[caption id="attachment_199704" align="aligncenter" width="400" caption="Statsiun Batavia Benedenstaad (ilustrasi diambil dari situs-betawi.blogspot.com)"]
Pada saat itu Batavia yang merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda belum mempunyai Statsiun utama Batavia Kota sehingga akhirnya dibuatlah Statsiun Batavia Benedenstad yang sekarang ini kita sering menyebutnya Statsiun Jakarta Kota yang pembangunannya di mulai pada tahun 1923 dan selama masa pembangunan akhirnya Statsiun Batavia Noord (Pasar Ikan) yang telah diambil alih oleh SS menjadi statisun pusat Batavia dan akhirnya setelah statsiun Batavia Benedenstad diresmikan pada tahun 1928, semua pusat maskapai perkeretaapian dipusatkan menjadi satu di statsiun Batavia Benedenstad ini.
[caption id="attachment_199703" align="aligncenter" width="312" caption="Lokasi tempat 3 Statsiun di Batavia (Ilustrasi diambil dari semboyan35.com)"]
Acara dilanjutkan dengan napak tilas dengan berjalan kaki menelusuri jejak bekas Batavia Noord dengan berjalan kaki ke belakang gedung BNI 46, ke halaman belakang Museum Sejarah Jakarta sampai ke kantor Pajak. Walaupun bekas rel sudah banyak yang hilang karena dijadikan pemukiman padata tetapi masih ada beberapa yang terlihat. Ini bisa kita jumpai pada jalur kereta api yang dijadikan pondasi untuk jembatan orang dan ada beberapa bagian jalan pemukiman penduduk yang terkelupas sehingga sisa kayu penyangga rel kereta api terlihat . Dan dilanjutkan ke belakang Statsiun Jakarta Kota dengan menyusuri koridor jakarta Kota, lalu masuk ke terowongan Halte Busway dimana lokasi bekas Statsiun Bos serta tugu jam buatan Ir F.J.L Ghijsels yang membuat statsiun Benedenstaad atau yang lebih dikenal dengan nama Statsiun Jakarta-Kota.
[caption id="attachment_199749" align="aligncenter" width="300" caption="aspal yang terkelupas sehingga Kayu dolken penyangga rel kereta api terlihat"]
[caption id="attachment_199768" align="aligncenter" width="300" caption="Tugu jam pada Statsiun Batavia BOS / Zuid"]
[caption id="attachment_199779" align="aligncenter" width="300" caption="Ir. F.J. Ghijsels "]
Acara diakhiri dengan kembali ke Museum Bank Mandiri untu buka puasa bersama dengan menyantap takjil kolak pisang ubi dan nangka serta nasi ulam yang lezat.
[caption id="attachment_199748" align="aligncenter" width="300" caption="Menu Buka Puasa Nasi Ulam"]
Akh... sungguh perjalanan sembari ngabuburit yang menambah wawasan akan sejarah perkereta-apian di Jakarta.
[caption id="attachment_199774" align="aligncenter" width="300" caption="Foto bersama komuniutas Sahabat Museum"]