilisasi massa dan pencitraan politik. Dukungan Jokowi dalam Pilkada dapat dilihat sebagai strategi komunikasi politik yang memanfaatkan pengaruh media sosial dan citra Jokowi yang sudah dikenal luas. Calon kepala daerah yang mendapat dukungan dari Jokowi dapat menggunakan platform digital untuk memperkuat pesan politik mereka dan memperluas jangkauan kampanye mereka.

Fenomena ini menunjukkan bahwa di era digital ini, pengaruh Jokowi tidak hanya terbatas pada pertemuan langsung atau deklarasi dukungan, tetapi juga dapat dilihat dalam pola penyebaran informasi politik yang sangat cepat melalui media sosial. Ini memungkinkan para calon yang didukung Jokowi untuk menjangkau lebih banyak pemilih, terutama generasi muda yang aktif di platform media sosial.

Polaritas Politik: Tantangan Bagi Calon yang Menjauh dari Jokowi

Di sisi lain, calon yang mencoba menjauhkan diri dari citra pemerintahan Jokowi harus menghadapi tantangan berat. Mereka harus menciptakan strategi kampanye yang membedakan diri dari pemerintahan yang sudah ada dan menyasar pemilih yang merasa tidak puas dengan kebijakan Jokowi, baik terkait ekonomi, infrastruktur, maupun kebijakan sosial. Pendekatan ini memerlukan keberanian untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang sudah ada dan menawarkan solusi alternatif.

Namun, bagi calon yang berseberangan dengan Jokowi, upaya membangun koalisi politik yang kuat menjadi lebih sulit, karena mereka harus bersaing dengan partai-partai besar yang memiliki jaringan dan sumber daya yang kuat, yang umumnya mendukung Jokowi. 

pada pandangan Teori kooptasi, individu atau kelompok yang tidak menjaga kedekatannya dengan penguasa utama bisa terpinggirkan atau kehilangan akses ke jalur politik yang menguntungkan. Dalam konteks ini, menjauh dari Jokowi berpotensi membawa akibat fatal karena mereka bisa kehilangan pengaruh politik atau dukungan dari pihak-pihak lain yang berada dalam posisi strategis.

Kesimpulan

Banyaknya calon kepala daerah menemui Jokowi menjelang Pilkada 2024 menggambarkan pengaruh besar yang dimiliki oleh mantan presiden terhadap peta politik Indonesia. Popularitas Jokowi yang masih tinggi, jaringan partai yang kuat, serta citra stabilitas yang dibawa oleh kebijakan pemerintahannya membuatnya menjadi tokoh sentral dalam perebutan kursi kepala daerah. Bagi banyak calon, mendapatkan dukungan Jokowi bukan hanya soal memperoleh restu, tetapi juga soal meraih legitimasi politik yang dapat memperkuat posisi mereka dalam kompetisi Pilkada.

Namun, fenomena ini juga menunjukkan adanya persaingan yang semakin ketat, baik antara calon yang mendukung Jokowi maupun yang mencoba membangun identitas politik alternatif. Dalam konteks ini, Pilkada 2024 tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan di tingkat daerah, tetapi juga mencerminkan dinamika politik yang lebih besar, di mana pengaruh Jokowi tetap memainkan peran penting dalam menentukan arah politik Indonesia. sehingga kedepan arah politik kita sebenarnya bisa dikatakan masih berpotensi besar melanjutkan legacy jokowi selama dua periode ini dengan dialektika keberhasilan atau kegagalan pada masa pemerintahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun