Sehingga muncul dlam pikiran nakalnya, sekali waktu untuk menakhlukkan sebuah wilayah jajahan tidak harus membawa pasukan dan bala tentara. Tetapi cukup memoles diri dan berdandan menyesuaikan selera panggung dan irama yang sedang berlangsung.
Dan ini sah-sah saja bagi siapapun untuk mengklaimnya. Atau bahkan Labih tepat "menungganginya". Yang penting adalah cerdas dan tepat membidik sebuah peluang ddan momentum.
Kecerdikan yang lain seoorang Jack Ma adalah untuk masuk dan diterima pada sebuah komunitas besar seperti pada bidang olah raga tidak harus mempelajari dasn menjadi seorsang atlit kenamaan apalagi merebut ketua Dewan Oliempiade Asia (OCA). Tapi cukup menjadi Bintang tamu saja.
Taktik ini sam juga kita analogikan pada contoh lain yaitu untuk mengusai sebuah Hutan belantara tidak harus menjadi Seekor Singa. Tapi cukuplah kita ciptakan seorang Tarzan yang mampu menguasai dan memimpin seluruh isi Hutan.
Pada kontek lain harus kita akui kecanggihan seorang Jack Ma. Untuk mengembangkan sayap bisnis harus dibutuhkan strategi marketting yang handal juga. Seorang pebisnis sejati, apalagi bergerak dalam bidang pasar online, harus pandai mereproduksi simbol dan pencitraan.
Pada ASean Games XVIII 2018 adalah bertemunya tiga Epicentrum raksasa dalam satu pusaran maganet kepentingan. Sehingga membentuk segitiga logika interaksi yang terintegrasi antara satu dengan yang lainnya. Ketiga kepentingan besar tersebut adalah Pelaku bisnis, Pemegang kebijakan dan warga besar Asia.
Sehingga semboyan "menyatukan Energi Asia" betul-betul menemukan konteksnya.
Akhirnya Adagium lama yang berbunyi " Siapa yang menanam akan menuai" dimana seringkali kita jadikan patokan akhirnya tidak relevan lagi.
Karena pada akhirnya seorang Jack Ma untuk masuk 45 pintu negara tidak harus manual protokoler melintasi sepertiga dari belahan dunia. Tapi cukup berkomunikasi dengan seorang "Tarzan".
Maka selesailah ceritanya. Kita akan menunggu episode cerita bersambung dengan peran yang sama namun dengan judul yang berbeda.
 Magelang 4 September 2018.