Mohon tunggu...
Galuh AuraDianty
Galuh AuraDianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43221010117 - Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - S1 Akuntansi Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

A-301_Kuis 1 - Melihat Teknologi Sistem Informasi Akuntansi dari Sisi Pemikiran Mahatma Gandhi

6 April 2023   21:58 Diperbarui: 6 April 2023   23:52 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Louis Fischer (dalam Wisarja, 2007: 34) menyatakan bahwa perjuangan dan pengalaman Gandhi di Afrika Selatan memunculkan sebuah gagasan yang ia cetuskan yaitu Satyagraha yang artinya kekuatan, kebenaran, atau kekuatan kasih sayang. Satyagraha merupakan usaha untuk mempertahankan kebenaran bukan dengan hukuman yang menderitakan lawan, namun dengan hukuman terhadap diri sendiri agar tercipta hubungan yang positif antara lawan dengan tujuan perdamaian yang sesungguhnya.

Mahatma Gandhi dapat dikatakan sebagai sosok yang kontrofersial dalam perjalanan hidupnya dan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Tingkah laku perbuatan maupun pemikirannya, dapat dikatakan berbeda dari pola pikir orang pada zamannya. Dalam memperjuangankan kemerdekaan India, Mahatma Gandhi tidak menggunakan senjata perangkat keras seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan pada umumnya.

Sebagai seorang penganut agama Hindu yang taat, Mahatma Gandhi menerapkan ajaran agamanya untuk menginspirasi dunia supaya meninggalkan kekerasan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dimana beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan bagi seluruh manusia. Mahatma Gandhi juga bukanlah seseorang yang membeda-bedakan kasta, baik kaum keluarga dan orang-orang luar lainnya, orang sebangsa dan orang asing, berkulit putih atau berwarna, orang yang beragama lain atau pun seagama. Mahatma Gandhi selalu menganggap semua manusia itu sama, semua manusia itu bersaudara, sehingga tidak ada yang membedakan antara manusia satu dan manusia lainnya.

Perjuangan Mahatma Gandhi untuk merebut kemerdekaan India bukan didasarkan pada kebencian terhadap Inggris. Mahatma Gandhi memandang bahwa kita harus membenci dosanya, tetapi bukan orang yang melakukan dosa tersebut. Bagi beliau, patrotisme sama dengan berperikemanusiaan.

Pilihan Mahatma Gandhi berjuang dengan cara ahimsa bukan dilakukan tanpa pertimbangan. Sebagai penganut Hindu yang taat, beliau sangat berusaha menerapkan ajaran agamanya untuk menginspirasi dunia agar meninggalkan kekerasan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Ketaatan Mahatma Gandhi terhadap ahimsa tumbuh dari pengalamannya bahwa ahimsa merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah konflik secara permanen. Beliau merasa kekerasan tidak akan memberikan solusi apapun dan hanya akan menimbulkan permusuhan yang ujung-ujungnya akan mengacaukan situasi. Prinsip ahimsa merupakan pandangan hidup Mahatma Gandhi sejak awal perjuangannya hingga akhir hidupnya. Menurut pandangan beliau, apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan, hanya akan melahirkan kebencian dan bibit-bibit permusuhan baru. Dengan semangat ahimsa tersebut, Mahatma Gandhi melawan penjajah Inggris dengan cara lain yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terjajah pada umumnya.

Mahatma Gandhi memberi teladan hidup yang amat sederhana. Beliau telah memimpin ribuan rakyat India menentang dengan jalan ahimsa kekuasaan kerajaan Inggris yang ketika itu merupakan kekuasaan yang terbesar di dunia.

Ahimsa yang menjadi prinsip perjuangan Mahatma Gandhi dimulai dari sejarah panjang yang didapatnya di Afrika Selatan selama menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Mahatma Gandhi pergi ke Afrika selatan atas saudagar kaya India yang sedang berselisih. Mahatma Gandhi diundang sebagai pengacara untuk membantu menyelesaikan kasus tersebut. Dari kesempatan ini, Mahatma Gandhi memulai karirnya sebagai pelayan masyarakat sekaligus terjun untuk pertama kalinya dalam bidang sosial ketika beliau melihat ketidakadilan dan diskriminasi yang diterimanya dan orang-orang India yang berada di Afrika Selatan.

Ada empat hal mendasar yang menjadi ciri khas Mahatma Gandhi pada masa perjuangannya meraih kemerdekaan di India, yaitu:

  • Ahimsa yang tidak hanya diartikan sebagai perbuatan tidak menyakiti sesama, namun lebih kepada sikap menolak keinginan untuk membunuh, tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti hati, tidak membenci, tidak membuat marah, tidak mencari keuntungan sendiri dengan memperalat orang lain, dan sejenisnya.
  • Satyagraha yang berarti memegang teguh kebenaran dengan tidak mengenal lelah, serta jalan untuk mencapai satyagraha adalah dengan mempraktikkan ahimsa.
  • Swadesi sebagai bentuk rasa cinta terhadap tanah air, serta mengabdi kepada masyarakat yang sebaik-baiknya terlebih dahulu.
  • Hartal adalah semacam pemogokan nasional yang dilakukan dengan berpuasa serta melakukan kegiatan keagamaan.

Swadeshi sendiri dapat diartikan juga sebagai jiwa dari Swaraj. Kata swadeshi berasal dari bahasa sansekerta, Swa yang berarti “diri” atau “mandiri” atau “sendiri” dan Desh yang berarti “negara”. Jika digabungkan, swadeshi artinya menjadi negara sendiri. Jika dilihat dengan makna yang lebih luas lagi, swadeshi merupakan rasa bangga memiliki bangsa sendiri atau nasionalisme. Swadeshi dijadikan gerakan yang menganjurkan agar menggunakan barang-barang buatan bangsa sendiri. Menurut Mahatma Gandhi, swadeshi adalah panggilan bagi konsumen untuk waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan dari mendukung industri asing atau penjajah yang menghasilkan kemiskinan dan berbahaya bagi para pekerja dan manusia serta makhluk-makhluk lain.

Gagasan Mahatma Gandhi mengenai Tuhan yaitu bahwa beliau mengambil pengakuan imannya yang tertulis: “Tuhan, penguasa, meresapi semua yang ada di alam semesta ini. Nikmati semua yang Dia berikan kepadamu. Janganlah mencari kekayaan. Dan tidak setelah kepemilikan orang lain” termasuk dengan kritiknya yang menuju kepada teknologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun