Mohon tunggu...
Galing Cendekia
Galing Cendekia Mohon Tunggu... -

Urun rembug

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Rindu] Sekejap Mimpi Masa Lalu Merenggutku

8 September 2016   12:56 Diperbarui: 8 September 2016   13:06 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seketika waktu berhenti, alunan music beatles mendadak hilang dari pendengaran dan semuanya menjadi sunyi. Aku dibawa melintas dimensi yang pernah aku lalui. Dimensi yang merenggutku dalam sekejap mengingatkan akan masa lalu yang pernah menjadi mimpi yang begitu saja memudar seiring jauhnya kaki bercumbu dengan alunan waktu

Ruangan nan hijau penuh tumbuhan rindang dan rerumputan rapih bak taman. Aku terpisah dalam ruang sekat kaca, dikelilingi jajaran buku yang rapih dan apik. Aku duduk bersandarkan tembok dengan meja kecil, terserak buku-buku yang lama tak kusentuh

Aku termangu, dalam hati inilah hidupku, duniaku dan diriku. Mimpi ini kelak yang akan terwujud sebuah perpustakaan dengan suasana tenang dan asri. Udara segar yang kuhirup dan taman-taman indah yang hijau.

Terkadang aku merasa aneh dengan mimpi ini. Aneh memang, karena banyak orang yang merindukan pergi berkeliling dunia dan menikmati setiap lekukan lukisan alam dan keajaiban artifak yang membuat orang-orang berdecak kagum atas maha karya indah leluhur.  

Meski juga aku merasakan diri ini begitu kontradiktif. Seperti kebanyakan orang, setiap aku membaca, dari halaman ke halaman dan bab ke bab yang aku nikmati, beberapa jam kemudian mata ini  tertutup dan kesadaranku hilang hingga waktu meninggalkanku. Akupun merasa, setiap kali rentetan aksara itu kulalui, aku merasakan kelelahan

Tapi entahlah, mimpi itu begitu saja muncul. Aku ingin berada dalam jajaran buku dan rak buku yang tersusun rapih dan aku hanya melihatnya. Melihat covernya atau jajaran bukunya. Hanya itu! Ironiskah? Mungkin saja, namun bagiku itu semua tak penting. Ironiskah? Kontradiktifkah atau apapun itu, bagiku, buku bukan hanya persoalan mengarungi aksara dan menghisap pengetahuannya.

Bukan, bukan hanya itu! Tapi kepemilikan terhadap buku bagiku adalah sebuah arogansi dan upaya yang membuat eksistensi diriku muncul. Entah mengapa, aku pun tak pernah mengerti. Hidup dan mimpi merupakan pilihan. Entah ironis atau aneh, ya tetap saja itu pilihan!

Namun sedikit demi sedikit seiring cumbuan alunan waktu dan diri ini berdekatan dengan buku, petualangan pun bermunculan. Sejak mata membuka dan kesadaran mulai penuh, buku-buku itu aku kuliti. Aku merasakan berdialog dengan pencipta buku-buku itu. Aku terbawa dalam pemikirannya dan pemikiran buku-buku yang pernah aku baca.

Satu ingatan pengetahuan akan mengingatkan pengetahuan yang lainnya. Aku tengelam atasnya hingga aku tak pernah tahu sosialku seperti apa? teman-temanku ngibrit enggan bersamaku. Karena menurut mereka, aku tak lebih dari barang langka yang diotaknya jajaran buku dan footnote dari pemikir-pemikir besar yang konyol.

Teman-temanku begitu aneh berinteraksi denganku. Bagi mereka, aku tak lebih seorang petualang pemikiran yang tak ingat dengan dunia nyata. Lupa kuliah dan enggan bertemu dengan orang lain. Karena kerap kali, setiap kali berada di live music dan café  seketika itu pula mulutku berujar, “ah begitu pusing aku melihat banyak orang!” tak lama berselang. Akupun pamit dan pergi pada ruang yang aku susun. Kamar tidur beserta buku yang berserak dan sebagian tertata rapih

“Galing!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun