Abad ke-7 hingga abad ke-14 di dunia Islam ketika itu lahir para intelektual ternama atau jenius-ensiklopedis yang menguasai berbagai pengetahuan sekaligus. Masa itu dapat disebut sebagai zaman keemasan Islam: suatu wajah bercahaya karena pencapaiannya yang tinggi dalam pilar-pilar peradaban. Masa itu Islam menguasai hampir 2/3 dunia. Menguasai dunia dengan wajah khas penuh rahmat karena memang Islam diturunkan untuk rahmat semesta alam.
Di antara para kaum intelektual ternama atau jenius-ensiklopedis yang dilahirkan zaman keemasan itu, misalnya, Al-Khawarizmi (m.849), pendiri aljabar dan penemu angka nol yang meretas jalan ke arah yang kita kenal sebagai matematika modern; Al-Razi (856-925), penulis ensiklopedia kedokteran, Continens, yang antara tahun 1498-1866 mengalami cetak-ulang hingga 40 kali; Al-Biruni yang menulis tidak kurang dari 114 buku meliputi ilmu-ilmu fisika, sosial dan matematika; Ibnu Haytam (956-1048), seorang matematikawan, astronom, insinyur dan penulis karya-karya optik; Ibnu sina (980-1037), seorang dokter, fisikawan, filosof, teolog, dan sastrawan; Ibnu Khaldun (1332-1406), seorang ahli hukum, negarawan, filosof, dan juga dikenal sebagai bapak sosiologi dan sejarah. Ada pula Ibnu Rusyd (Averroes; 1126-1198) yang buah-buah pemikirannya pernah sangat lama mempengaruhi alam pemikiran Eropa, selain itu ada Al-Kindi (801-866), Al-Farabi (870-950), Omar Khayam (1048-1122).
Mari bandingkan dengan sekarang, umat Islam hampir berputus asa karena derita dan sengsara yang dialaminya akibat ulah jahiliyah sendiri. Terlepas itu berasal dari pengaruh luar yang senantiasa menggerogoti atau tidak. Ya, inilah zaman jahiliyah modern. Sesungguhnya jahiliyah memang bukanlah satu periode zaman tertentu, melainkan suatu sikap mental spiritual tertentu yang semata-mata lahir karena hilangnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikehendaki Allah dari kehidupan manusia, berganti dengan nilai-nilai ciptaan manusia yang disesuaikan dengan kecenderungan nafsu.
Posisi umat Islam sedang berada pada posisi yang lemah dan terbelakang di segala aspek kehidupan. Umat Islam kehilangan perannya dalam percaturan dunia; kemuliaan dan kehormatan diri telah lama hilang dihanyutkan oleh diri sendiri dan musuh-musuhnya.
Kemunduran peradaban Islam saat ini yang terjadi bukanlah sekedar kemunduran sebuah bangsa atau ras manusia atau golongan. Kemunduran peradaban Islam akan menjadikan runtuhnya sebuah tiang yang menopang kehidupan dunia dan agama. Kemunduran Islam akan menjadikan kemunduran morak, akhlak, spiritual manusia dan peradaban dunia secara keseluruhan. Kemunduran peradaban Islam berarti risalah agung dari Rabb Yang Maha Agung ini belum bisa dirasakan ‘rahmat’nya oleh semesta alam secara sempurna karena belum diterapkan secara kaffah.
Inilah kenyataannya. Umat Islam, sebagai umat yang besar telah jatuh tersungkur. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Islam yang dahulu pernah mengalami kejayaan peradaban sekarang mengalami kemunduran. Mengapa pada zaman keemasan itu Islam melahirkan begitu banyak kaum intelektual yang belum mampu ditiru di masa sekarang? Jalan apa yang ditempuh untuk kembali membangkitkannya? Mampukah Umat Islam bangkit menyongsong kejayaan peradaban Islam?
Karakteristik Islam
Islam adalah aqidah yang luhur; salah satu ciri utamanya ialah bahwa Islam membangkitkan dalam jiwa Mukmin perasaan harga diri tanpa rasa sombong, jiwa percaya diri sendiri tanpa membanggakan diri, rasa ketentraman jiwa tanpa sifat fanatisme, dan bahwa Islam menanamkan pada jiwa pemeluknya perasaan tanggung jawab kemanusiaan, tanggung jawab membimbing bangsa-bangsa yang tersesat serta mengarahkannya kepada agama yang benar, jalan yang lurus, dan membebaskannya dari kegelapan menuju cahaya terang dan cahaya petunjuk dan bimbingan yang diturunkan oleh Allah kepada mereka.
Seperti yang terjadi dalam fakta sejarah, dunia sebelum datangnya Islam yang kala itu dikuasai oleh semangat jahiliyah yang menjungkirbalikkan segala nilai moral spiritual dan segala sistem nilai hingga timbullah kebudayaan tirani, despotisme, kemewahan dan konsumerisme yang merajalela, serta kedurhakaan, kesesatan dan kegelapan hidup yang menenggelamkan umat manusia, yang semua itu bersumber dari doktrin-doktrin agama samawi yang telah mengalami pemalsuan berubah total setelah datangnya Islam dalam kehidupan. Islam kemudian datang dan membebaskan manusia dari sifat-sifat kejahiliyahan dan membangun dunia berlandaskan kesucian jiwa, kebersihan, nilai-nilai positif konstruktif, kemerdekaan dan pembaharuan, ilmu pengetahuan dan keyakinan, integritas dan iman, keadilan dan kehormatan, kerja efektif guna membangun dan meningkatkan taraf kehidupan, serta jaminan hidup bagi orang yang berhak memperolehnya.
Islam juga mengandung sumber-sumber energi rohaniyah dan aqliyah yang apabila dipergunakan sebaik-baiknya akan membawa kepada “The Glory of The Future” (Kejayaan Masa Depan). Bukan hanya untuk umat Islam sendiri saja akan tetapi sebagaimana difirmankan oleh Allah yaitu juga bagi seluruh alam semesta.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’ [21] : 107).
Masa Depan Umat Islam
Banyak nash dalam al-Quran dan As-Sunnah yang menenangkan hati bahwa Islam akan bangkit dan maju untuk menyelamatkan umat manusia yang mengalami kemunduran, sengsara dan merana, insya Allah.
Firman Allah:
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At-Taubah [9]: 32-33).
Asy-Syafi’i berkata, “Allah akan memenangkan agama-Nya di atas semua agama sehingga tidak ada yang beragama selain dari agama Allah, kalau Dia mengendaki, Insya Allah.”
Berdasarkan firman-Nya sendiri: “akan dimenangkan atas semua agama”, maka insya Allah agama Islam ini pasti akan dimenangkan-Nya. Cahaya terang Islam akan menghalau kegelapan jahiliyah yang sudah meliputi seluruh bumi. Islam akan memberikan kepuasan rohaniyah kepada umat manusia yang sedang mengalami kemunduran, sengsara dan merana sehingga mereka kembali ke fitrahnya. Dengan demikian jiwanya akan tenang, tentram karena berpegang kepada petunjuk dan agama-Nya yang benar.
Di dalam ayat lain dikatakan bahwa yang haq itu asli di muka bumi sedangkan yang batil itu asing, baik di muka bumi maupun di dalam jiwa. Karena kebatilan itu harus senantiasa diperangi dan ditumpas.
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap...” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 18).
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim [14]: 24-26).
Berita gembira dalam As-Sunnah di antaranya, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah meringkas bumi untukku, sehingga aku bisa melihat (ujung) Barat dan (ujung) Timurnya. Sesungguhnya kerajaan umatku akan mencapai ujung-ujung bumi yang diringkaskan untukku itu.” (HR. At.Tirmidzi, hadits hasan dan shahih).
“Agama ini akan mencapai daerah yang dicapai malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan rumah batu atau rumah bulu (binatang), kecuali Allah memasukkan agama ini ke dalamnya dengan kemuliaan orang mulia atau dengan kehinaan orang hina, dengan kemuliaan Allah memuliakan agama Islam, dengan kehinaan, Allah menghinakan kekufuran.” (HR. Ahmad, At-Thabarani, dll).
Islam Bangkitlah!
Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat dari umat Islam ketika sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh seperti saat ini, bukanlah disebabkan oleh kekuatan mereka semata, bukan pula karena kelemahan umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan buruknya pola berpikir dan rendahnya tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu sendiri.
Masa depan dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam sekarang ini. Jika umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari dien mereka maka mereka akan jatuh pada musibah ketertindasan dan keterjajahan. Musibah tersebut jelas dikarenakan oleh ulah umat Islam sendiri. Allah berfirman:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS. Asy-Syuura [42]: 30).
Umat Islam menjadi ditindas dan dijajah oleh hawa nafsu dan atau kaum kafir yang senantiasa tidak pernah ridho terhadap Islam. Kaum kafir senantiasa menghembuskan pemikiran-pemikiran mereka seperti sekulerisme, liberalisme dan pluralisme di antara umat Islam. Pemikiran-pemikiran tersebut dihias sedemikian rupa sehingga nampak indah di mata Umat Islam yang belum paham Aqidah dan Hukum Islam sehingga menganggap pemikiran tersebut bersumber dari Islam. Allah berfirman:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang (ridha) kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” (QS. Al-Baqarah [2] : 120).
Oleh karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam, umat Islam akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk penjajahan yang selama ini membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain kembali kepada Islam sesuai pemahaman para Shahabat dan Salafussholih. Mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin dalam melaksanakan syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara.
Khatimah
Allah telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang (The Glory of The Future) cepat atau lambat, pilihan umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika ikut turut andil menuju kejayaan dan kebangkitan peradaban Islam maka akan menjadi golongan orang-orang yang beruntung, mendapatkan pahala yang amat besar. Namun sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton, mengikuti arus dunia, individualis, acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang di JalanNya karena lebih mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul maka tunggulah keputusan Allah. Allah Berfirman:
“Katakanlah, jika bapak-bapak dan anak-anakmu, saudara-saudara dan istri-istrimu, kerabat-kerabat dan hartamu, perniagaan yang kau takutkan kerugiannya, dan rumah-rumahmu lebih kau cintai daripada Allah, Rasul dan berjuang di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan Allah, dan Allah sekali-kali tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah [9] :24).
Mari bersama-sama menyongsong kebangkitan peradaban Islam!! Songsong dengan penuh rasa yakin dan bangga. Songsong dengan senantiasa dengan niat ikhlas berharap ridho Allah. Songsong bersama-sama dalam dekapan ukhuwah Islamiyah. Songsong dengan mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki yang telah ada.
Di antara potensi yang dimiliki umat yaitu berupa masjid dan kaum intelektual. Tanpa menafikkan potensi lain, masjid dan kaum intelektual berperan besar di dalam upaya menyonsong kebangkitan peradaban Islam. Inilah yang dicontohkan para salafussholih, mereka memaksimalkan masjid dan kaum intelektual dalam membangun peradaban Islam dahulu nan gemilang.
Mari jadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam, pembinaan yang termanajemen dengan baik dan profesional, terstruktur dan lentur selama dalam batasan-batasan kaidah Islam sehingga dari masjid (melalui majelis-mejelis ilmu) lahirlah individu-individu yang berkepribadian Islam, individu yang akan tetap beriman dimanapun berada. Nuansa ketakwaan menghembus disetiap desahan nafasnya. Imannya kepada Allah menjadikan setiap detak jantung, langkah kaki, gerak tubuh semata-mata hanya untuk menggapai ridho Allah. Individu-individu tersebut tidak lain adalah kaum intelektual, yang bisa diindentikkan dengan orang-orang yang berilmu yang dengan ilmunya mereka semakin tawadhu, yang dengan ilmunya mereka semakin takut dengan allah, yang mereka bersatu berusaha menegakkan kalimatullah, jiwa-jiwa meraka diikat dengan ikatan yang satu nan shahih yaitu ikatan aqidah Islam. Mereka bahu-membahu, tolong menolong, dan berlomba-lomba dalam kebaikan untuk berusaha menebar benih-benih kehidupan Islam yang suatu saat benih-benih tersebut akan disemai oleh para penerus perjuangan dakwah.
Dari masjid, melalui lisan dan pena kaum intelektual, tersebarlah opini tentang Islam yang hakiki, Islam yang rahmat bagi semesta alam, Islam yang jika diterapkan dan diamalkan akan menjadikan ketenangan dan kesejahteraan dalam hidup. Opini tersebut sehingga menyebar ke sektor-sektor kehidupan yang lain, di kampus, di kantor di rumah, dimanapun. Demikian sehingga wajah peradaban impian Islam nampak jelas di mata umat Islam. Seketika itu maka hilanglah rasa takut akan Islam, rasa takut yang sengaja dikobarkan oleh musuh Islam. Opini tersebut juga akan mampu melarutkan dan membuang kegersangan pola pikir dan pola jiwa masyarakat menjadi kejernihan dan kecermelangan dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan Islam. Sehingga pada akhirnya terbuktilah janji Allah dan rasulnya tentang kejayaan Islam yangluasnyaakan mencapai daerah yang dicapai malam dan siang.
Wallau a’lam bisshowab.
Dar Syafi’i, 25 Jumadil Akhir 1433 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H