Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Macet! Perlukah "Referendum" Warga Kota, untuk Menyelamatkan Jakarta?

9 November 2017   21:01 Diperbarui: 14 November 2017   16:16 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan dari agenda kolosal ini adalah sebagai upaya refleksi bersam-sama berhenti sejenak dan menghentikan seluruh aktifitas rutin sehari-hari. Pada pertemuan tersebut harus dilandasi dengan rasa solidaritas yang tinggi untuk menyelamatkan Jakarta dari kelumpuhan dan kepunahan. Sehingga semua orang tanpa terkecuali akan hadir pada "rapat umum" yang mirip dengan "referendum" rakyat Aceh kala itu. Dimana semua orang mempuayai kepedulian yang tinggi untuk merapatkan barisan melawan kemacetan sampai keakar-akarnya.

Jika usulan tentang "hari Macet Nasional" disepakati maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana upaya mewujudkannya. Secara otomatis kesadaran dan sikap publik harus dibangun dahulu  dengan integritas dan moralitas yang menyatu dengan perasaan publik. Secara tekhnis alat picu mobilisasi massa bisa dimulai dari bawah lewat jejaring Medsos, media cetak dan elektronik untuk menyuarakan tentang usulan tersebut disertai dengan alasan logis dan gamblang dipahami oleh publik yang meresponnya.

Seruan tentang "Hari Macet Nasional"juga bisa diawali dan digalang langsung oleh pemimpin daerahnya berserta aparatus untuk menggerakkan warganya dalam acara simpatik dititik kumpul masyarakat warga kota.

Untuk tidak terjebak pada momentum yang bersifat simbolik dan ceremonial maka berkumpulnya massa dalam jumlah besar harus menyepakati beberapa poin yang bersifat "prinsip" dan berdampak pada "kebijakan Daerah" yang disepakati menjadi aturan bersama. Prinsip-prinsip publik tersebut diantaranya adalah pertamaseluruh warga diharuskan menggunakan fasilitas transportasi umum jika menuju pada aktivitas kerja baik pemerintahan atau swasta, sekolah ataupun aktifitas bisnis lain. Kedua arus Urbanisasi serbuan warga dari desa ke kota yang berorientasi pindah status domisili harus segera dihentikan jika masuk kota-kota besar propinsi lebih kusus masuk kawasan ibu kota. 

Ketiga diciptakan Zona pelarangan bagi mobil-mobil pribadi masuk pada ruas jalan dititik-titik tertentu yang rawan kemacetan atuupun Zona terlarang lainnya seperti jalur hijau dan titik-titik pusat bisnis dan perbelanjaan lainnya. Dalam hal ini kita sepakat dengan kebijakan pemerintah mengenai ERP Electronic road Pricing (Pembatasan mobil pribadi pada zona-zona tertentu)` . EmpatMelakukan komunikasi proaktif secara maraton sesama pemimpin daerah seJABOTABEK dan sekitarnya supaya terjalin hubungan yang sinergis terkait pembangunan dan pengadaan sarana publik lebih kusus masalah sarana-prasarana transportasi umum dan jalan raya.  Kelima Pembatasan Kepemilikan Mobil pribadi, dengan Penerapan satu mobil satu KK. Sekaligus pemberlakuan Pajak dan tarif yang tinggi  Kepemilikan terhadap kendaraan bemotor kususnya mobil mewah.

Lima point diatas harus dikawal bareng oleh semua lapisan sebagai ikrar warga Jakarta melebihi disaat memperingati Hari jadi Ibu kota. Hari besar nasional harus diperingati setiap tahun sekali. Ibarat semua orang ketika berbondong-bondong ketika merayakan tahun baru. 

"Ride Sharing" melonggarkan kemacetan dan egoisme Jakarta

Selain upaya bersama menggalang solidaritas seperti diatas juga dibutuhkan langkah-langkah terobosan lainnya sebagai solusi yang  rasional dan sangat memungkinkan untuk diwujudkan.  Yang  pertama adalah memanfaatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana jaringan digital untuk menggiring mobilitas dengan konsep "ride sharing" seperti yang sudah dikembangkan oleh Uber dengan jasa tranportasi online. Konsep Layanan Transportasi online yang ditawarkan Uber mengutamakan prinsip efisiensi waktu, tempat dan hemat lahan parkir. Orientasi dikembangkannya konsep "ride sharing "   transportasi ini akan lebih ramping dan superhemat dikarenakan sudah tidak repot menggunakan mobil sendiri-sendiri.  Keuntungan yang lain adalah banyak orang pada area dan kawasan tertentu bisa join akses  bareng-bareng dalam satu kendaraan dengan tujuan kawasan dan waktu yang relatif sama pula.

Sehingga bisa dibayangkan kedepan, jika konsep "ride sharing" ini teraplikasi secara massif menjadi sebuah kebutuhan dan alternatif pilihan warga, maka sudah otomatis akan melipat lima atau tujuh kali mobil dalam satu mobil tumpangan. Kalau dihitung  efektiftasnya tinggal mengalikan berapa ratus atau bahkan ribuan titik daerah yang memungkinkan terkaver via konsep "ride sharing" ini. Belum lagi berapa ratus ribu mobil peribadi yang bisa "dirumahkan" dan tidak lagi semburat menyesaki dan memampatkan jalanan  Ibu Kota.   

Model ride sharing inipun kedepan akan menjadi sarana komunikasi efektif sesama warga Jakarta sehingga mampu mengikis sikap egoisme dan individualis warga. Sebaliknya muncul interkoneksi produktif karena otomatis akan berinteraksi offline dalam satu kendaraan.

 Mendesak dibangun transportasi "TOL Bergerak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun