Mohon tunggu...
Galih Tri Panjalu
Galih Tri Panjalu Mohon Tunggu... -

Hanya orang biasa yang ingin menjadi dirinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bulan Ini Boleh Bulan Ramadhan, Buka Puasanya Boleh Bersama-sama, tapi Korupsi Tetap Jalan Terus………..

10 Agustus 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemaren sore, tepatnya menjelang maghrib, pas lagi cari makanan buat buka puasa, kebetulan lagi pengen beli kepala bebek goreng. Singkatnya saya kemudian mampir ke warung kaki lima yang berjualan ayam dan bebek goreng, langganan saya.

Kebetulan saya harus antri karena ada dua orang berpakaian batik yang sedang memesan dalam jumlah banyak. Saya menebak, sepertinya mereka dari salah satu institusi tertentu. Dari pembicaraan yang saya dengar, sepertinya mereka memesan untuk buka puasa bersama.

Tak lama kemudian, pesanan sudah selesai. Salah satu dari kedua orang berbaju batik itu mengeluarkan uang untuk membayarnya.

“Mas, udah dikasih bonus belum?” kata si pembeli

“Udah mas, itu udah saya pisah”, kata si penjual

Plastik bungkusan yang katanya bonus itu kemudian berpindah tangan, dari tangan si penjual ke tangan si pembeli. Selanjutnya si pembeli yang berbaju batik itu tadi, memberikan bonus tersebut kepada salah satu perempuan yang sedang menggendong anak kecil, yang berdiri berdekatan dengan dua orang pembeli yang berbaju batik tersebut. Entah siapa, tapi saya menebak,  si perempuan dan anak kecil tersebut adalah kerabat dekat salah satu dari dua orang yang berbaju batik tersebut, karena mereka terlihat berbincang-bincang. Selanjutnya si perempuan yang menggendong anak kecil itu pergi meninggalkan warung kaki lima tersebut.

Tak berapa lama setelah pembayaran diselesaikan, si pembeli ( yang kelihatannya sudah kenal dengan si penjual), meminta nota pembelian.

“oh iya mas, saya minta notanya dong”, kata si pembeli

“Oke mas”, sahut si penjual

Kemudian si penjual mengambil nota yang ada di laci, di dekat penggorengan, dan berniat menuliskan sejumlah nominal sesuai uang yang diterimanya.

Sebagai informasi, warung kaki lima ini memang sudah semakin berkembang. Beberapa waktu yang lalu, hanya memakai tenda, tetapi sekarang sudah menempati pekarangan rumah dengan bangunan semi permanen.

Oleh karenanya si penjual berusaha untuk lebih profesional dengan membuat nota pembelian yang sudah berlogo dan memuat nomor telepon, yang secara tidak langsung dijadikan sarana promosi.

Saya lanjutkan cerita saya ya. Nah, ketika si penjual akan menuliskan nominal tersebut pada nota pembelian, si penjual mencegahnya sambil berkata;

“Ngga usah diisi mas, notanya dibiarin kosong aja”, kata si pembeli

Atas permintaan tersebut, si penjual kemudian memberikan nota kosong tersebut kepada si pembeli yang berbaju batik itu tadi.

.................................................

Ahh… saya hanya bisa menghela napas panjang melihat kejadian didepan mata saya. Bulan ini boleh bulan Ramadhan, buka puasanya boleh berbuka puasa bersama-sama, tapi korupsi tetap jalan terus. Semoga saya tidak berburuk sangka kepada kedua orang pembeli yang berbaju batik tersebut.

Saya jadi teringat dengan perkataan AA Gym, yang saya hubungkan dengan konteks mencegah korupsi yang semakin menggila di negeri ini.

Seharusnya kita mencegah korupsi dengan 3M;

Mulai dari diri sendiri…

Mulai dari yang paling kecil….

Mulai sekarang juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun