Fenomena ini menunjukkan bahwa di era digital ini, pengaruh Jokowi tidak hanya terbatas pada pertemuan langsung atau deklarasi dukungan, tetapi juga dapat dilihat dalam pola penyebaran informasi politik yang sangat cepat melalui media sosial. Ini memungkinkan para calon yang didukung Jokowi untuk menjangkau lebih banyak pemilih, terutama generasi muda yang aktif di platform media sosial.
Polaritas Politik: Tantangan Bagi Calon yang Menjauh dari Jokowi
Di sisi lain, calon yang mencoba menjauhkan diri dari citra pemerintahan Jokowi harus menghadapi tantangan berat. Mereka harus menciptakan strategi kampanye yang membedakan diri dari pemerintahan yang sudah ada dan menyasar pemilih yang merasa tidak puas dengan kebijakan Jokowi, baik terkait ekonomi, infrastruktur, maupun kebijakan sosial. Pendekatan ini memerlukan keberanian untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang sudah ada dan menawarkan solusi alternatif.
Namun, bagi calon yang berseberangan dengan Jokowi, upaya membangun koalisi politik yang kuat menjadi lebih sulit, karena mereka harus bersaing dengan partai-partai besar yang memiliki jaringan dan sumber daya yang kuat, yang umumnya mendukung Jokowi.Â
pada pandangan Teori kooptasi, individu atau kelompok yang tidak menjaga kedekatannya dengan penguasa utama bisa terpinggirkan atau kehilangan akses ke jalur politik yang menguntungkan. Dalam konteks ini, menjauh dari Jokowi berpotensi membawa akibat fatal karena mereka bisa kehilangan pengaruh politik atau dukungan dari pihak-pihak lain yang berada dalam posisi strategis.
Kesimpulan
Banyaknya calon kepala daerah menemui Jokowi menjelang Pilkada 2024 menggambarkan pengaruh besar yang dimiliki oleh mantan presiden terhadap peta politik Indonesia. Popularitas Jokowi yang masih tinggi, jaringan partai yang kuat, serta citra stabilitas yang dibawa oleh kebijakan pemerintahannya membuatnya menjadi tokoh sentral dalam perebutan kursi kepala daerah. Bagi banyak calon, mendapatkan dukungan Jokowi bukan hanya soal memperoleh restu, tetapi juga soal meraih legitimasi politik yang dapat memperkuat posisi mereka dalam kompetisi Pilkada.
Namun, fenomena ini juga menunjukkan adanya persaingan yang semakin ketat, baik antara calon yang mendukung Jokowi maupun yang mencoba membangun identitas politik alternatif. Dalam konteks ini, Pilkada 2024 tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan di tingkat daerah, tetapi juga mencerminkan dinamika politik yang lebih besar, di mana pengaruh Jokowi tetap memainkan peran penting dalam menentukan arah politik Indonesia. sehingga kedepan arah politik kita sebenarnya bisa dikatakan masih berpotensi besar melanjutkan legacy jokowi selama dua periode ini dengan dialektika keberhasilan atau kegagalan pada masa pemerintahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H