Mohon tunggu...
GALIH RAKA PRATAMA
GALIH RAKA PRATAMA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Biasa

Saya hobi menciptakan karya melalui sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perdebatan yang Berujung Menyenangkan

7 Januari 2025   17:18 Diperbarui: 7 Januari 2025   17:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Liburan panjang akhir tahun adalah saat yang paling dinantikan bagi kami sekeluarga. Setiap tahun, kami selalu merencanakan liburan bersama. Biasanya, liburan kami diisi dengan kegiatan santai di tempat yang menyenangkan. Tahun ini, saya, ayah, ibu, dan adik sudah merencanakan untuk berlibur di sebuah tempat yang bisa memberi kenyamanan sekaligus keindahan alam. Namun, seperti yang sering terjadi dalam setiap keputusan keluarga, kami terjebak dalam perdebatan yang tak terhindarkan: apakah lebih baik menghabiskan waktu di pantai atau mengunjungi tempat wisata alam yang lebih dekat dengan rumah, seperti Cikao Park di Purwakarta.

            Pagi itu, kami sekeluarga berkumpul di ruang makan. Ayah sedang menghirup kopi paginya dengan tenang, sementara ibu menyajikan sarapan di meja. Di tengah suasana santai itu, saya mengusulkan ide liburan kami.

"Gimana kalau tahun ini kita ke pantai? Mungkin Pantai Anyer atau Pangandaran," kata saya, yang sudah sangat antusias dengan ide tersebut. Sejak lama saya ingin menghabiskan waktu di pantai, menikmati suara ombak dan pasir pantai yang menenangkan. Bagiku, itu adalah cara sempurna untuk melepas penat.

            Namun, ide itu tidak langsung disambut baik. Ayah yang biasanya lebih suka dengan perjalanan yang dekat dan tidak terlalu menguras tenaga menggelengkan kepala. "Pantai itu jauh, Nak. Jalanan pasti macet. Lagian, cuaca di pantai juga tidak selalu bersahabat, bisa saja panas terik atau malah hujan. Lebih baik kita cari tempat yang lebih dekat dan nyaman."

Ibu ikut menimpali, "Iya, saya juga setuju kalau pantai itu terlalu jauh dan bikin capek. Gimana kalau kita ke Cikao Park saja? Lokasinya dekat dan di sana juga ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Anak-anak pasti senang," ujar ibu sembari menatap adik yang masih duduk diam di sampingnya.

            Adik, yang biasanya tidak banyak berpendapat dalam hal seperti ini, ikut angkat suara. "Saya lebih suka kalau kita pergi ke Cikao Park. Kan di sana ada air terjun dan banyak permainan seru. Apalagi saya belum pernah ke sana."

            Saya merasa sedikit kecewa karena rencana pergi ke pantai yang sudah saya bayangkan dengan penuh harapan kini mulai dibantah. Namun, saya juga tahu bahwa berlibur bersama keluarga berarti harus ada kompromi. Ayah dan ibu lebih memilih sesuatu yang lebih santai dan tidak terlalu jauh dari rumah.

"Ayo, kita pilih yang terbaik untuk semua. Cikao Park juga bukan pilihan yang buruk. Kalau kita berangkat pagi dan pulang sore, kita bisa menikmati waktu bersama tanpa terlalu lelah," kata ayah, menenangkan suasana.

            Dengan hati yang sedikit kecewa, saya akhirnya setuju dengan rencana ayah dan ibu. Keputusan sudah diambil, dan saya harus menerimanya. Kami pun sepakat untuk mengunjungi Cikao Park di Purwakarta pada tanggal 25 Desember, yang kebetulan jatuh pada hari Jumat, memberi kami waktu libur panjang yang sempurna untuk beristirahat.

            Pagi itu, setelah sarapan, kami bersiap-siap untuk berangkat. Pukul 7 pagi, mobil sudah siap dan kami semua masuk ke dalam kendaraan. Ayah mengemudi, sementara ibu duduk di sampingnya, mengatur berbagai perlengkapan yang kami bawa, seperti bekal makanan dan minuman. Saya dan adik duduk di belakang, dengan saya yang duduk di tengah, mencoba menahan rasa kantuk karena baru saja selesai ujian semester sebelumnya.

            Perjalanan ke Purwakarta dari Bandung memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar dua jam perjalanan. Namun, meskipun relatif dekat, perjalanan kami tidak selalu mulus. Sejak kami melewati kota besar, jalanan mulai terasa padat, terutama karena banyak orang yang juga memanfaatkan liburan Natal untuk berlibur. Macet menjadi hal yang tak terhindarkan, dan saya bisa mendengar adik mulai mengeluh tentang seberapa lama perjalanan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun