Mohon tunggu...
Galuh SifaAdinda
Galuh SifaAdinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Telkom Bandung

Saat ini saya tertarik dalam dunia Marketing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Upacara Mapag Sri yang Unik

12 November 2023   11:12 Diperbarui: 12 November 2023   11:17 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Koentjaraningrat pengertian upacara ritual adalah sistem aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (Lail, 2017). Tradisi atau kearifan lokal ini banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai macam nilai-nilai yang terkandung didalamnya, termasuk juga nilai toleransi atas dasar kemanusiaan. Nilai toleransi adalah salah satu produk nilai yang terkandung dalam sebuah upacara atau ritual.

Salah satunya pada upacara ritual Mapag sri, Upacara Mapag Sri merupakan salah satu tradisi dalam bentuk upacara budaya yang berada di Indonesia dan masih dilakukan hingga kini. Salah satu contoh masyarakat yang masih konsisten melakukannya adalah masyarakat Desa Slangit Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon. Masyarakat Desa Slangit melakukan Upacara Mapag sri biasanya pada panen pertama di awal tahun, jika pada bulan Januari dilakukan penanaman makan Mapag sri di lakukan pada akhir bulan Maret atau awal bulan April. Menurut kepercayaan masyarakat setempat diyakini bahwa setelah melakukan upacara Mapag sri setelah panen, maka panen-panen berikutnya akan berlimpah dan jika tidak dilakukan, panen selanjutnya diyakini akan sedikit bahkan bisa gagal panen.

Mapag Sri berasal dari Bahasa jawa halus yang memiliki makna menjemput padi. Dalam bahasa Jawa halus, mapag berarti menjemput, sedangkan Sri dimaksudkan kepada Dewi Sri atau Nyi Pohaci Sanghyang Sri yang dianggap sebagai dewi padi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menyambut datangnya panen raya sebagai rasa syukur masyarakatnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan mereka hasil yang melimpah dan sesuai dengan keinginan mereka. Bagi masyarakat setempat ritual ini terhubung dengan mitos Dewi Sri,yang diyakini dewi yang memberi sebuah kehidupan dan sebagai penuntun untuk orang-orang agar selalu berbagi tata cara menghormati serta mengerti arti dari kehidupan.

Kegiatan ini diikuti oleh semua masyarakat setempat , Proses Upacara Mapag Sri ini diawali dengan Rempugan , Tujuan dilakukannya Rempugan adalah untuk menyamakan pandangan mengenai tradisi mapag sri dari setiap tokoh, setelah itu mereka akan menentukan Hari pelaksanaan dan persiapan tempat pelaksana, atau dalam bahasa lokalnya nentu dinten lan gena (menentukan hari dan tempat).  Selanjutnya mereka akan Mempersiapkan Sesajen , Dalam kepercayaan masyarakat desa Slangit, ada berbagai macam sesaji seperti halnya: bunga tujuh rupa, kemenyan, tebu, pring gading (bambu kuning), pisang setandan, kelapa degan (kelapa muda), boreh atau bedak, bubur (bubur ayam, bubur ubi, dan bubur sumsum), payung, uang recehan, minyak wangi, nasi tumpeng kuning, nasi tumpeng putih, ayam panggangan. 

Selanjut mereka akan mengadakan Tahlilan , Masyarakat Desa Slangit melaksanakan upacara Mapag sri dilakukan setiap menjelang panen. Sebelum pelaksanaan upacara Mapag sri dilakukan, acara yang terlebih dahulu yaitu tahlilan. Tahlilan yang memiliki fungsi sebagai penghubung atau wasilah agar sang pencipta jagat raya yaitu Allah SWT melindungi dan menjaga dalam pelaksanaan upacara Mapag sri. Setelah tahlilan dan makan bersama selesai, diadakan pentas tari topeng, karena tari topeng adalah khas kebudayan cirebonan dan salah satunya adalah tari topeng panji khas Slangit. Selanjutnya ada acara Ider-ideran, Ider-ider dalam bahasa Indonesia memiliki arti berkeliling, maksud dari ider-ider adalah membawa semua sesajen dan tumpukan padi yang disimbolkan sebagai jelmaan dewi sri keliling desa Slangit dengan rute yang telah ditentukan. Bukan hanya itu saja, biasanya masyarakat ikut berpartisipasi dengan membuat ogoh-ogoh dari bambu yang dilapisi kertas kemudian dicat. Banyak sekali ogoh-ogoh yang akan mengikuti ider-ideran, karena ogoh-ogoh bukan hanya dari masyarakat desa Slangit saja melainkan masyarakat desa tetangga juga. Wayang kulit Setelah ider-ideran, acara wayang kulit adalah penutup dari tradisi upacara Mapag sri. Pagelaran wayang kulit sendiri akan diadakan di balai desa Slangit semalaman. Arti dari wayang sendiri adalah bayang atau lebih jelasnya bayangan, sehingga wayang memiliki arti permainan bayangan yang mengandung cerita. Kegiatan ritual ini sudah ada sejak zaman dahulu hingga sekarang ritual tersebut masih  dilakukan. Teori interaksi simbolik mewakili  dari bagaimana  individu melihat sebuah  simbol yang  memiliki makna dan  bagaimana individu menyesuaikan  diri serta mengamati  perilaku yang ada di dalam interaksi sosial atau di lingkungan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun