Mohon tunggu...
galihridho
galihridho Mohon Tunggu... -

nama saya galih asli gunungkidul. saya seorang penggemar berat MU dan menyukai dunia Broadcasting

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gengsi, Lunturkan Nilai Perihatin dan Kerja Keras

22 September 2015   20:50 Diperbarui: 22 September 2015   21:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat sekarang cenderung tidak mampu untuk hidup sederhana sesuai dengan kemampuan mereka. Mengeluh, mengeluh dan berangan-angan tinggi yang terlalu berlebihan menjadi kegiatan yang selalu dilakukan. Disaat melihat yang lain mempunyai sesuatu yang baru dan mewah, timbul dalam diri untuk memilikinya juga tanpa melihat bagaimana kondisi keuangan keluarga. Lifestyle menjadi alasan mengapa semua itu perlu dilakukan guna menyelaraskan dengan perkembangan zaman yang semakin modern.

Perkembangan zaman tak bisa dipungkiri memang tanpa disadari telah mengikis sikap-sikap perilaku zaman dahulu. Entah itu disadari atau tidak, kemajuan zaman tidak hanya menghilangkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat masa lampau. Tak hanya itu, perkembangan zaman juga telah menciptakan perilaku-perilaku baru dalam masyarakat yang kadang bertolak belakang dengan perilaku-perilaku masyarakat tempo dulu. Sebagai contoh adalah lahirnya sifat gengsi dalam masyarakat. Dengan adanya gengsi menimbulkan perilaku-perilaku masyarakat berubah.

Dahulu masyarakat yang suka melakukan suatu kegiatan ataupun kebiasaan yang sederhana menganggap apa yang dilakukan itu baik dan ada manfaat. Namun sekarang dengan adanya sifat gengsi, masyarakat cenderung memfilter sebuah kegiatan, perilaku, lifestyle yang mereka lakukan. Masyarakat akan lebih memilih suatu hal yang dianggap akan menaikan derajat mereka di depan orang banyak daripada melakukan sesuatu yang sebenarnya bagus namun kampungan dan tak memiliki nilai di mata orang banyak.

Sebagai contoh, masyarakat tempo dulu jika ingin berpergian ke pasar maupun sekolah, mereka biasanya jalan kaki dan ada juga sebagian kecil yang bersepeda. Jarak yang ditempuh pun kadang relatif jauh dengan medan yang beragam. Namun mereka tak capek dan malu. Justru mereka senang karena dahulu dengan jalan kaki mereka bisa menambah teman dan saling menyapa maupun berbicara sehingga jarak yang jauh pun tidak terasa saat sampai tepat yang dituju. Selain itu, kesehatan masyarakat tempo dulu pun cenderung lebih sehat dengan kebiasaan mereka jalan kaki. Ini bisa dilihat dengan kondisi orang-orang dulu yang relatif jarang terkena penyakit berat terlebih yang berhubungan dengan kaki. Hal ini berbanding terbalik dengan zaman sekarang. jangankan untuk berjalan dengan jarak yang jauh, jarak yang dekat saja masyarakat sekarang lebih suka menggunakan motor maupun mobil, entah dengan tujuan dan maksud yang berbeda-beda. Ada sarana angkutan umum, namun semakin kesini, kebiasaan naik angkutan umum pun semakin sepi karena masyarakat lebih suka berkendara menggunakan kendaraan pribadi.

Efeknya pun jelas terasa, dilain sepinya angkutan umum juga berpengaruh dengan kondisi lalu lintas yang semakin ramai dan macet. Sebagai contoh, Pelajar tempo dulu yang berangkat sekolah dengan jalan kaki, bersepeda, maupun naik angkutan umum sekarang pun mulai berkurang karena tergerus oleh pemikiran gengsi yang timbul di mindset pikiran mereka. Menurut mereka, akan lebih keren jika mereka terus bisa mengikuti tren masa kini yang menduinia. Selain agar bisa dikenal orang lain dengan mudah, juga dapat memudahkan mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Hal ini tak pelak memicu sikap konsumerisme dalam masyarakat meningkat karena masyarakat merasa perlu memilikinya guna mendapatkan kesan prestise dalam masyarakat. Sikap gengsi pun muncul dengan menjudge jika jalan kaki maupun menggunakan angkutan umum yang sempit, bau dan pengap sudah layak ditinggalkan dan dihilangkan sebagai efek gaya hidup zaman sekarang yang serba modern dan canggih.

Dengan adanya sifat gengsi ini, nilai-nilai belajar keperihatinan semakin menghilang. Masyarakat sekarang lebih memilih gaya hidup yang up to date dan sejalan dengan perkembangan zaman. Namun jika itu untuk gengsi yang berlebihan, tentulah sangan tidak bermanfaat. Padahal bila kita ingin meraih sebuah kesuksesan sikap perihatin pasti harus dilakukan sebagai salah satu usaha untuk meraih kusuksesan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun