Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyemai "Islam Nusantara" dari MQK

7 Desember 2017   03:04 Diperbarui: 7 Desember 2017   18:24 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan di tempatkan layaknya lomba selevelnya digedung mewah dan megah. Padahal penulis mencermati secara langsung bahwa infrastruktur bangunan madrasah dan aula pondok roudlotu Mubtadiin boleh dibilang lebih dari layak untuk ukuran perhelatan nasional. Nampaklah bagaimana gemuruh dan semangat acara tersebut tidak lepas dari keterlibatan dan peran serta ummat disekitar pondok pesantren.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Secercah cahaya dari Balekambang

 Hampir tiga jam lebih menempuh perjalanan yang cukup melelahkan dari Semaarang menuju Jepara, akhirnya sampai juga dilokasi  dengan selamat. Sebuah perjalanan yang mengesankan karena menembus barikade banjir dan macet diruas jalan utama pantura.  Kedatangan Rombongan dari Kompasiana dengan seragam "kebesaran"  Tshirt oblong putih dengan simbul dan ilustrasi MQK, rupanya telah mampu meyakinkan pihak panitia Penyelenggara. 

Kroe kompasiana langsung mencari pihak Penyelenggara yang sudah di beri mandat untuk mengampu disetiap bidang acara dari beragam  kegiatan yang sedag berlangsung. Ternasuk yang berkaitan penyambutan dan penerimaan delegasi tamu undagan dari luar.Melihat model hangatnya penyambutan, ternyata antara kroe Kompasian dalam hal ini diwakili oleh Mbak Dewi dengan pihak Kemenag ( Humasy dan Publikasi Pendidian Agama Islam) sudah komunikasi intesif atara keduannya. 

Setelah melewati rehat sejenak dengan menjalankan sholat dluhur, sekitar pukul 01.15 WIB acara segera dimulai.  Acara diskusi bebas dan terbatas tersebut dipandu oleh Bapak Muhtadin AR (didaulat Bagian Publikasi dan Media Center.dalam perhelatan MQK).  

Dengan pembawaan yang lugas dan sedikit  ceplas-ceplos dengan logat dan dialek khas Jawanya yang kental beliau dengan keceriaan dan semangat yang tinggi menjelaskan sekaligus menguraikan dengan gamblang prosesi dan motif dasar MQK digelar. Selain menjelaskan teknis pelaksaanaan kegiatan beliau kemudian mengajak Peserta sedikit menengok tentang khasanah keilmuan dan pengetahuan yang dilahirkan dialam dunia Pesantren.

Dalam pandangan beliau semenjak model pendidikan modern dimulai, dalam hal ini kita istilahkan Pendidikan formal dalam ranah negara, Pesantren beserta sistem pendidikan yang dianut turun --temurun tersebut telah mengalami pergeseran atau lebih tepatnya di(ter)pinggirkan oleh pendidikan formal tersebut. 

Sejak dahulu Anggapan publik tentang Pesantren dan pendidikan didalamnya sengaja ditafsirkan sebelah mata oleh kekuasaan. Mulai jaman kolonial Belanda hingga era setelahnya. Belakangan ini saja semenjak reformasi bergulir, kelompok islam sarungan mulai diperhitungkan kiprah dan perannya oleh banya kalangan termasuk dalam hal ini pemerintah. 

Hal ini tidak lepas dari peran tokoh-tokoh moderat seperti Goes Dur, Goes Mus, Masdar Mas'udi, Said Aqil Sirodj beserta tokoh lainnya yang gigih berjuang dalam paradigma islam moderat. Alasan mendasar mereka adalah bahwa pesantren mempunyai  andil besar dalam menentukan sejarah perjuangan dan berdirinya bangsa dan republik ini.

Masih dalam penjelasan Bapak Muhtadin Ar, sehingga bicara pendidikan islam di Indonesia tidak bisa terlepas dari peran kontribusi Pesantren sebagai realitas khasanah keilmuan islam beserta dialektika sejarah kebangsaan yang sudah dilaluinya. 

Sehingga wajar ketika dalam perkembangannya seperti sekarang ini melalui Kementrian agama RI, Pesantren beserta kekayaan dan mutiara yang terkandung didalamnya harus digali sebagai "harta karun"  kekayaan intlektual yang sangat besar kontribusinya bagi berkembangnya kahasanah pemikiran keislaman di Indonesia. 

Harapannya sesuai dengan  judul besar kegiatan MQK, "dari pesantren akan membentuk karakter dan kepribadian bangsa" betul betul menjadi kenyataan dimasa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun